Pandemi Covid-19 yang tengah berlangsung hingga saat ini masih menjadi momok bagi masyarakat di dunia. Pergerakan manusia yang serba terbatas mengakibatkan aktivitas mereka sangat terganggu dan dapat memengaruhi produktivitas mereka. Pandemi yang belum dapat diprediksi kapan akan berakhir menambah rasa kekhawatiran yang dirasakan oleh semua masyarakat di dunia. Hal itu terjadi pula di Indonesia, masyarakat mengalami keputusasaan menghadapi masa pandemi yang belum juga mereda.
 Pandemi yang sedang terjadi menimbulkan dampak negatif tidak hanya di bidang kesehatan. Bidang-bidang lain seperti bidang pendidikan dan juga bidang ekonomi juga mengalami penurunan kinerja dalam aktivitasnya. Bidang ekonomi paling merasakan dampak dari adanya masa pandemi ini. Bidang ekonomi sebagai bidang penggerak kesejahteran masyarakat dan kestabilan negara seakan-akan sedang diuji daya ketahanannya.
Sejak pertengahan tahun 2020 atau tepatnya 3 bulan semenjak pemerintah Indonesia menetapkan kondisi darurat pandemi, negara Indonesia telah mengalami resesi atau penurunan aktivitas ekonomi. Dilansir dari CNN News, Indonesia telah mengalami resesi ekonomi dan hingga bulan November 2020 sudah berada di zona negatif perekonomian negara.
Hal itu berdampak dengan maraknya pengurangan tenaga kerja di berbagai pabrik dan perusahaan di Indonesia. Selain itu, banyaknya usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang mengalami gulung tikar karena mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal usaha di masa pandemi. Kegiatan perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan yang cukup tajam, dengan adanya fenomena ini angka pengangguran di Indonesia semakin mengalami kenaikan.
Kegiatan ekonomi belum dapat berjalan dengan lancar mengingat adanya pandemi yang menyebabkan terjadinya ketidakpastian ekonomi global. Hal semacam ini membuat para investor dan pegiat ekonomi memutar strategi agar dapat menjaga kestabilan ekonomi di Indonesia yang semakin hari semakin melemah. Pemerintah juga berupaya memperbaiki sistem perekonomian Indonesia secara perlahan-lahan untuk memulihkan kegiatan ekonomi masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah menerapkan kebijakan baru bagi para investor di bidang ekonomi selama masa pandemi. Investor harus mencanangkan kembali portofolio investasi secara keseluruhan dan juga beragam, karena bursa kerja dan saham di berbagai negara juga mengalami defisit (Collins, 2020).
Di masa pandemi yang dirasa sangat berat bagi dunia bursa saham, masih ada prospek investasi yang bisa dikatakan stabil bahkan menghasilkan imbal paling berkembang. Angin segar datang dari investasi emas dan logam mulia. Dilansir dari Bloomerg, sampai akhir bulan Oktober  2020 harga emas mengalami kenaikan hingga 23% ytd (year to date). Sedangkan untuk logam mulia berupa Antam mengalami kenaikan sebesar 15% ytd. Perkembangan dan pencapaian harga tertinggi dari logam mulia tersebut sebab emas menjadi aset menguntungkan bagi para investor. Emas dan juga logam mulia memiliki nilai lebih sebagai pelindung aset dengan adanya inflasi.
Dengan adanya situasi dan kondisi perekonomian yang belum stabil akibat pandemi, investasi emas dan logam mulia diprediksi menjadi aset investasi yang menimbulkan lebih sedikit risiko daripada aset investasi lainnya yang berupa pasar modal atau bahkan pasar uang. Nilai tukar dan nilai jual beli emas mudah untuk dicairkan. Harga dipasaran juga stabil dan cenderung tinggi bahkan di tengah ekonomi global yang masih belum stabil. Meskipun di masa sulit, di masa pandemi seperti sekarang ini permintaan emas terus mengalami peningkatan yang mengakibatkan harga emas dan logam mulia mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
Investasi dengan menggunakan emas dinilai sebagai cara yang paling aman ketika menghadapi masa pandemi seperti sekarang ini. Meski mengalami ketaktetapan secara harian, harga emas dan logam mulia terus mengalami peningkatan apabila dilihat dari jangka panjang tahunan. Melansir dari Kompas.com dilaporkan bahwa harga emas dan logam mulia naik sebanyak 21% semenjak awal tahun 2020. Hal ini disebabkan karena adanya permintaan pasar yang meningkat dalam kegiatan jual-beli emas. Investasi emas menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Emas digadang-gadang sebagai safe haven bagi investor-investor serta bagi pegiat ekonomi pemula. Hal tersebut dikarenakan sistem jual beli emas sangat mudah, yaitu dalam ketentuan waktu kurang dari satu tahun.
Emas dapat diuangkan dengan cepat, masyarakat lebih memilih menyimpan emas karena emas mudah dicairkan sewaktu-waktu apabila terdapat kebutuhan dan keperluan mendadak. Emas juga dapat dijadikan aset investasi paling mudah dan memiliki jangka yang panjam sebab nilai dari emas dan logam mulia ini tidak akan terpengaruh dengan adanya inflasi bahkan resesi. Keuntungan lainnya yang akan didapatkan adalah harga emas yang sangat mudah dijangkau. Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi seperti sekarang ini, investasi emas dapat dilakukan siapa saja dan di mana saja. Â Teknologi digital menjadikan siapa saja, bahkan investor pemula dapat melakukan investasi via tabungan emas.
Dengan harga yang terjangkau dan hasilnya menjanjikan. Melalui teknologi digital, semua orang dapat membeli emas dengan berat lebih ringan dari pilihan terkecil yang sudah tersedia pada hitungan berat emas dan logam mulia biasanya, sehingga dapat berinvestasi dengan budget seminimal mungkin. Pencairan tabungan emas secara digital ini juga tidak menemui kendala yang berarti, emas dan logam mulia yang telah ditabung sebacar digital dapat dicairkan berupa uang tunai, bahkan dapat pula dicetak menjadi emas batangan.  Hal ini menghasilkan kemudahan dalam berinvestasi bahkan di masa pandemi.
Sebuah kontradiksi terjadi pada investasi pasar modal dan saham. Indeks harga saham gabungan mengalami penurunan kinerja hingga 19% ytd. Pada bulan Maret 2020 lalu, IHSG bahkan mengalami panic selling. Investasi saham dan pasar modal sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan dengan adanya pandemi dan belum tepatnya cara pemerintah terhadap penanganan kasus pandemi Covid-19 ini. Dengan adanya pandemi, para investor berusaha menyelamatkan aset mereka ke instrumen yang lebih aman. Telah diketahui bawasannya investasi dalam pasar modal dan saham merupakan investasi yang memiliki risiko cukup tinggi. Apalagi dengan kondisi perekonomian global yang masih carut-marut.
Dengan semakin melemahnya IHSG di Indonesia, pemerintah melakukan upaya untuk menggerakkan pasar saham dengan cara memberikan stimulus pajak dan juga bantuan sosial. Telah diprediksi bahwa angka saham dan pasar modal akan membaik pada tahun 2021 seiring dengan perbaikan sistem penanganan masa pandemi oleh pemerintah Indonesia. Para investor yang masih tetap konsisten dengan investasi saham harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan sektor saham yang akan diinvestasikan di masa pandemi.
Investor harus melakukan analisis yang lebih dalam terhadap sektor saham yang akan dijadikan investasi. Mereka harus menyesuaikan dengan tujuan investasi yang akan mereka lakukan. Investasi saham yang dipilih harus berpotensi mengalami pertumbuhan dalam jangka waktu yang panjang, mengingat belum dapat diketahui kapan pandemi akan berakhir. Investor  harus memutar strategi supaya tidak keliru dalam hal menempatkan dana dan melakukan diversifikasi atau penganekaan saham yang berguna untuk menekan risiko kerugian yang mungkin saja terjadi ketika berinvestasi.
Seorang investor harus mempertimbangkan saham apa saja yang dapat berkembang di masa pandemi dan juga sesudah pandemi. Investor harus pandai-pandai memilah dan memilih prospek sektor saham mana saja yang berpeluang menghasilkan di masa yang akan datang. Mengingat kondisi dan situasi yang belum stabil seperti sekarang ini, prospek saham di sektor telekomunikasi, industri konsumen, serta saham di sektor kesehatan akan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Terlebih akan adanya proyek pengadaan vaksin Covid-19 secara masif, akan membuka peluang para investor untuk mengembangkan bisnis sahamnya di sektor tersebut.
Sektor rumah sakit dan farmasi menjadi opsi para investor yang akan menanam saham di tengah masa pandemi ini. Hal itu dikarenakan pengadaan alat medis dan sarana kesehatan lainnya masih dibutuhkan selama masa pandemi hingga paska pandemi. investasi saham di sektor kesehatan diprediksi  masih dapat berkembang dan memiliki prospek yang menjanjikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan investasi di tengah masa pandemi yang berlangsung dapat dilakukan. Hal tersebut dapat berfungsi sebagai penguatan aktivitas perekonomian dan pemulihan dari masa resesi di negara Indonesia. Investasi yang paling aman dan memiliki risiko paling sedikit adalah investasi emas. Investasi tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dan sangat menghasilkan karena harga emas tidak terpengaruh dengan keadaan resesi.
Selain itu, untuk investasi saham dan pasar modal masih dapat dilakukan di masa pandemi. Tetapi harus dilakukan dengan perhitungan yang matang karena investasi saham memiliki risiko kerugian yang cukup tinggi. Apabila ingin melakukan investasi saham, investor harus mempertimbangkan dan menganalisis dengan matang sektor saham mana saja yang masih bisa berkembang di masa pandemi seperti sekarang ini.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”