Dilema Membuka Komunikasi Dengan Mantan, Harus Bagaimana Ya?

Bisakah kita berhenti jika tidak menemukan jalan lagi?


Apa yang menjadi takdirmu, akan mencari jalannya menemukanmu-Ali bin abi thalib


Pikiran halu ini mulai menemukan pembenaran saat membaca kutipan kata indah itu. Hanya, saya mulai menghitung jarak, flashback alasan. Tidak ada jalan untuk kita.

Ada yang bertanya kepada saya lebih baik dicintai atau mencintai? Saya ingin dua-duanya karena memaksakan perasaan pada orang yang tidak kita cintai itu tidak mudah, kecuali mempunyai hati seluas samudera.

Setelah terbuai kembali dengan harapan sendiri, beberapa pertanyaan lain muncul. Yang paling inti adalah


"Apa alasan yang paling kuat untuk memperjuangkan seseorang?"


Batas harga diri saya sebagai perempuan mulai terguncang. Pikiran yang terlintas dibenak saya saat ini jika semua bisa dikejar, memastikan perasaan apa menjadi sesuatu yang sah-sah saja?

Tetapi saya sadar kembali, memastikan sesuatu berakibat saya disuruh berhenti, saya hanya konsisten menuruti pesan terakhir di e-mail untuk tidak berkirim pesan, dan membalasnya. Sedikit melukai hati sih, but no problem.

Sesungguhnya saya masih terombang-ambing, meski sudah jelas. Tetapi jika saling bersebrangan biarkan seperti itu, jangan menyelipkan harapan dari tindakan yang masih membuat saya senang sebentar dan mulai mengaktifkan lagi ekspektasi.

Saya berpikir berkali-kali, saya memang perlu membuka komunikasi, tetapi tidak mau lagi menerima konsekuensi. Tetapi saya sudah punya keputusan sendiri dari awal setelah fase terluka, Saya tidak akan menerima dia kecuali dia yang bergerak menuju saya, saya tidak ingin lagi mendengar "kalimat" seperti janji yang tidak ditepati meski menurutnya itu bukan janji, rasa ini masih besar karena masih menyimpan harapan sendiri.

Saya tidak tahu jika saya memulai kembali dengan kata "hai" apa saya akan terjebak lagi. Kepada mantanku, bisakah kita berhenti jika tidak menemukan jalan lagi?

Tapi kenyataannya saya sendiri yang tidak bisa berhenti, saya perlu alasan yang membuat kapok untuk berhenti. Saya coba anggap kamu sudah berisitri saja disana, tetapi fakta visual harus ada dan saya tidak bisa mendapatkannya. Apa dengan cara mengejar akan membuat kita berhenti.

Belakangan pikiran ini masih membuat gila, rasanya tak sabar menunggu waktu untuk kembali normal. Menganggap tidak pernah terjadi apa-apa. Realitanya mereka hanya bersarang dipikiran saya, iya harapan-harapan itu. Sampai saya sengaja meminta pandangan orang lain katanya "bisa saja dia tidak mempunyai alasan apa-apa, bisa saja dia tidak bermaksud membuka harapan" yang salah saya yang belum move on begitu katanya.

Lalu, niat untuk tidak menghubungi kembali sudah bulat, logikanya jika dia mempunyai maksud dia akan menghubungi saya, tetapi tidak ada pesan apa-apa. Yang sudah berlalu, biarkan berlalu hati. Pikiran kamu bisa sakit berkepanjangan jika berharap pada manusia.

Satu-satunya cara adalah tetap dalam prinsip sendiri, jangan terguncang lagi. Seseorang yang lebih baik yang pantas kamu cintai akan datang pada waktu kamu siap. Percaya saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Full-time Japanese Language Teacher And Postgraduate Student.