Saat Hidup Berjalan Tak Sesuai Rencana, Mengakui Kalau Kamu Galau Karenanya Itu Nggak Apa-apa

Galau soal hidup itu manusiawi

Di sini pasti semuanya pernah merasakan galau. Tua, muda, Ibu, Bapak, cowok ataupun cewek. Dengan berbagai macam alasan seperti ditolak gebetan, baru putus, banyak hutang, skripsi yang nggak kelar-kelar dan lain sebagainya. Sebenarnya wajar sih kalau kamu merasa galau karena bagaimanapun kita cuma manusia biasa yang tak sempurna, yang didalam hidupnya tidak selalu merasa happy atau puas.

Advertisement

Hidup itu bagaikan sandiwara, kalau kata orang. Ada episode-episode di mana hidup kita sedang berada diatas awan (lagi indah-indahnya), namun ada juga episode-episode di mana hidup bagaikan didasar jurang terdalam. Namun selalu ada cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidup.

Tahun ini saya berumur 27 tahun, dalam hitungan beberapa bulan kedepan saya akan berganti usia. Apakah saya sudah puas dengan hidup saya? Tidak juga.

Kita kerap mendengar ekspetasi dari orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga atau teman-teman. Mereka bilang hidup yang sempurna itu adalah hidup yang lurus, mulus, sudah digariskan dan memiliki timeline yang siap kita jalani.

Advertisement

Misalkan lulus kuliah dalam waktu 3 tahun (padahal kenyataannya ada orang yang karena satu dan lain hal membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun untuk mendapatkan gelar mereka). Mulai kerja di usia 21 tahun (padahal ada orang yang seumuran dengan saya tapi sampai detik ini masih belum menemukan pekerjaan pertama mereka). Menikah di usia 25 tahun (padahal umur segitu ada orang yang baru putus cinta, belum menemukan jodohnya atau bahkan di tengah jalan gagal nikah). Punya dua anak atau lebih (kalau saya sih mah nggak mau punya anak. Nggak suka anak-anak dan tanggung jawabnya besar. Hanya orang yang sudah siap sajalah yang pantas memiliki keturunan).

Padahal kenyataannya hidup tidaklah semulus itu, Anthonio. Tiap orang dilahirkan berbeda-beda dengan tujuan hidup dan timeline masing-masing yang berbeda pula di muka bumi ini. Ada yang memang jalan hidupnya lurus dan mulus-mulus saja, sesuai dengan ekspetasinya. Namun ada juga yang harus melewati jalan yang berliku dan tidak jelas arahnya di dalam hidupnya. Kita tidak akan pernah bisa merubah takdir yang sudah ditetapkan untuk kita biarpun didalam hati gondok setengah mampus.

Advertisement

Perlu diingat lagi, tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang 100% sempurna. Artinya, biarpun hidup mereka terlihat selalu mulus dan bahagia, pastilah ada satu sisi di mana mereka merasa galau, tidak puas, dan tidak bahagia dengan hidup mereka. Cuma mereka memilih untuk tidak menunjukkannya kepada banyak orang. Karena tidak selalu baik untuk menunjukkan kesusahan kita, bisa-bisa dianggap cari perhatian atau mencari simpati. 

Tapi tau nggak guys, terkadang jalan yang penuh lika-liku itulah yang akan mendorong kita untuk lebih maju dan menjadikan kita orang yang lebih baik. Sekali lagi saya tekankan, merasa galau itu normal kok. Apalagi menyangkut jalan hidup dan masa depan yang tidak bisa diprediksi. Saya yakin pasti sebagian besar diantara kalian suka mengira-ngira akan menjadi seperti apa di kehidupan mendatang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa aku bisa menggapai mimpi? Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Nah, balik lagi ke pertanyaan apakah saya puas dengan hidup saya? Ada masa di mana saya merasa sangat bersyukur dengan hidup ini. Diberikan kesempatan hidup, bangun pagi dan merasa segar, makan enak, tubuh sehat, bisa bepergian, bisa membeli barang yang saya sukai, punya rumah untuk bernaung, tidak ada yang mengekang, rezeki berkecukupan dan lain-lain.

Dan terkadang saya juga suka merasa galau. Sudah berumur 27 tahun namun pacar pertama saja masih belum ada. Masih tinggal di rumah orang tua ketika yang lainnya sudah sanggup membeli rumah atau apartment. Sering diperlakukan seperti anak kecil (karena tampang baby face dan sifat super intovert).

Zaman sekolah pernah di-bully tanpa tau kesalahan saya apa. Pernah tidak naik kelas dan itu malunya setengah mati. Nggak punya banyak teman. Suka berasa dikelilingi toxic people. Karier yang belum jelas kemana arahnya. Dan masih banyak lagi. Hahaha.

Nah, gimana cara mengatasi kegalauan akan jalan hidup? Biasanya sih saya akan mengambil waktu sejenak untuk berpikir dan merenungi kehidupan saya selama ini. Hal-hal baik apa saja yang saya miliki dan telah dapatkan, juga hal-hal buruk yang terjadi selama hidup didunia.

Saya berusaha untuk mensyukuri hal-hal baik ini dan optimis bahwa kedepannya hal-hal baik akan terus terjadi. Untuk hal-hal buruk yang terjadi, saya ambil hikmahnya saja dan merefleksikannya terhadap pribadi saya. Banyak hal-hal dalam diri saya yang berubah dengan adanya kejadian-kejadian tak mengenakkan di dalam hidup saya.

Mungkin memang ada maksud dan tujuan tertentu mengapa jalan hidup saya seperti ini. Tentunya hidup ini disesuaikan dengan misi dan visi kita sebagai manusia, biarpun mungkin kita belum tahu sepenuhnya apa tujuan kita hidup dimuka bumi ini. Namun melalui pengalaman-pengalaman hidup dapat sedikit memberikan gambaran jelas.

Jadi menurut saya, jalani saja hidup ini dengan mindset bahwa kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup ini and it’s okay sometimes untuk merasa galau. Galau adalah hal yang manusiawi kok, justru orang yang terlalu happy (atau selalu happy) dan ga pernah merasa galau sama sekali itulah yang patut dipertanyakan hahaha.


Jangan terlalu kuatir berlebihan, hidup ini memang tidak bisa diprediksi. Namun penuh kejutan, akan banyak hal-hal menarik dan menegangkan yang akan mewarnai hidupmu.


Khawatir berlebihan justru menambah beban pikiran, membuat kamu susah dan takutnya kamu tidak bisa menjalani hidup dengan hati tenang. Ambil hal-hal yang baik, buang yang buruknya. So, hidup ini dibawa sans aja, guys!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis jadi-jadian. Introvert. Burung hantu

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE