Ketika Kau yang Memutuskan Untuk Pergi, Ku Harap Kau Tak Pernah Kembali


“Katanya, setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Tapi bukankah jika memberikan satu kesempatan akan ada permintaan kesempatan lainnya lagi, lagi, dan lagi? Dan harus selalu menyiapkan hati untuk akhir yang menyenangkan, menyedihkan, bahagia ataupun kecewa.”


Advertisement

Aku yang tidak sempurna pernah memimpikan menjadi sempurna jika denganmu.

Kau yang ku kira menjanjikan masa depan memilih berubah pikiran.

Kau yang ku pikir bisa membuatku bahagia ternyata membuatku kecewa.

Advertisement

Ketika kau pergi, aku belum bisa benar-benar pergi. Aku masih menunggu, siapa tau kau akan kembali. Aku benar-benar masih mengharapkanmu.

Ku akui aku memang egois. Aku selalu mengupayakan hubungan ini agar kita tak berpisah. Berbagai cara ku gunakan untuk menahanmu agar tetap disisiku. Seringkali, aku mengajakmu untuk memperbaiki sekalipun kau seperti tak ada niatan. Seharusnya aku sadar kalau ini memang sudah tak bisa dipaksakan.

Advertisement

Tak sedikit teman-teman yang selalu mengingatkan tapi tak pernah ku hiraukan. Aku tetap ingin kau, kau, dan aku selamanya. Kau boleh menganggap aku adalah wanita yang bodoh, tolol, tak tau diri atau apapun itu.

Maukah sebentar saja kau memikirkan perasaanku? Bagaimana sakitnya berada diposisiku? Bisakah kau bayangkan bagaimana terlukanya aku saat kau memilih untuk mengakhiri? Keputusanmu yang singkat berhasil memberikan dampak yang dahsyat. Hampir terdengar seperti kutukan.

Hei, hubungan kita ini tak sebentar sayang. Itu yang selalu aku pertimbangkan. Coba pikirkan dua kali. Aku juga bisa mendapatkan yang lebih darimu kalau aku mau. Sayangnya aku tak mau melakukan itu. Kau sudah cukup bagiku. Sekali lagi, ternyata kau memilih untuk meninggalkan ku. Tak cukupkah aku yang menjamin kebahagiaanmu?

Lihatlah, aku yang selalu berusaha memperjuangkan ‘kita’ sampai sejauh ini, pada akhirnya kau sia-siakan. Semua yang ku lakukan seperti tak ada artinya untukmu, tak berbekas, bahkan tak ada gunanya dimatamu. Siapa yang lebih egois diantara kita?

Baiklah, kalau kau yang memilih untuk ini. Aku akan berdamai dengan emosiku.

Aku tak kan mengharapmu kembali. Karena ketika kau kembali aku nggak yakin bisa sembuh kalau sampai harus patah hati lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tidak semua yang kamu baca adalah aku dan tidak semua yang aku tulis adalah kamu.

28 Comments

  1. Dyana Khaina berkata:

    Sama Apa yg yg Q Rasain Skrg

  2. Yuanning Wienz berkata:

    Sprti kisahku dlu

  3. Astika Rin berkata:

    Seperti yg baru aku rasakan sekarang ini…. Tak berarti,tak berharga perjuangaku yg begitu lama selama ini….

  4. Lianda berkata:

    🙁 :-‘(
    buat gue dan dia banget

  5. Setyawan Dedi berkata:

    aku memahami apa yg kamu rasain mbak, aku sangat mengerti, karna aku juga merasakan hal yg seperti itu, sakit rasanya ketika berjuang sendiri utk mempertahankan sebuah hubungan disaat pasanganya sudah tidak menginginkan kembali, dengan terpaksa harua menerima keputusannya utk pergi walaupun tanpa alasan yg logia.

  6. Fitria Guntari berkata:

    It's me.
    Sabar. Pemeran utama menangnya belakangan. Aamiin

  7. Faisal Yoga Putra berkata:

    siapa sih yang nulis semua ini ?
    cukup menyentuh, like,.

  8. Lilis Listiani berkata:

    Hampir setahun yg lalu.. sprti itu yg kurasà :'( menyentuh sekali kata" ny……

  9. Ericzonta berkata:

    Ini yg lg ku rasakan dan ku alami skg….

CLOSE