Kenapa Harus Takut Diselingkuhi? Ingat, Pasangan Itu Hanya Sebagian Kebahagiaan, Kamu Bisa Bahagia dengan Cara Lainnya!

Aku selalu membayangkan bahwa memiliki pasangan hidup adalah sebuah kebahagiaan yang besar. Memiliki pasangan seakan selalu menggambarkan bahwa segala masalah tidak akan pernah datang lagi dan hidup akan berjalan dengan penuh kebahagiaan layaknya dalam dongeng-dongeng masa kecil yang akan selalu berakhir dengan kalimat happily ever after. Untuk itulah, dulu pada beberapa kesempatan aku kerap memimpikan untuk memiliki pasangan agar hidupku bahagia. 

Advertisement

Sebenarnya tidak salah jika aku menaruh harap seperti itu, namun yang tidak aku pikirkan sebelumnya adalah tentang perjalanan hidup yang sebenarnya akan aku lalui bersama pasangan. Aku seakan tidak tahu atau entah dulu memang tidak tahu, bahwa dengan atau tanpanya pun, masalah hidup akan tetap ada walau dalam bentuk dan kadar yang berbeda. Dalam hidup, akan selalu ada resiko yang harus ditanggung atas harapan bahagia yang ingin dicapai. Salah satu resiko dari memiliki pasangan adalah adanya kemungkinan sebuah pengkhianatan.

Entah mengapa, perkara tentang diselingkuhi membuat ruang takut yang akhirnya membuatku selalu berpikir ulang untuk menjalin hubungan. Bayang-bayang akan rasa sakit atas kekecewaan yang tercipta dari pengkhiatan, seakan memberiku rasa trauma untuk menerima orang lain sebagai pasangan. Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, mengapa orang bisa seegois itu,  memilih perselingkuhan yang menyebabkan luka pada pihak lain atas dasar ketidakpuasan dan keserakahannya. Apapun alasan dibalik dilakukannya perselingkuhan, tidak pantas ada pembenaran atasnya.

Katanya, ‘kepercayaan’ memegang peranan penting dalam terjalinnya hubungan yang baik dengan pasangan. Aku sependapat dengan itu. Tapi meskipun begitu, kepercayaan tetap tidak bisa menghilangkan kemungkinan buruk akan terjadinya pengkhianatan dari pasangan bukan? Karena pada dasarnya, tingkat kepercayaan kita terhadap pasangan ada dalam kendali kita, sedangkan kemungkinan pasangan berselingkuh adalah sesuatu hal yang berada diuar kendali kita. 

Advertisement

Dengan cara dijaga sedemikian rupa pun, kemungkinan buruk itu akan selalu ada. Kita tidak bisa mengukur kedalaman hati seseorang dan kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Terkadang sesuatu yang terlihat baik, tak selalu demikian pada kenyataannya dan yang saat ini terlihat baikpun, tidak ada jaminan akan berlaku demikian dimasa depan.

Setelah dipikirkan, sebenarnya aku bukan takut untuk menjalin hubungan dengan orang lain, tapi ketakutanku ada pada bagian kemungkinan akan terjadinya peristiwa diselingkuhi oleh pasangan. Alasannya, karena aku tidak ingin mengalami luka dan rasa sakit. Aku tidak bisa membayangkan kekecewaan yang akan aku tanggung manakala kepercayaan yang telah aku taruh padanya hanya berbalas sebuah pengkhianatan. 

Advertisement

Disini kepercayaan mungkin bisa membantu menenangkanku dari ketakutan yang kerap hadir, namun tetap saja tak akan bisa menghilangkan kemungkinan buruk itu. Rasa-rasanya akan sangat tidak mungkin bagiku untuk menjalin hubungan jika rasa takut itu masih menghantuiku. Satu-satunya jalan yang bisa aku tempuh adalah dengan berdamai dengan rasa takut itu.

Aku mungkin memang tidak bisa menghilangkan kemungkinan buruk dikhianati, namun harusnya aku bisa mengendalikan rasa takutku. Bagaimana caranya? Langkah ini seakan mudah, namun bagi beberapa orang hal ini tak semudah kelihatannya. Aku menemukan jawabannya dari seseorang yang berkata bagaimana mau mencintai orang lain, ketika  mencintai diri sendiripun kamu belum bisa.

Aku sadar, seharusnya sebelum menjalin hubungan dengan orang lain, aku memastikan terlebih dulu bahwa aku sudah merasa cukup dengan diriku sendiri. Karena dengan merasa cukup (self love) akan menghindarkanku mencari sumber kebahagiaan hanya dari pasangan. Sedari awal aku memang salah mengartikan kebahagiaan dari memiliki pasangan. Seharusnya makna dari memiliki pasangan itu menambah kebahagiaan, bukan melengkapi kebahagiaan. Ini artinya ada ataupun tidaknya pasangan, kita tetap bisa bahagia.

Sampai kapanpun kemungkinan dari perselingkuhan itu memang tidak akan bisa dihilangkan, bahkan perasaan terluka dan kecewa saat kemungkinan buruk itu terjadi tetap tidak bisa kita hindari sekalipun kita telah merasa cukup. Tapi setidaknya, bukankah seharusnya kecewa dan luka itu tidak akan terlalu menganga, hingga waktu yang dibutuhkan untuk pulih tidak akan lama. Karena kita tahu kapasitas bahagia kita bukan hanya sekedar hidup dengannya. 

Ingat, pasangan itu penambah bahagia, jadi jika seandainya harus dihadapkan pada momen dikhianati atau ditinggal pergi, kita masih punya sumber bahagia-bahagia lainnya. Seseorang bilang bahwa boleh jatuh cinta, tapi jangan bodoh. Bagaimana menurutmu, apakah kita bisa mencintai tanpa menjadi bodoh?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Senang membaca dan mendengarkan musik, selalu tertarik dengan obrolan mengenai pemaknaan hidup.

CLOSE