Kesetaraan Gender Perempuan Karir dalam Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah sub sistem dari masyarakat yang memiliki sistem dan struktur sosial, keluarga memiliki fungsi strategis untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan dalam setiap aktivitas serta pola relasi antar anggota keluarga karena dalam keluargalah semua struktur, peran dan fungsi sebuah sistem berada (Widianingsih, 2014: 1). Adanya perkembangan zaman membuat perubahan dalam masyarakat, sehingga menimbulkan keresahan karena nilai-nilai lama yang biasanya digunakan mulai kurang dimanfaatkan lagi. Hal ini sangat berpengaruh pada perubahan peran yang dimainkan oleh suami istri dan berdampak pada relasi antar suami istri. Keluarga seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman dan harmonis, tapi masih banyak sekali ketidakadilan dalam keluarga seperti peran dan pembagian kerja gender, sehingga menimbulkan beban ganda pada wanita, persoalan yang terjadi disebebabkan oleh konstruksi sosial dan kultural yang dipahami dan dianut oleh masyarakat tidak didasari oleh kesetaraan gender. Mayarakat biasanya memposisikan laki-laki merupakan kaum kelas pertama yang mendapat hak-hak istimewa, sedangkan perempuan merupakan kaum kelas dua. Meskipun begitu sudah sebagian kelompok masyarakat tertentu sudah membangun relasi yang baik antara perempuan dan laki-laki.

Permasalahan karir dalam keluarga merupakan suatu isu baru yang berkaitan dengan karakteristik personal dan relationship pasangan. Masalah yang muncul dalam keluarga karir ganda adalah adanya ideologi gender dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan stereotip kerja (gender stereotype of work) dan pembagian kerja gender (gender distribution of labor) (Nohong, 2009 : 27). Prinsipnya bekerja merupakan keharusan bagi semua orang yang mana tidak memandang jenis kelamin perempuan atau laki-laki. Paradigma yang masih berkembang di tengah masyarakat di mana laki-laki harus di luar yaitu sektor publik, sedangkan perempuan harus sektor domestik seperti mengasuh anak, mengurus rumah tangga, menunggu suami, dan lain sebagainya. Perbedaan ini dianggap bahwa laki-laki sebagai superior (leaders) atau pemimpin rumah tangga dan perempuan sebagai inferior. Mayoritas masyarakat masih mengenal pembagian tugas dan struktur peran dalam sebuah keluarga bahwa pembagian peran dalam keluarga berdasarkan jenis gender (gender role). Peran gender (gender role) dan struktur peran dalam keluarga harusnya menjadi peran dan tanggung jawab bersama baik suami maupun istri dari sektor domestic hingga tingkat publik.

Dalam pembahasan ini, permasalahan difokuskan dengan adanya perkembagan zaman sosok perempuan banyak yang memiliki profesi dan perannya sebagai perempuan dalam rumah tangga. Hal inilah yang menjadi tolak ukur bahwa perempuan juga memiliki kemampuan yang cukup untuk menujukkan karyanya meskipun juga harus memiliki peran ganda (double burden) di dalam rumah dengan membangun kemitraan gender yang setara dan berkeadilan gender dengan pembagian peran dan kerja dilingkup domestik, publik, dan sosial kemasyarakatan. Fenomena ini terjadi karena adanya beberapa faktor seperti kurangnya maksimal suami dalam pendapatan ekonomi, sehingga istri harus ikut membantu demi ekonomi keluarga.

Keterlibatan suami istri dalam kegiatan rumah tangga merupakan konsekuensi dari kehidupan pernikahan dan pembagian tugas serta peran suami istri yang seharusnya biasa dilakukan berdasarkan kompromi dengan pasangannya seperti bertanggung jawab membersihkan rumah, mencari uang, merawat anak, memberikan pendidikan yang layak bagi anak, menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik, dan memilki komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan bekerja adalah faktor utamanya kebutuhan finansial, kebutuhan pokok rumah tangga yang sangat besar bisa mendorong suami dan istri untuk bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian, aktualisasi diri, adanya hal ini bekerja bidang digunakan manusia dalam menemukan makna hidupnya, kebutuhan akan aktualisasi diri melalui profesi atau pun karir merupakan salah satu pilihan yang banyak diambil oleh para perempun di zaman sekarang ini terutama adanya lapangan pekerjaan yang semakin terbuka dan memeberikan kesempatan yang sama pada perempuan untuk meraih jenjang karir yang tinggi. Perempuan yang belum menikah memang sudah banyak yang bekerja karena dilandasi oleh kebutuhan aktualisasi diri yang tinggi, sehingga perempuan akan cenderung kembali memilih bekerja setelah menikah dan mempunyai anak. Mereka merasa bahwa bekerja bisa memiliki manfaat untuk mengembangkan diri, kebanggan diri, memenuhi aktualisasi diri, dan mendapatakan kemandirian secara finansial. Selain itu, kebutuhan sosial-relasional, dalam diri perempuan tersimpan adanya kebutuhan akan penerimaan sosial, identitas sosial, dan faktor psikologis adanya keadaan keluarga yang memepengaruhi seorang ibu untuk mempertahankan pekerjaannya. Namun, ada beberapa kasus di mana ibu bekerja memang lebih menyukai dunia kerja ketimbang dunia rumah tangga, mereka lebih nyaman bekerja daripada berada di rumah. Hal ini dikarenakan persoalan psikologis yang lebih dalam dan bersangkutan dengan hubungan antar anggota keluarga.

Manfaat perempuan bekerja memberikan dampak positif seperti mendukung ekonomi rumah tangga dan sumber pemasukan keuangan keluarga menjadi dua, sehingga istri dan suami dapat memberikan kualitas hidup bagi keluarga dengan baik dalam hal makanan, tempat tinggal, pendidikan anak, kesehatan, liburan hiburan, dan lain sebagainya. Kemudian, meningkatnya harga diri perempuan yang bekerja dan tempat bagi perempuan mengekspresikan dirinya sendiri dengan cara yang kreatif dan produktif. Kemudian, relasi yang sehat dan positif dengan keluarga, perempuan yang bekerja biasanya memiliki pola pikir yang terbuka dan wawasannya luas, hal tersebut bisa menjadikan partner suami untuk bertukar pikiran dan saling bertukar pandangan. Selain dampak postifi, terdapat dampak negative perempuan yang bekerja bagi keluarga yaitu istri lebih memiliki waktu yang sedikit untuk diri sendiri karena cenderung memperluas kedua peran sebagai istri dan pekerja publik, untuk dampak yang dirasakan suami yaitu beberapa suami merasa bahwa jika perempuan bekerja akan terancam dan tersaingi dalam status bekerja, sedangkan pada dampak bagi anak adalah jika anak-anak tidak ada yang mengawasi di rumah, ada kemungkinan anak merasa tidak mendapat perhatian dari orang tua dan kurangnya kasih sayang, kemudian mencari pelarian ke hal negatif. Di sinilah konsekuensi peran dalam keluarga bagi seorang istri di sektor domestik dan sektor publik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis