Fandom pada dasarnya berarti kepenggemaran. Lumrahnya sekarang, fandom bisa berbentuk sebuah grup atau sekumpulan orang-orang yang menggemari suatu artis atau idol atau bahkan sebuah karakter tertentu. Kepenggemaran atau fandom ini menjadi sebuah budaya di dunia industri hiburan, terutama artis dan idol yang memang cukup umum dilihat sekarang-sekarang ini. Fandom ini menjadi budaya yang melekat pada sosok artis atau idol yang digemari banyak orang.
Dalam sebuah fandom, sudah dipastikan ada berbagai macam jenis manusia. Semakin besar sebuah fandom, semakin banyak juga jenis manusia di dalamnya. Perbedaan karakter pada manusia ini bisa saja memunculkan sifat toleransi, tetapi bisa juga menghasilkan budaya yang sifatnya negatif karena adanya perbedaan karakter dan pemahaman akan dunia hiburan. Perbedaan karakter dan sifat manusia bisa menghadirkan konflik. Tidak semua konflik bisa diakhiri dengan baik-baik. Terlebih lagi, apabila ada perasaan dominansi pada sekumpulan orang tertentu.
Ada banyak sekali contoh-contoh penggemar yang sudah bisa dilabeli toxic dan penggemar-penggemar yang toxic inipun, membuat orang lain melakukan generalisasi terhadap suatu fandom yang ditempatinya. Yang dipermasalahkan bukanlah label yang dimiliki oleh fandom tersebut, tapi budaya toxic itu sendiri yang bisa hadir di dalam fandom tersebut.
Dalam industri hiburan Korea Selatan, khususnya terfokus pada KPop, penggemar-penggemar idola-idola tersebut memiliki kecenderungan untuk menjadi terobsesi dengan idola mereka. Mereka merasa bahwa idol atau artis yang mereka gemari itu adalah milik mereka dan dapat dikontrol oleh mereka. Hal tersebut memunculkan sebuah ungkapan yang cukup terkenal yaitu Bias Is Mine atau Oppa Is Mine. Penggemar-penggemar seperti itu akhirnya menjadi seseorang yang membatasi apapun yang dilakukan idol atau artis yang mereka gemari.Â
Di luar dari masalah seperti itu, penggemar yang toxic pada sebuah fandom juga bisa dicirikan sebagai seseorang yang memiliki rasa superior terhadap sesama penggemarnya ataupun penggemar dari artis atau idol lainnya. Rasa superior kepada sesama penggemar akan membuat ketidaknyamanan karena sesungguhnya tidak ada aturan tertulis untuk menjadi seorang penggemar suatu artis atau idol tertentu itu seperti apa sehingga rasa superior dan sok mengatur ini hanya akan memecah belah suatu fandom. Sejujurnya, tidak ada masalah dalam membangga-banggakan sebuah prestasi yang didapatkan oleh artis atau idol yang digemari. Masalahnya hadir ketika mereka sudah mulai melakukan hate speech terhadap artis atau idol yang tidak mereka gemari dan menganggap bahwa artis atau idol yang mereka gemari adalah dewa.Â
Anggap saja Ranti adalah seorang penggemar dari Idol A. Ranti begitu menyukai Idol A. Ia mendengarkan lagu-lagunya di platform musik legal dan sebisa mungkin menonton acara-acara yang dibintangi Idol A, tetapi ia tidak pernah membeli album ataupun merchandise dari Idol A. Ranti juga tidak pernah pergi ke konser Idol A. Menurut penggemar yang waras atau normal, Ranti adalah seorang penggemar karena Ranti tetap mencoba mendukung kegiatan Idol A sebisa mungkin. Namun, menurut penggemar-penggemar toxic Idol A, Ranti belum bisa dianggap penggemar Idol A hanya karena Ranti tidak pernah membeli album Idol A dan pergi ke konser Idol A.Â
Mungkin awalnya, Ranti bisa mencoba mengabaikan ucapan-ucapan tidak jelas dari penggemar-penggemar seperti itu. Namun, lama kelamaan hal seperti itu mengganggunya dan membuat jadi overthinking. Ucapan-ucapan dari penggemar-penggemar toxic itu mengganggu kesehatan mentalnya karena ia jadi berpikir bahwa dia bukanlah penggemar sebenarnya.Â
Pada situasi seperti ini, terbesitlah di pikiran Ranti bahwa ia sudah lelah menjadi penggemar Idol A. Hal tersebut karena bukannya mendapatkan kebahagiaan, ia malah merasa seperti dirundung oleh sesama penggemar Idol A lainnya. Ia malah merasa kelelahan atas semua ucapan yang diterimanya.
Selain kasus Ranti, ada juga bentuk kasus yang lain. Anggap saja Dian adalah penggemar Idol A. Dian adalah penggemar yang sebisa mungkin untuk selalu mendukung Idol A. Ia mendengar lagu-lagu Idol B di platform legal, menonton acara-acara yang dibintangi Idol A, membeli album, dan juga menonton konser. Pada kasus ini, Dian adalah penggemar Idol A di mata orang-orang termasuk sesama penggemar Idol A lainnya. Namun, Dian tiba-tiba merasa ingin keluar dari fandom Idol A. Alasannya adalah karena ia merasa lelah melihat banyak penggemar Idol A di sekitarnya terus membuat peperangan di internal ataupun dengan penggemar idol atau artis lainnya. Selain itu, Dian juga lelah karena banyak penggemar Idol A yang melakukan perundungan kepada penggemar-penggemar seperti Ranti.
Itu adalah sebagian kecil dari toxic-nya sebuah fandom. Masing-masing pribadi memiliki masalahnya dan alasan masing-masing untuk keluar dari fandom.Â
Kesehatan mental Dian dan Ranti diuji dalam dua contoh kasus di atas. Ranti mungkin merasa bahwa ia diserang secara langsung, sedangkan Dian tidak diserang langsung, tetapi mentalnya ikut diuji karena ia jadi merasa bahwa penggemar-penggemar Idol A di sekitarnya itu adalah orang-orang yang tidak baik yang mungkin saja bisa menyerangnya ketika ia tidak sanggup memenuhi aturan yang penggemar-penggemar seperti itu buat.
Tentu saja keluar dari fandom yang memiliki budaya seperti itu adalah pilihan terbaik. Kesehatan mental kita adalah yang utama. Apabila lingkungan yang kita tinggali sudah membuat kita tidak nyaman dan malah membingungkan juga sakit, tidak ada salahnya untuk keluar dan mencari lingkungan yang lebih baik atau bahkan membuat lingkungan yang baik dan positif untuk orang lain yang memiliki perasaan yang sama.
Dalam segala macam hal, mau itu dalam dunia per-fandom-an atau bukan, jika kita sudah menjadi orang yang sakit atau menjadi orang yang merasakan energi negatif dalam diri orang lain, ada baiknya untuk berintrospeksi diri dan menjauhkan diri terlebih dahulu dari hal-hal yang membuat kita seperti itu dan menjauhkan diri dari orang-orang yang berenergi negatif itu.
Kita menggemari sesuatu untuk kebahagiaan kita. Apabila hal yang kita gemari malah membuat kita merasa lelah, merasa benci, merasa sakit, merasa tidak nyaman, dan hal-hal negatif lainnya, itu artinya kita harus secara perlahan mempertanyakan apakah hal yang kita gemari ini memang yang terbaik untuk kita atau bukan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”