Dekap Syahdu Peri Mungil pada Embun Naluri, Secarik Pesan Tertuang dalam Ungkapan Bundamu

Pelita tersayang, peri mungilku...

Peri Mungilku…

Advertisement

Dalam dekap syahdu, setiap hela napas munajat bundamu. Seberkas sinar cahaya menjadi pelipur lara dalam syahdunya hening menjadi kekuatan dalam doa. Teringat kala dirimu mulai belajar merangkak, berdiri, berjalan, hingga berlari menari kian kemari.  Bertumbuhlah nak, menjadi insan berguna kelak. Wanita mulia nan salihah. Tiap lirih napas panjang doa bundamu, selalu harapkan yang terbaik untukmu. Dalam sandaran tengadah luapan asa yang membersamainya. Tudung doa menggema dalam pekatnya malam. Begitu labirin perjalanan yang dilewati dalam sendu nan syahdu kita perjuangkan dan lewati.

Dalam lara pun, ucap syukur saat geliak tawamu menjadi penguat kembali raga menapaki hari. Perjalanan bundamu kelak akan menjadi filosofi cerminmu, agar kelak kau mampu belajar lebih tegar tanpa arti kata salah menapaki hari kelak dikemudian hari. Patutnya, petuah seorang guru yang lebih dahulu merasakan serta menjalani biduk labirin pasang surut, naik turun, dan terjal. Rasa bahagia dalam gelak sumringah tawa, serta asam, manisnya dikecup pun pada frasa menelan pil pahit tuk pembelajaran. Bahwa hidup ialah proses dari sebuah perjalanan dan pilihan. Biarkan mereka yang tak mengerti serta tanpa peduli menghakimi. Cukup tetap berserah diri dalam dekap Sang Khalik Yang Maha Diatas Segala-Nya. Karena hanya Allah-lah yang maha mengerti dan mengetahui segalanya. Segala pilur, segala resah, segala ketegaran, segala ketertatihan, menguatkan diri kelak akan membuatmu mengerti. Belajar tuk lebih percaya diri, belajar tuk lebih berhati-hati. Wanita di pelupuk matanya selalu terpancar seberkas sinar ketulusan yang menjaga nalurinya. Saat dirinya berhadapan dengan sesuatu yang sangat dipercayainya.

Detik kala penat itu manusiawi dirasakan setiap insan. Bukannya tak pernah. Kita semua pasti akan merasakan masa-masa itu, masa di mana sayatan yang menggores kalbu. Kuatlah nak, dalam kekuatan doamu selalu. Kala terjaga dan menatapmu saat terjaga. Pilur-pilur yang tadinya gersang, terasa hangat dalam dekap peri mungil pelita kasih. Nak, tetaplah bersyukur di sepanjang menjalani dan lewati hari-hari.

Advertisement

Rasa sendu syahdu bertabur pada setiap lembaran perjalanan yang kita lalui.

Biarlah mereka yang acap tak mengerti berkata-kata sesukanya. Cukup menjaga diam dalam setiap doa. Dan biarkan semua mengalir ikuti alurnya. Ilahi akan menunjukkan dan membukakan jalan terbaik yang dititipkan-Nya.

Advertisement

Dekap Syahdu Peri Mungilku…

Kala engkau membutuhkan figur dari kedua belah tangan yang mendekapmu penuh kasih,

Kala Ibu merengkuhmu tanpa berucap dan cukup memendamnya dalam hati atas semua yang terjadi.

Tumbuhlah menjadi seorang wanita muslimah nan tegar dan berguna kelak. Bercermin dari mereka yang kerap abai. Agar kita mampu menempatkan diri, bercermin dari terjalnya liku yang pernah dilalui. Bercermin dan tetap pelihara doa, mengandalkan Allah atas apa yang kerap merundungi. Tak lupa tuk tetap selalu tersenyum pijaki hari-hari. Tersenyum pada mereka, selalu bersyukur atas semua yang ada.

Peri mungilku tersayang…

Tiada yang lebih berarti selain mampu menatap pelita mungil tumbuh menjadi pribadi baik nan berguna kelak tuk sesama.

Kecup hangat ibunda di sepanjang doa terjaga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE