Dari Haruna Kita Belajar Bahwa Mengutamakan Hasil Tak Selamanya Benar

Haruna Soemitro membuat geger pecinta sepakbola tanah air beberapa hari terakhir.

Beberapa hari belakangan jagat media sosial Indonesia dihebohkan dengan satu nama, yaitu Haruna Soemitro. Ia trending karena beberaoa kritikan kontroversialnya kepada pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan, Shin Tae Yong. Salah satu ucapannya yang kontroversial adalah mengenai progres Timas Indonesia diajang piala AFF. Ia (Haruna) berpendapat bahwa Shin Tae Yong sama seperti pelatih-pelatih Timnas Indonesia sebelumnya yang gagal membawa Timnas Indonesia mengangkat trofi di Piala AFF. Ia juga berpendapat bahwa hasil itu lebih utama daripada proses, karena mau bagaimanapun latihannya kalau gak juara ya gak juara. Pernyataan itupun menyinggung Coach Shin dan juga para penggemar sepak bola tanah air.

Advertisement

Karena hal itu pula jagat media sosial, terutama twitter dipenuhi dengan tagar #HarunaOut dan #SaveSTY. Wajar saja, karena statement seperti itu dianggap sebagai pemikiran yang konvensional, tidak progresif, dan dari ucapan yang dilontarkan Haruna ini netizen menduga bahwa ini salah satu alasan mengapa persepakbolaan di Indonesia tidak maju-maju. Tapi, jika kita cermati lagi pemikiran bahwa hasil lebih utama daripada proses adalah mindset yang berbahaya karena tidak akan membawa perubahan apapun.

Kita semua tau bahwa untuk mencapai sesuatu pasti perlu proses. Salah satu contohnya adalah ketika ingin mendapat gelar S1, tentu memakan waktu yang tidak sebentar kan. Untuk mendapat gelar S1 setidaknya kita memerlukan waktu selama empat tahun. Namun selama 4 tahun itu kita tidak hanya menjalani proses pengembangan akademik saja berupa perkuliahan di dalam kelas, namun kita juga mengikuti kegiatan-kegiatan lain seperti organisasi kemahasiswaan, atau lembaga sosial untuk mengembangkan kemampuan non akademik berupa Soft skill sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat.

Untuk mendapat gelar S1 kita juga menjalani proses mempraktikkan ilmu yang sudah kita dapat, kita juga  diharuskan mengikuti program Kuliah Kerja Nyata dan juga magang. Itu semua proses yang lama, panjang, dan tak mudah, menyakitkan, menyebalkan, apalagi bagi anak kos yang uang bulanannya pas-pasan, wah lebih berat lagi itu. Tapi proses yang berat pasti akan menghasilkan output yang berkualitas. Jika selama kuliah ia serius pasti setelah lulus ia akan mudah mendapatkan pekerjaan, karena ia tidak hanya berkuliah tapi juga membangun karir ketika berkuliah.

Advertisement

Lain cerita dengan orang yang menggunakan jasa joki tugas tanpa alasan mendesak, tentu saat lulus nanti hasilnya tak sebagus dengan yg sebelumnya, karena ia hanya ingin mendapatkan hasil yang instan. Akibatnya tidak ada perkembangan yang signifikan dalam dirinya. Orang seperti itu akan sulit mencapai kesuksesan, karena sukses sendiri mempunyai sarat yaitu suka proses.

Jadi, kita pada akhirnya kita semua tentu sepakat bahwa proses itu lebih utama daripada hasil. Semua proses itu perlu kita hargai, walaupun hasilnya tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kalau kita mendapati hasil dari proses yang kita lakukan tak sesuai dengan harapan, maka berhenti bukanlah jawabannya, tapi teruslah berproses sembari mengevaluasi kesalahan yang telah lalu agar tidak terulang di masa depan. Itu lebih baik daripada menyerah atau mengambil jalan pintas agar mendapat hasil yg instan, yang pada akhirnya keberhasilan itu tidak akan bertahan lama dan malah akan mendatangkan kerugian di masa depan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka ngemil bawang goreng.

CLOSE