Jejak digital, Privasi Pengguna, dan Reputasinya. Penting Nggak sih?

Di zaman yang serba canggih dan maju seperti sekarang ini, tentunya mayoritas dari kita semua sudah tidak asing dengan yang namanya internet ataupun dunia digital. Hmm, jangan-jangan kedua hal tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan kita? Yang pasti jika jawabannya iya, tentunya hal tersebut bukan menjadi sebuah kejutan.

Advertisement

Mengingat memang manusia sekarang ini tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga hidup di dunia digital. Apa sih sebenarnya dunia digital itu? Menurut para ahli, dunia digital atau biasa dikenal dengan sebutan cyberspace merupakan sebuah platform digital yang dimediasi oleh komputer yang saling terhubung dengan jaringan dan bersifat multidimensi/virtual (Benedikt, 1991: 122-123). Istilah gampangnya sih cyberspace itu adalah tempat untuk saling berinteraksi secara online dengan menggunakan komputer atau gawai.

Lalu sebenarnya apa sih korelasi dunia digital dengan jejak digital, privasi pengguna, bahkan reputasinya? Kok keliahatannya ribet banget sih? Emangnya penting yaa? Eitss, tunggu dulu. Mereka tentu saja memiliki korelasi di dalamnya, dan itu sangat penting. Contohnya saja seperti pada dunia nyata, dimana aktivitas-aktivitas yang kita lakukan, secara tidak langsung dan tanpa kita sadari itu akan meninggalkan sebuah jejak.

Sama halnya dengan di dunia digital, aktivitas sekecil apapun yang kita lakukan di dalamnya, sejatinya tanpa kita sadari akan meninggalkan sebuah jejak yang tidak akan bisa terhapus. Kok gabisa dihapus? Bukannya tinggal di delete aja ya?

Advertisement

Gini-gini, misalnya aja seseorang telah memposting hal-hal sarkas di sosial media, sepintar apapun orang tersebut menghapus, pasti ada aja pihak lain yang mungkin udah nge-screenshot atau nge-share postingan tersebut. Jadi ya walaupun publisher asli thread tersebut secara konsep sudah menghapusnya, akan tetapi jejak dari thread tersebut tidak akan ikut lenyap alias akan terus ada di dunia digital. Nah jejak-jejak digital tersebut lah yang nantinya akan memengaruhi reputasi setiap pengguna internet.

Perlu diingat bahwa jejak digital itu bisa dibilang sebuah proyeksi diri kita yang akan memberikan dampak terhadap bagaimana reputasi kita di dunia nyata. Misalnya saja pada saat kita ingin mengajukan beasiswa, mendaftar kuliah dan pekerjaan, atau ngga usah jauh-jauh deh, sekedar kita ingin berkenalan dengan orang baru saja pasti kita melakukan stalking kepada orang tersebut kan? Nah jika orang tersebut memiliki jejak digital yang buruk, tentunya reputasi orang tersebut dihadapan kita juga akan buru.

Advertisement

Kita akan mengecap orang tersebut adalah orang yang kurang baik, begitu juga sebaliknya. Makanya di dunia digital tuh kita harus berhati-hati kalau mau bertutur atau beraktivitas di dalamnya karena dunia digital itu sifatnya transparan dan semua yang ada disana akan tersimpan untuk selamanya.

Waduh berarti seram juga dong? Ya, bisa dibilang begitu, tapi nggak semuanya serem kok karena terkadang jejak digital tuh bukan hanya perihal reputasi saja, tapi dalam kehidupan sehari-hari justru dapat membantu untuk mempermudah aktivitas kita saat berada dalam dunia digital.

Contohnya saja saat kita lagi ngecek e-commerce langganan nih, pasti disitu akan muncul sebuah suggestion produk-produk yang relate dengan interest kita, jadi secara tidak langsung sebenarnya kita sendiri yang diuntungkan karena tidak perlu repot untuk mencari produk tersebut, bahkan seringkali suggestion tersebut itu juga muncul di aplikasi lain, seperti Instagram atau Facebook misalnya. 

Akan tetapi, walaupun jejak digital yang turut mempermudah kehidupan kita sehari-hari itu terkesan positif, sebenarnya hal tersebut justru dapat menghantui privasi penggunanya karena jejak digital kita diambil dan diproses oleh suatu lembaga tanpa sepengetahuan dan kesadaran kita sendiri. Sebenarnya kalau lembaga tersebut bisa menjaga data kita sesuai dengan terms and condition mereka sih tidak ada masalah ya, tapi kalau lembaga tersebut amit-amitnya mengalami kebocoran data seperti salah satu e-commerce pada tahun 2020, bagaimana?

Secara tidak langsung data yang bocor tersebut akan dapat diperjualbelikan kepada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan akan berdampak pada diri kita sendiri. Misalnya aja kita akan lebih sering di terror dengan mendapatkan sebuah scam, spam, ataupun fraud, hingga penyalahgunaan identitas yang dilakukan oleh oknum-oknum tersebut.

Itulah mengapa selain kita harus menjaga sebuah tutur dan perilaku dengan menghindari kegiatan overshare dan cyberbullying agar reputasi tetap terjaga dengan baik, kita juga harus bisa menjaga data diri agar privasi kita dapat lebih terkontrol dan terkelola. Misalnya saja dengan kita rutin untuk memeriksa akun yang tertaut, mengubah informasi vital seperti password, serta mengaktifkan two-factor authentication. Walaupun sebenarnya dengan terus berkembangnya fitur-fitur baru dalam teknologi, sejatinya sudah dapat memungkinkan kita untuk lebih aman dalam menjaga identitas, privasi, dan reputasi kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan program studi Ilmu Komunikasi. Saya menyukai sesuatu tentang teknologi dan otomotif.

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE