Kerusuhan Adalah Pengalaman Buruk bagi Siapapun, Sudahilah!

Curahan Hati Korban Kerusuhan

Kerusuhan yang terjadi di Polsek Ciracas belakangan ini menjadi salah satu berita yang menggemparkan di tahun 2020. Berita tersebut makin dramatis saat akhirnya diketahui pelaku kerusuhan adalah oknum anggota TNI. Terlepas dari hal itu, saya penasaran. Apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata ‘kerusuhan’?

Saat mendengar kata ‘kerusuhan’ sedikit banyak pikiran saya kembali mengingat momen penelitian yang saya dan seorang teman lakukan di Poso, Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2018. Ya, seperti yang kita ketahui, salah satu kerusuhan berdarah terbesar di Indonesia pernah terjadi di Poso pada akhir tahun 90-an hingga awal 2000-an. Sebelum kami tinggal sementara di Poso, saya tidak sepenuhnya sadar betapa parah dampak yang ditimbulkan dari Kerusuhan Poso.

Suatu hari, kenalan kami di Poso mengajak kami berkunjung ke rumah kepala dusun lokasi penelitian kami. Sebagaimana pendatang yang akan melakukan penelitian di kampung orang, kami hendak memperkenalkan diri, mohon izin, serta menyampaikan maksud dan tujuan kami.  Kenalan kami lebih dulu memperingatkan kami untuk tidak menyinggung-nyinggung soal kerusuhan Poso karena itu masih menjadi topik yang sensitif bahkan sampai saat itu (18 tahun setelah kerusuhan) dan entah akan sampai kapan.

Namun, perbincangan tentang kerusuhan Poso tampaknya tak terelakkan selama kami menjalani penelitian, meski kami tidak memancingnya sama sekali. Setelah beberapa saat berbincang-bincang, bapak kepala dusun yang kami kunjungi itu mulai bercerita tentang beban yang beliau pikul bersama semua warganya akibat dusun mereka yang terletak di kaki gunung tersebut disinyalir sebagai tempat persembunyian komplotan pelaku kerusuhan.

Bapak kepala dusun bercerita bagaimana beliau dan warganya dicurigai aparat (polisi dan TNI) yang berjaga di dusun mereka. Bagaimana pada saat itu selama berbulan-bulan mereka ketakutan dan was-was untuk sekedar pergi ke kebun/ladang karena khawatir akan bertemu dengan komplotan pelaku kerusuhan yang bersembunyi, atau justru lebih buruknya, mereka terancam dieksekusi di tempat jika bertemu aparat yang bisa salah menyangka mereka sebagai komplotan pelaku kerusuhan.

Mata bapak kepala dusun bahkan berkaca-kaca, tapi di sisi lain sepertinya beliau menangkap raut wajah kami yang bingung bagaimana harus menanggapi karena tiba-tiba ‘dicurhati’ demikian. Beliau berharap, dengan menyampaikan cerita tentang kerusuhan ini melalui sudut pandangnya kepada setiap pendatang atau orang asing yang datang ke dusunnya, citra dusunnya yang telanjur dicap sebagai sarang komplotan pelaku kerusuhan perlahan akan hilang. Ngomong-ngomong, selama saya di sana memang banyak warga yang akhirnya curhat soal kerusuhan ini.

Tapi yang paling mak jleb bagi saya adalah saat bapak kepala dusun kembali berujar bahwa ada ‘sisi positif’ dibalik julukan sarang komplotan pelaku kerusuhan yang disematkan pada dusun mereka. “Pemerintah pusat jadi melihat (memperhatikan) daerah kami.

Bahkan jalan dusun diaspal, dibuat bagus (untuk memudahkan mobilitas aparat). Jika tidak terjadi kerusuhan, mungkin jalan di sini masih batu-batu saja.” terang beliau. Pernyataan tersebut justru memukul saya. Di sana, mereka seolah-olah harus mengorbankan darah, air mata, dan kebahagiaan untuk mendapat perhatian pemerintah pusat. Begitulah kira-kira makna yang saya tangkap dan itu membuat saya nelangsa.

Padahal, jika tidak mengalami kerusuhan besar yang destruktif pun, mereka tetap berhak mendapat perhatian pemerintah pusat. Terlepas dari pemikiran mereka, kerusuhan tetaplah pengalaman buruk yang tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi tapi juga trauma dan ketakutan selama bertahun-tahun.

Saya saja yang hanya mendengarkan curhatan kerusuhan mereka ikut merasa resah dan susah, apalagi mereka yang mengalaminya sendiri, berada di sana saat kerusuhan berlangsung? Tolong jangan ada lagi kerusuhan, sudahilah!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini