#KompetisiYoungMom-Dilema Pengembangan Diri Seorang Ibu

Pekerjaan dan cita-cita adalah pilihan. Belajar adalah kewajiban. Menjadi Ibu yang bahagia adalah sebuah HAK.

Definisi Pengembangan Diri

Advertisement

Pengembangan diri adalah proses untuk membentuk bakat, potensi, perilaku, dan juga kepribadian untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan diri. Yup, banyak yang mengatakan bahwa untuk bisa sukses dalam hidup perlu melakukan pengembangan diri yang berkelanjutan. Pengembangan diri sendiri bisa memberi perubahan yang signifikan pada kehidupan.

Tapi itu mudah dilakukan saat pikiran belum bercabang, saat tidur masih mengikuti jam tidur yang dianjurkan, saat tubuh lebih berenergi dengan berat badan yang ideal. Saat melihat teman-teman wanita lainnya masih bekerja dan memiliki penghasilan sendiri -mandiri secara finansial walaupun sudah berkeluarga- muncullah rasa rindu beraktivitas di luar rumah. Bergelut dengan hal-hal yang disukai. Mengalihkan perhatian dan pikiran sejenak dari hiruk pikuk sebagai seorang istri dan ibu.

Apa sih cita-citamu dulu, Moms?

Advertisement

Ngobrolin tentang pengembangan diri pasti erat kaitannya dengan cita-cita, bakat, minat, visi dan misi, potensi, pencapaian, dan sebagainya. Ada yang bercita-cita sebagai fashion designer, guru, dosen, psikolog, chef, hakim, dokter gigi, manager sebuah perusahaan, dan lain sebagainya. Ada pun yang ingin memiliki profesi yang selalu mengenakan pakaian formal, high heels, dan menuntut penampilan kita untuk selalu tampil cantik, rapi, dan menawan setiap harinya. Intinya kerjaan yang nggak bisa jauh-jauh dari foundation dan lipstick deh!

Flashback sejenak yuk, Moms :)

Advertisement

Cerita doong… sebenarnya dulu apa sih cita-citamu?

Apakah tercapai atau tidak? Jika tidak, mengapa demikian?

Adakah perasaan menyesal karena Moms tidak mewujudkannya?

Saat masih kecil dulu, saya bercita-cita menjadi seorang astronot. Selain karena memang menyukai dunia luar angkasa dan tata surya, menjadi astronot itu keren banget lo! Meneliti benda-benda langit dan tata surya yang tak berbatas, menjalankan misi-misi luar angkasa, melihat bumi yang berkilauan dari sisi luar angkasa yang gelap, memiliki izin naik roket, dan lebih dekat dengan planet-planet lain yang menakjubkan. Apalagi dulu astronot dan kosmonot wanita belum banyak seperti saat ini. Menjadi astronot hanya angan belaka hingga saat ini.

Saat usia beranjak remaja, cita-cita itu berubah ingin menjadi seorang pramugari. Asyik gitu ya rasanya berkelana keliling negara-negara di dunia, dan selalu tampil cantik dengan pakaian seragam yang rapi, wangi, pastinya selalu dandan dan pakai high heels. Tapi cita-cita yang menggebu itu akhirnya terlupakan karena rutinitas tanpa henti dan berulang-ulang.

Antara Aku, Status Ibu, dan Cita-Cita

Banyak yang sepakat bahwa menjalani kehidupan saat masih lajang dulu sangat kontras, berbeda sekali, bahkan berbanding terbalik ketika seorang wanita berganti status menjadi seorang ibu.


Udah nggak sebebas dulu! Nggak bisa mengeksplor ini itu. Banyak hal yang ingin dilakukan tapi tidak ada waktu :(


Moms, siapa bilang menjadi ibu serupa dengan seorang narapidana?

Ya, memang kenyataan tidak semudah yang diucapkan. Tidak seindah yang dibayangkan. Tidak ada seorang pun yang melakukannya dengan sempurna seperti yang dipikirkan.


Menjadi seorang ibu itu belajarnya tiap hari. Nggak ada jadwalnya.


Rasanya waktu 24 jam tidak cukup untuk menjadi seorang ibu ya, Moms. Walaupun hanya menjadi IRT yang sehari-hari di rumah saja, namun bukan berarti kita tidak bisa menuntut ilmu, berdaya, dan berkarya sesuai passion kita. Di rumah aja bukan berarti nggak belajar. Pengembangan diri seorang ibu itu setiap hari lo! Kita selalu belajar hal-hal baru setiap hari, baik itu tentang mengurus anak, membangun bisnis bersama suami, mengelola rumah tangga, mengatur keuangan, berkomunikasi dengan mertua dan keluarga besar. Semua itu dibutuhkan mental pantang menyerah dan semangat belajar yang tinggi.

Namun sering kali tanpa sadar kita menuntut diri kita untuk menjadi pribadi yang sempurna dan selalu produktif. Gap antara keinginan dan realita inilah yang membuat mental para ibu down dan mengalami stres dan depresi.

Pelajaran berharga dari pengembangan diri: Jangan pernah menitipkan ekspektasi yang terlalu tinggi kepada diri sendiri untuk otomatis tahu segala hal, bisa menyelesaikan semuanya dengan seketika, kuat menghadapi cobaan apapun yang dialami. Tarik nafas dan bersyukur dengan segala hal -sekecil apapun- yang dititipkan oleh Sang Pencipta saat ini. Namun jangan pernah berhenti belajar walaupun usia tak lagi muda. Learn about anything, every time, every where.

You are worthy, Moms! What you do matters. Don't let anyone tell you the opposite.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Learner • Storyteller • Adventurer 🌻

CLOSE