#CatatanAkhirTahun-2021 Mengajarkanku Bahwa untuk Sukses Harus Keluar dari Zona Nyaman

Tahun ini tak terlupakan!

Tahun ini adalah tahun yang sangat beragam,  berwarna, dan tak terlupakan. Kalau ingin dicertitakan dalam narasi yang hanya bisa memuat 1000 kata tentu sangat kurang. Karena kisahku tahun ini benar-benar berbeda dari tahun sebelumnya. Banyak keinginanku yang tak kucapai tahun ini, namun Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik. 

Advertisement

Dari tahun 2021 ini aku juga belajar banyak hal yang tentunya tidak aku temukan di tahun lalu dan tidak kutemukan di tahun yang akan datang. Oleh karena itu aku ingin mengisahkan kepada kalian salah satu kisahku di tahun ini yang tidak akan mudah kulupakan.

Awal tahun ini aku mulai merantau ke kota Solo, kota tempatku menempuh perkuliahan. Yang membuatnya berbeda dari perantauan biasa adalah, ini adalah perantauan pertama seumur hidupku dan aku mengawalinya di masa pandemi. Selain itu, keadaan orang tuaku yang keuangannya tidak terlalu baik karena baru pensiun menjadi tantangan untuk bertahan hidup di Kota Solo dengan jatah bulanan yang terbatas.

Pada awalnya aku merasa keberatan dengan situasi seperti ini. Namun aku tak sendiri,  di perantauan aku melihat teman satu kelasku berkuliah sambil bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya di perantauan dan meringankan beban orang tuanya dalam masalah biaya kuliah. Melihat hal tersebut aku jadi sadar bahwa tak selayaknya aku mengeluh, dan aku juga tak boleh hanya leha-leha saja di perantauan ini.

Advertisement

Maka dari itu, aku pun mulai mencari-cari dan mengajukan beasiswa baik yang disediakan dari Universitas maupun beasiswa dari pihak luar. Aku juga mengikuti beberapa lomba menulis dengan berharap menjadi juara dan uangnya bisa meringankan beban finansialku. Namun setelah beberapa kali mencoba, semua itu tak ada yang berhasil. Sedangkan orang tuaku hanya sanggup membiayai kuliahku di Kampus (Yakni UMS) selama satu semester saja, selepasnya orang tuaku tak menjamin bisa membiayaiku terus.

Akupun merasa tidak bisa terus-terusan membebani mereka. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti UTBK yang kedua kalinya. Awalnya aku tidak ingin melakukan ini, namun aku juga tidak bisa terus-terusan berleha-leha, setidaknya aku bisa memberikan sedikit kebahagiaan pada orang tuaku dengan kabar keterimanya aku di salah satu PTN Favorit. Lantas aku pun melakukan persiapan ala kadarnya, karena aku juga tetap  melakukan perkuliahan saat itu.

Advertisement

Selama tiga pekan aku melakukan persiapan UTBK dengan tidak meninggalkan perkuliahan. Tanggal 14 April 2021 pun tiba, hari dimana aku di jadwalkan untuk melakukan ujian masuk PTN. Dengan keyakinan bahwa yang aku lakukan ini benar, aku memasuki ruang ujian. Saat itu aku tidak membayangkan diriku bakal lolos tes, yang terpikirkan adalah aku telah melakukan usaha untuk sedikit memberi kebahagiaan pada orang tuaku. Perkara keterima atau tidak itu urusan belakangan.

3,5 Jam aku lalui dihadapan komputer. Selesai ujian aku lalu menuju masjid terdekat, aku berdoa agar mendapat hasil terbaik dan mendapat ridho-Nya. Pengumuman hasil UTBK diumumkan dua bulan setelahnya. Dalam masa penantian itu aku ragu. Ragu karena takut tidak diterima, dan juga ragu kalau nanti diterima bagaimana membayar biaya awalnya. Karena saking khawatir pada kemungkinan kedua, aku sempat untuk mengharapkan untuk gagal lagi di UTBK tahun ini. Bahkan pada hari pengumuman, aku berdoa agar tidak diloloskan karena takut menambah beban finansial orang tuaku.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Saat aku melihat hasil pengumuman di website LTMPT aku dinyatakan lolos. Saat pertama kali melihatnya aku senang, setelahnya aku bingung, aku harus melepaskan UMS, atau mengambil UNS saja, atau dua-duanya seperti yang diharapkan orang tuaku. Dalam hatiku aku tidak setuju yang ketiga, karena aku tak bisa menjamin kepada orang tuaku bahwa aku bisa mendapat beasiswa di UNS meskipun kuota beasiswa disana jauh lebih banyak dibandingkan dengan di UMS.

Akupun tidak yakin bisa menjalankan kuliah di dua tempat. Akhirnya setelah berunding dengan orang tuaku, aku memutuskan untuk pindah dari UMS ke UNS. Ini tidak mudah, karena aku meninggalkan jurusan keagamaan pindah ke jurusan konvensional tentu aku jadi perbincangan. Tapi bagiku itu tidak penting. Karena keluar dari jurusan keagamaan bukan berarti meninggalkan agama. Buktinya sampai saat ini aku masih rutin mengikuti kajian rutin setiap harinya.

Setelah pindah, ternyata kekhawatiranku terkait biaya diganti oleh Allah dengan yang lebih baik. Allah melancarkan rezeki orang tuaku sehingga bisa membayar biaya awal kuliah, yakni UKT awal dan setelahnya aku lolos beasiswa KIP-Kuliah sehingga aku dibebaskan dari biaya kuliah. Dan Alhamdulillah sampai saat ini aku menjalani perkuliahan dengan lancar.

Dari peristiwa diatas aku banyak mendapat pelajaran, bahwa dalam hidup kita harus berubah. Baik berubah secara tempat yakni dengan merantau, dan juga merubah mindset bahwa masa muda tidak hanya untuk senang-senang dan leha-leha saja. Kita harus keluar dari zona nyaman bila ingin mencapai  kesuksesan, dan juga jangan takut mencoba hal baru.

Aku pun bersyukur karena masih diberi nafas hingga penghujung 2021. Tahun ini aku dipertemukan dengan banyak orang baik, hikmah kehidupan, dan dinamika kehidupan yang membuatku menjadi lebih baik lagi. Dan aku berharap tahun 2022 menjadi tahun yang penuh kebaikan, baik untukku maupun kita semua.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka ngemil bawang goreng.

CLOSE