[CERPEN] Dibawah Langit Kakegawa, Shizuoka. Aku Melepaskan Dirimu

Aku wanita masa kini Dit, menunggu sesuatu yang nggak pasti itu melelahkan. Setahun kamu menghilang aku masih sibuk mencari keberadaanmu, dua tahun aku mulai menyalahkan diriku ada kecemasan terbungkus didalamnya

Kakegawa, Shizuoka 2019

Advertisement

“Ada yang belum selesai diantara kita sepuluh tahun lalu. Saat ini semesta mempertemukan kita kembali dalam ketidaksengajaan.  Apa ini kode dari-Nya untuk kita menyelesaikan apa yang belum kita mulai dulu?”

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali mendengar ucapanmu

Terhitung sudah dua minggu aku berada disini,  dan baru kali ini kau berbicara sepanjang itu.  Aku kira kau sudah tidak mengenalku lagi.  Mengingat hanya ekspresi datar dan basa-basi seadanya khas rekan kerja yang kau tunjukan dihadapanku.

Advertisement

Lalu kenapa tiba-tiba kau membahas masa lalu?  yang dengan sulitnya aku tekan amat dalam.

“Kamu masih ingat aku kan Ta?" Ucapanmu berikutnya menyentak ku dalam alam sadar.

Advertisement

Iya aku masih ingat.  Semua tentang mu Dit. Tapi alih-alih mengucapkannya, aku hanya mampu memberi seulas senyum.

Aku lihat ada sorot kecewa dari matamu.  Kenapa?

***

Sleman, 2009

Namanya Raditya Mahendra, aku mengenalnya saat kami masih sama-sama duduk dibangku sekolah menengah pertama.  Adit begitu aku menyapanya.  Kami seperti karakter Tom and Jerry.  Sering ribut tapi saling mencari.  Adit adalah anak kebanggaan oleh guru-guru. Selalu menjadi juara umum.  Setiap ada kegiatan yang membawa nama sekolah dia selalu keluar sebagai jawaranya.  Dari keluarga yang berkecukupan.  Anak yang  sangat mudah bersosialisasi dan sangat  open minded.

Aku.  Alita Mahayu. Entah keberuntungan dari mana bisa dekat dengannya.  Tak pernah jadi juara umum. Nilai akademik ku standar saja.  Tapi jangan remehkan prestasi non akademik ku.  Aku pemain basket putri terbaik dikota ku.  Menjadi leader tim basket putri.  Sering mewakili sekolah dalam kegiatan Developmental Basketball League (DBL) dan sejenisnya yang dilaksanakan. 

Aku dan Adit. Dua orang dengan sifat dan sikap yang berlawanan.  Aku keras kepala dan Adit lelaki egois.  Kerap bertengkar tapi saling membutuhkan.  Dia satu-satunya teman yang aku miliki dan aku percayai. Selalu menjadi tameng untuk melindungiku. Introvert seperti ku sangat sulit membangun pertemanan dengan orang lain. Kaku dan tidak suka mengumbar kehidupan pribadi. Tapi bersamanya aku sangat terbuka.  Aku bercerita banyak hal.  Senyaman itu bersamanya seakan tak ada jarak. Kedekatan  ini terjalin sampai kami lepas dari sekolah menengah pertama.

 “Ta aku jemput kamu ya?

“Hah?  Aku pulang jam 4?  Yakin? “ Balasku

“Gak papa,  aku juga pulang jam segitu”  Katanya

“Kenapa?  Ada tugas akuntansi yang nggak kamu ngerti ?“  FYI.  Lepas SMP kami memilih sekolah yang berbeda. Aku anak jurusan akuntansi dan Adit anak IPA.  Juara umum itu ternyata kesulitan dalam mengerjakan soal-soal akuntansi.  Dan kerap kali dia memintaku mengajarinya.

“Bukan.  Ada yang mau aku omongin”

“Apa?  Kataku. “ Jangan buat penasaran”  Lanjutku

“Nanti aja lah.  Pokoknya aku jemput disekolah “

“Oke.  Aku tunggu”

Lalu, sore itu tanpa aku tahu.  Semua tidak lagi sama.

***

Kakegawa, Shizuoka 2019

Laki-laki yang disebelahku yang tengah menikmati indahnya sakura dari puncak Kakegawa Castle adalah laki-laki yang menghilang sembilan tahun tanpa kabar. Meninggalkan banyak tanya. Dan namanya pernah menjadi tuan dari setiap aksaraku. Aku bertemu dengannya kembali setelah sembilan tahun lamanya dilangit Negeri Sakura. Terlalu jauh kamu bersembunyi .

 “Apa kabar Raditya Mahendra , long time no see?” Setelah terdiam cukup lama. Kalimat itulah yang akhirnya keluar dari mulutku.

Adit menoleh  mengembalikan atensinya padaku. Ada senyum diwajahnya dan sorot kelegaan.

Long time no see Alita. Aku baik. “  Untuk beberapa saat kami hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai Adit memecahkan kesunyian itu.

 “Kamu banyak berubah Lit, lebih terbuka , mandiri dan nggak sependiam dulu “  katanya.

“Semua orang bisa berubah Dit, tapi yang nggak orang semua tahu adalah apa yang mereka lihat nggak sepenuhnya benar”  jawabku.

 “Ta, maaf untuk kebodohanku yang menghilang tanpa kabar  dan pergi tanpa memberi penjelasan”  kalimat to the point khas Raditya Mahendra yang tidak suka basa-basi cukup membuat aku kaget lalu secepatnya aku kembali seolah kalimat itu tidak mempengaruhiku.

Adit menatapku lebih dalam. Dan aku memutuskan tatapan matanya yang teduh. Jangan bawa perasaan Alita. Batinku coba mengingatkan.

Aku tertawa hambar mendengar kalimat yang diucapkannya.

“Maaf  untuk apa? Tidak ada yang salah dan patut dipersalahkan,  untuk sembilan tahun lalu aku sudah menutupnya begitu lama sebagai kenangan  dimasa lalu.

Alun-Alun Utara , Yogyakarta 2009

Sore itu semua tak lagi sama. Adit membawaku ke Alun-Alun Utara Yogyagkarta. Cukup jauh jaraknya dari sekolahku. Menunggu senja sambil menikmati cemilan khas Jogja.

Klise. Singkatnya Adit ingin kami lebih dari sekedar teman.

“Kenapa aku Dit?” jawabku setelah mendengar permintaannya yang mengejutkan. Aku menyukai bagaimana dia memperlakukanku. Tapi rasa sukaku belum sejauh untuk menjadi sepasang kekasih.

“Cuma sama kamu Ta aku senyaman dan seterbuka ini , kamu juga paling paham diriku. Rasanya tidak salah jika aku meminta lebih dari sekedar teman?”

Seketika suasana seolah menyepi. Semburat senja mulai tampak. Dengan kita yang masih sama-sama dalam keheningan.

“Aku nggak minta kamu jawab sekarang Ta pikirin dulu aja tidak apa-apa kok dan setelah ini jangan menjauh ya . Kalo pun kamu menolak kita tetap teman ya?” suaranya memutus keheningan yang tercipta meski diiringin dengan kekehan diujung kalimatnya tapi matanya sarat permohonan.

Adit kamu membuatku sulit.

“Tiga hari ya Dit, senja tiga hari yang akan datang kita ketemu disini. Semoga aku dapat beri jawabannya" , balasku detik itu.

Kakegawa, Shizuoka 2019

Laki-laki yang pernah menjadi objek dalam setiap sajakku masih memusatkan perhatiannya padaku. Aku mengalihkan atensiku. Sakura yang jatuh tertiup angin lebih menarik daripada pembicaraan tentang masalalu ini.

“Ta, apa ada yang aku lewatkan sembilan tahun ini?”

Dari ujung ekor mataku, aku masih  dapat melihat Adit menunggu jawabanku.

“Aku datang kesini untuk menyelesaikan proyek terakhirku, dan bertemu denganmu tidak ada dalam rencanaku. Sebuah kebetulan yang mengejutkan. Tapi aku bersyukur bisa bertemu denganmu. Tapi bukan untuk mengenang masalalu, namun memastikan hatiku bahwa benar-benar lepas dari bayanganmu sebelum aku menaruh nama lain yang aku pilih “, aku bisa melihat keterkejutan itu dari wajahnya.

“Kamu sudah menikah?" Adit mengucapkannya sembari melirik cincin yang melingkar dijariku. Matanya fokus pada cincin yang  tersemat dijari manisku.

 “Belum,tapi akan”, jawabku penuh keyakinan, mengabaikan kekecewaan yang tersirat dariwajahnya.

“ Aku menghilang terlalu lama ya Ta, aku kira rasa itu masih ada walau hanya sedikit saja“.

“Aku wanita masa kini Dit, menunggu sesuatu yang nggak pasti itu melelahkan. Setahun kamu menghilang aku masih sibuk mencari keberadaanmu, dua tahun aku mulai menyalahkan diriku ada kecemasan terbungkus didalamnya. Dan tahun-tahun berikutnya aku mencoba realistis. Hidupku nggak hanya tentang kamu. Aku tidak menyalahkan diriku lagi tapi lebih dari itu aku marah pada kamu. “

Alun-Alun Utara Yogyakarta

 

Senja tiga hari kemudian. Seperti janji waktu itu. Aku menunggu Adit datang . Aku ingin memberi jawaban atas permintaanya waktu itu. Sampai malam datang yang kutunggu tak juga terlihat. Berkali-kali aku menghubunginya tapi tak ada jawaban. Apa dia lupa ? Sepertinya tidak karena malam sebelumnya dia sempat mengirimku pesan tentang hari ini.  Aku menunggunya sampai  Alun-Alun yang tadi sepi dipenuhi pengunjung, senja sudah berganti langit malam . Aku pulang setelah meyakini diri dia tidak datang, besok aku akan menemuinya.

Nyatanya dia menghilang begitu saja sebelum mendengar jawabanku.

***

Kakegawa, Shizuoka 2019

“Boleh aku mendengar jawabanmu Ta, Jika hari itu aku datang menemui di Alun-Alun Utara Yogyakarta” setelah jawaban panjang itu kami terdiam cukup lama sampai Adit melontarkan tanya yang sesungguhnya tidak inginku jawab.

“ Iya “

Adit menaikan alisnya, bingung.

Lalu aku melanjutkan kalimatku , “ jawabanku waktu itu Iya”

Adit tersenyum malu sembari menundukkan kepalanya.

Lalu kami sama-sama terkekeh, menertawakan ‘kenangan’.

“ Selamat untuk pernikahanmu, semoga bahagia teman lamaku” ucapan Adit berikutnya menghentikan tawaku.  Kusambut ucapannya dengan seulas senyum tulus. “ Terimakasih “.

Hari itu untuk terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Dibawah langit Kakegawa, Shizuoka Jepang yang mempesona.  Dua orang yang pernah terlibat dalam romansa cinta lama belum kelar, akhirnya saling melepaskan.

***

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Arunika - Penikmat Swastamita

CLOSE