Geliat Hypebeast di Lingkup Anak Muda yang Menaikkan Derajat Pakaian Sehari-hari

Anak muda zaman sekarang menyukai gaya pakaian sehari-hari yang nyaman dan berkarakter namun juga bergengsi tinggi

Tidak lengkap rasanya membicarakan generasi milenial tanpa menyinggung kaum hypebeast. Istilah ini tidak asing lagi di kalangan anak muda terutama yang eksis di jagat media sosial. Ada dua pengertian hypebeast yang perlu kita ketahui. Pertama, hypebeast adalah istilah bagi seseorang yang sangat terobsesi (beast) untuk mengikuti tren dalam fashion (hype). Sedangkan menurut wikipedia, hypebeast adalah nama media online dan e-commerce dari Hongkong yang membahas segala sesuatu tentang fashion anak muda.

Advertisement

Menariknya fenomena hypebeast tidak datang dari produk adibusana glamour yang sudah lama dikenal mahal dan bernilai seni tinggi seperti Louis Vuitton, Channel, atau Gucci. Arus tren hypebeast mengarah pada jenis pakaian yang dikenakan sehari-hari atau sering disebut streetwear. Kini, pakaian seperti jaket hoodie, kaos, celana training hingga sneaker yang dikeluarkan merek-merek ternama memiliki kelas dan nilai jual sangat tinggi.

Fakta ini memang cukup menarik untuk dipertanyakan. Tentang bagaimana sebenarnya pergeseran nilai yang fantastis terjadi pada produk yang selama ini bukan barang ‘mewah’. Sekilas maupun dengan detil kita perhatikan sandang yang ditawarkan bukan sebuah mantel musim dingin yang super glamour, gaun bertabur berlian, ataupun sepatu berbahan kulit hewan langka. Semua terlihat biasa-biasa saja seperti kebanyakan pakaian dingin yang digunakan orang pada umumnya. Namun orang-orang khusunya anak muda seperti tersihir bahwa pakaian itu punya nilai setara barang antik yang akan diburu kolektor dengan harga selangit.

Gambaran hypebeast diwakili oleh generasi milenial dan generasi Z. Mereka adalah konsumen terbesar produk fashion subkultur ini. Awalnya, tren berpakaian ini dipicu oleh maraknya fenomena tagar OOTD (outfit of the day) yang digunakan artis ternama di media sosial. Tagar tersebut dipakai untuk melengkapi posting tentang gaya berpaikaian mereka yang memamerkan merek tertentu. Alhasil khalayak ikut terobsesi untuk menunjukkan mode pakaian yang mengutamakan gengsi demi menuai pujian. Dari sini bisa kita pahami seberapa besar dan pentingnya sebuah label dari ‘penonton’.

Advertisement

Salah satu contoh merek paling terkenal dalam fashion hypebeast adalah Supreme asal Amerika yang didirikan James Jebbia. Mulanya Supreme menyediakan pakaian untuk para skater, anggota geng hingga anak hip hop di New York yang identik dengan gaya streetwear. Kesuksesan Supreme berawal dari rilisnya salah satu kaos berlambangkan merek tersebut yang ternyata diminati banyak orang. Kini Supreme dapat menjual produk bernama box logo tee-nya dengan harga berkisar 50-70 $ dan 100-1000 $ jika dibeli dari reseller atau dalam rupiah berkisar antara 1juta hingga 15juta rupiah. Harga yang sangat fantastis untuk sepotong kaos oblong bersablonkan sebuah kata.

Merek adibusana berkiblatkan budaya hypebest hanya akan mengeluarkan barang dengan jumlah yang terbatas, sehingga kelangkaan akan mempengaruhi harga. Hal ini mereka adopsi dari kecenderungan produk mode high fashion ternama yang biasanya dibuat oleh perancang busana seperti Givenchy atau Saint Laurent. Namun tentu saja harga yang selangit tidak menghalangi kaum hypebeast untuk mendapatkan produk fashion dari merek favoritnya. Padahal dengan nalar sederhana kita bisa telaah seberapa besar modal yang perlu dikeluarkan untuk memproduksi, kemudian kita bandingkan dengan harga jualnya.

Advertisement

Jika bicara masalah seni, tentu kita tidak bisa mengoreksi subjektif seseorang. Setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda akan sebuah karya seni yang selamanya tidak mungkin diseragamkan. Namun sebagian dari kita mungkin tidak bisa terhindar dari rasa heran akan fenomena ini. Dimodifikasi seperti apapun kita perlu setujui ada eklusifitas dibalik semua alibi kaum hypebeast.

Ada derajat dari kualitas diri yang diangkat oleh tren ini bagi pemakainya. Ini menunjukkan bahwa dunia yang kita jalani sangat dinamis. Kedinamisan inilah yang memungkinkan fenomena-fenomena ini terjadi di masyarakat. Mungkin tidak pernah kita bayangkan bahwa ada permainan gengsi bisa merambah produk keseharian seperti itu.

Kesuksesan tren ini ditandai dengan bergabungnya merek glamour seperti Gucci, Dior dan LV dalam arusnya. Dengan memanfaatkan kolaborasi bersama merek seperti Supreme, Off White, Adidas, Nike dan lainnya mereka ikut larut dalam tren streetwear demi memenuhi permintaan pasar. Kolaborasi yang muncul semakin tidak hanya meyakinkan bahwa anak muda zaman sekarang menyukai gaya pakaian sehari-hari yang nyaman dan berkarakter namun juga bergengsi tinggi. Bahkan tanpa berkolaborasi, merek adibusana tersebut latah mengikuti permintaan pasar akan pakaian ‘sederhana’ bermerek dagang kelas atas.

Setiap makna punya sugesti tersendiri. Apapun bisa menjadi komoditas dengan nilai yang prestis saat memang didukung oleh pasarnya. Yang mana dijelaskan oleh hukum ekonomi persedian-permintaan. Ada baiknya kita memahami narasi dibalik tren yang berkembang. Seperti apa prioritas kita coba dimodifikasi oleh pergerakan yang sering kita sebut ‘perkembangan zaman’.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE