Desember Kedua yang Masih Meninggalkan Lara dan Luka

Sampai sekarang, sejak kepergianmu masih saja semua kenangan dan harapan tertata rapi di dalam hati.

Aku pernah berharap, berharap yang akhirnya hanya meninggalkan luka di dalam dada. Ingin sekali suatu hari ketika aku sedang  berlayar mengelilingi samudra dan menemukan tempat berlabuh untuk yang terakhir kalinya bersama kapal besarku tak lupa dengan prajuritnya.

Advertisement

Di pelabuhanmu aku berlabuh dan menetap dengan riang gembira tanpa adanya suatu beban dipundak. Bukan sekedar omong kosong semata, kamu memberikan sepatah kata yang cukup menyakinkanku untuk memutuskan berhenti dan menetap disana.

Berharap disana, aku dan kamu akan membangun istana megah tak lupa dengan kehidupan yang bahagia. Bunga-bunga tumbuh dengan indah tidak lupa menebarkan bau wanginya sepanjang hari. Sayur mayur tumbuh subur dikebun istana khas dengan warna hijaunya. Para prajurit lengkap dengan pedang samurai dan sebuah tameng ditangannya membuat pertahanan yang kami buat semakin aman.

Tapi, tiba suatu hari ketika harapan-harapan  yang sudah tersusun rapi dan mulai terkabulkan satu-demi satu sebuah angin topan datang memporak-porandakan semua harapan yang aku buat bersamamu. Perahu-perahu kecil yang berjejer rapi di tepi pelabuhan dihantam dengan cepat oleh sang topan. Hancur semua istana yang sudah kita bangun bersama-sama. Istana yang tampak seperti surga bagiku kini musnah sekejap dalam hitungan detik saja.

Advertisement

Desember kedua setelah kejadian itu, dimana kenangan yang tak mudah sirna dan padam begitu saja. Lara yang membekas ketika kamu memutuskan untuk pergi meninggalkanku. Kita sempat berbicara sepat kata tentang peristiwa yang bakal menjadi sebuah sejarah di dalam kehidupan kita, sebuah harapan-harapan besar dimasa mendatang dimana cincin putih yang akan menghiasi jemari kita. Tapi itu semua hanya menjadi impian yang tidak akan pernah terjadi dan hanya akan menjadi sebuah harapan dan sebah kenangan manis di dalam hati.

Sampai sekarang masih tersimpan rapi puing-puing harapan yang telah menjadi sebuah kenangan indah yang pernah terjadi diantara kita berdua. Entah apa ya

Advertisement

Aku pernah berharap, berharap yang akhirnya hanya meninggalkan luka di dalam dada. Ingin sekali suatu hari ketika aku sedang  berlayar mengelilingi samudra dan menemukan tempat berlabuh untuk yang terakhir kalinya bersama kapal besarku tak lupa dengan prajuritnya.

Dipelabuhanmu aku berlabuh dan menetap dengan riang gembira tanpa adanya suatu beban dipundak. Bukan sekedar omong kosong semata, kamu memberikan sepatah kata yang cukup menyakinkanku untuk memutuskan berhenti dan menetap disana.

Berharap disana, aku dan kamu akan membangun istana megah tak lupa dengan kehidupan yang bahagia. Bunga-bunga tumbuh dengan indah tidak lupa menebarkan bau wanginya sepanjang hari. Sayur mayur tumbuh subur dikebun, istana khas dengan warna hijaunya. Para prajurit lengkap dengan pedang samurai dan sebuah tameng ditangannya membuat pertahanan yang kami buat semakin aman.

Tapi, tiba suatu hari ketika harapan-harapan  yang sudah tersusun rapi dan mulai terkabulkan satu-demi satu sebuah angin topan datang memporak-porandakan semua harapan yang aku buat bersamamu. Perahu-perahu kecil yang berjejer rapi di tepi pelabuhan dihantam dengan cepat oleh sang topan. Hancur semua istana yang sudah kita bangun bersama-sama. Istana yang tampak seperti surga bagiku kini musnah sekejap dalam hitungan detik saja. Secara otomatis harapan yang dibuat itupun ikut lenyap terbawa topan yang datang menerjang.

Desember kedua setelah kejadian itu, dimana kenangan yang tak mudah sirna dan padam begitu saja. Lara yang membekas ketika kamu memutuskan untuk pergi meninggalkanku. Kita sempat berbicara sepat kata tentang peristiwa yang bakal menjadi sebuah sejarah di dalam kehidupan kita, sebuah harapan-harapan besar dimasa mendatang dimana cincin putih yang akan menghiasi jemari kita. Tapi itu semua hanya menjadi impian yang tidak akan pernah terjadi dan hanya akan menjadi sebuah harapan dan sebah kenangan manis di dalam hati.

Sampai sekarang masih tersimpan rapi puing-puing harapan yang telah menjadi sebuah kenangan indah yang pernah terjadi diantara kita berdua. Entah apa yang membuat kenangan itu masih melekat di jiwa, apa ini yang dinamakan cinta pertama ? sungguh tak bisa rasanya sesekali melupakannya walau hanya untuk hitungan beberapa menit saja.

Bayanganmu selalu menjadi hantu yang selalu mengikuti gerak-gerikku. Harus dengan cara apalagi agar aku bisa melupakan semua itu ? ingin sekali aku membuat harapan baru dengan orang lain, sayangnya belum ada satu orang pun yang dapat menggantikan posisimu.

ng membuat kenangan itu masih melekat dijiwa, apa ini yang dinamakan cinta pertama ? Sungguh tak bisa rasanya sesekali melupakannya walau hanya untuk hitungan beberapa menit saja.

Bayanganmu selalu menjadi hantu yang selalu mengikuti gerak-gerikku. Harus dengan cara apalagi agar aku bisa melupakan semua itu ? ingin sekali aku membuat harapan baru dengan orang lain, sayangnya belum ada satu orang pun yang dapat menggantikan posisimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE