Kita Terlalu Sibuk Memikirkan Balasan Orang Hingga Lupa bahwa Kebaikan Tak Boleh Mengharap Imbalan

kebaikan tak mengharap imbalan

Berhadapan dengan harapan, sebetulnya bukan perkara mudah. Berteman dengan kebaikan, membawa duka yang bisa mendalam. Berkawan dengan permusuhan, membuat tidak tenang hati ini. Benar kata orang, segala sesuatu yang berlebihan memang tidak dianjurkan.

Ketika sudah berbuat baik, bisa saja mendapatkan penolakan. Otomatis, merasa tidak digubris dan menimbulkan perasaan yang diliputi kegelapan. Melakukan kejahatan, hidup makin tidak tenang. Ada rasa hebat yang sebetulnya tidak baik jika terus dibiarkan dalam diri. Perlu diubah agar memberikan rasa baru yang menenangkan.

Mungkin dari kita pernah mengalami atau mendengar, saat berbuat baik namun tidak mendapatkan balasan positif. Bahkan ditinggalkan begitu saja. Sebut saja ketika berbagi informasi dengan orang lain seputar perkuliahan, mereka akan mendengarkan dan berterimakasih. Namun, ketika ada kegiatan baru, belum tentu kita diinformasikan. Maka, kita merasa “kok dia begitu?” Ada rasa ditinggalkan dan dicuekkan. Kenapa tidak diajak?

Deg!

Lantas berpikir, ada apa sama kita sehingga dia bisa berbuat begitu? Padahal kita sudah berbuat baik, namun kenapa tidak diperlakukan yang sama? Mungkin kita akan beranggapan bahwa mereka sekedar ingin mendapatkan perhatian, namun tidak mau memberikan itu kepada orang lain.

Namun, melihat dari sudut pandang lain, pasti ada hal yang menjadi pertimbangan. Bisa saja, dirasa bahwa kita tidak cocok dengan acara tersebut, atau dirasa kita cukup sibuk dengan kegiatan kampus, dsb. Tapi, kita pasti akan kembali berpikir, “apa salahnya jika kita tetap mendapat informasi, meskipun kita tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut.”

Ya.. selalu demikian.

Terkadang kita hanya terus berpikir dan membangun asumsi sendiri. Tanpa pernah untuk mempertimbangkan dan melepaskan semua pikiran tersebut. Sadarkah bahwa itu melelahkan. Berbuat baik pun dilakukan memang atas dasar niat yang tulus, bukan mengharapkan imbalan. Jika yang lain tidak mengajak, bukan berarti kita ditinggalkan. Pasti akan ada cerita lain yang dilakukan. Tenang saja dan lakukan apa yang dirasa tepat untuk diri sendiri.

Percuma berasumsi dan membangun pikiran yang tidak berujung, sebab itu hanya menyesakkan dada dan melupakan diri dari kenyataan. Faktanya, tidak selalu semua berakhir dengan buruk. Hal ini bisa menjadi pelajaran bahwa tiap orang berbeda. Kita tidak bisa memastikan bahwa orang tersebut harus sama dengan diri kita.

Mirip itu mungkin, kalau sama bisa saja tidak mungkin. Sebab, tiap orang unik dengan caranya sendiri. Keunikan ini yang membuat kita bisa saling melengkapi satu sama lain.

Coba bayangkan jika semua orang di sekitar kita sama dengan diri ini, tentu akan timbul hal-hal yang tidak bisa diselesaikan. Karena semua punya tipe yang sama. Adanya keberagaman akan membentuk diri ini dan sekitar dengan berbagai hal menarik lainnya.

Daripada bergelut dalam pikiran dan perasaan negatif, lebih baik menyebarkan senyum dan kebahagiaan. Lantas, kita akan mendapatkan senyum dan kebahagiaan juga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Psychology. Management. Yellow. Novel.

Editor

une femme libre