#CatatanAkhirTahun – Kata Orang, Beranjak 18 Tahun Itu Istimewa. Benarkah?

Beranjak 18 tahun di 2021 masih sama istimewanya kah seperti tahun-tahun normal sebelumnya? Entahlah, aku juga ingin tahu.

Beranjak ke usia 18 tahun adalah persoalan penting bagi sebagian orang, tidak hanya dari sudut pandang emosional, tetapi juga secara hukum. Di usia 18 tahun, kita akan memiliki hak dan tanggung jawab hukum baru. Kata orang, delapan belas itu magic birthday. Delapan belas jadi milestone kedewasaan bagi sebagian orang. 

Gimana nggak, di usia kurang lebih 18 tahun kita bakal ninggalin masa sekolah menengah atas. Kita bakal mulai dihadapi dengan berbagai pilihan keputusan yang bebannya dirasa lebih berat dari sebelumnya. Ada yang milih buat melanjutkan pendidikan, ada yang milih buat mulai niti karier di usia muda, ada juga yang milih buat bantu orang tua. Lagi-lagi aku bilang, bagi sebagian orang itu pilihan yang nggak mudah.

Namun, kita tetap harus memilih. Karena, kita tahu masa depan tergantung pada keputusan kita hari ini. Tapi, delapan belas di 2021 terasa lebih berat, ya? Kalau kata kak Alya Zurayya:


Ruang gerak yang terbatas, membuat mimpi rasanya terlalu jauh di atas.


Kutipan di atas mengena banget buatku. Banyak hal yang ingin dilakukan, tapi urung karena alasan situasi dan keadaan. Pandemi, kami ingin kembali bergerak bebas.

Jadi, gimana 18-mu di 2021? 

Aku, walaupun belum semua, tapi tulisan di ini adalah satu per seribu dari isi hati. Iya, aku termasuk dari sebagian orang yang menjadikan 18 sebagai milestone kedewasaanku. Walaupun aku tau, dewasa bukan perihal angka. Tapi, perasaan ini mengemuka. Perasaan yang menyadari bahwa aku sudah dewasa.

Sejujurnya, nggak ada perubahan mendadak yang aku rasain di hari di mana aku beranjak 18. Tapi, perubahan terasa seiring berjalannya waktu. Kebingungan, kegelisahan, dan kecemasan akan keputusan dan jalan mana yang selanjutnya harus diambil. Perihalku pendidikan, di usia ini aku harus berjuang untuk meraih jenjang yang lebih tinggi. 

Pilihan ada banyak di depan mata. Namun, di mana takdir akan membawaku? Apakah akan sesuai dengan segala harapan dan kerja kerasku? Seketika, kilasan wajah orang tua terbayang. Aku adalah seorang anak pertama. Walaupun mereka tidak pernah menuntut, tapi aku yakin bahwa diri ini adalah harapan terbesar keluarga. 

Di masa ini, diriku sedikit lebih egois dengan waktu dan ruang yang dipunya.

Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan, sering memikirkan dan mempertanyakan kembali mengenai siapa dan bagaimana diri ini. Jujur saja, ambisi sempat pudar. Membiarkan takdir mengambil kendali atas diri. Terserah, mau dibawa ke mana. Namun, kembali aku ingat, aku adalah seorang kakak, panutan bagi satu-satunya adikku. Tidak mau mengecewakan, aku harus bangkit dari segala rasa inferior yang ada. 

Di fase ini, setidaknya aku ingin melihat setitik cahaya agar percaya bahwa jalanku tidak buntu. Aku terus berjalan maju. Kali ini, lebih melibatkan Tuhan dalam setiap langkahku. Aku percaya, Ia tidak pernah mengingkari janji-Nya. Saat itu, bahkan saat inipun Ia sedang mengerjakan sesuatu yang begitu indah untukku, yang hanya saja belum bisa 'ku lihat.


Benar saja, tak hanya cahaya, aku temukan jalan. Tak hanya yang aku inginkan, tapi juga yang aku butuhkan.

'Ku cari setiap makna dari jalan yang sudah dilalui yang kemudian semua mengarah pada kognisi, kebijaksanaan, dan rasa syukur.


Aku yang sekarang walau masih sama saja berusia 18, namun lebih sedikit paham, berterima kasih. Terima kasih, sudah nggak nyerah. Terima kasih, buat keadaan sekarang dari keputusan yang sudah pernah diambil. Meski perasaan-perasaan khawatir masih ada, nggak apa. Normal 'kan bagi kita, dream chasers? 

Menatap tahun baru, resolusiku adalah ingin menjadi versi yang lebih dari diriku sebelumnya. Sederhana, namun merupakan pondasi dari segala yang akan aku lakukan kedepan. Aku yang lebih percaya diri akan membawaku pada rasa tidak takut dalam mencoba hal baru atau mengambil peluang yang ada. 

Aku yang lebih meluangkan waktu untuk belajar bahasa asing akan membawaku pada kesempatan menjalin jaringan (networking) dengan banyak orang tanpa terbatas oleh ketidakmampuan dalam berkomunikasi. Aku yang lebih banyak membaca akan membawaku pada wawasan baru sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulisku lebih baik. Begitu seterusnya resolusi 'aku yang lebih' dari diriku sebelumnya ini aku harapkan.

Bagi kalian yang sedang berjuang sendiri, percaya dan yakinlah bahwa kalian tidak benar-benar sendiri. Mari nantikan lebih banyak dari apa yang kita impikan dan perjuangkan di masa depan.


2021, terima kasih atas segala pahit manismu. 2022, para pejuang hebat telah menanti tantanganmu.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang anak perempuan pertama, kakak dari seorang adik. Seorang Third Culture Kid (Anak Budaya Ketiga) yang lahir, tumbuh, dan berkembang jauh dari pelukan Ibu Pertiwi. Akar multikultural yang aku genggam terhubung ke dalam setiap penceritaanku, baik yang melalui verbal, tulisan, atau lensa kamera.