#KompetisiYoungMom-Menjadi Ibu yang Semakin Berdaya Saat Bertambah Dewasa

Usia dan anak bukanlah penghalang bagi seorang wanita untuk berdaya.

Moms, pernah nggak dengar kalimat ini?

Advertisement


Perempuan ngapain sekolah tinggi-tinggi, toh nantinya juga ngurusin anak dan dapur!

Udahlah… walaupun dandan 5 jam, pake skincare macem-macem, juga nggak bakalan jadi putih, cantik, mulus tuh muka kayak artis Korea.

Eh, Bun.. itu anaknya pasti sering dimanjain kan? Makanya jadi suka ngelawan gitu sama orang tua.


Advertisement

Kalimat-kalimat itu pasti sering kali kita dengar dan tidak asing lagi di telinga kita ya, Moms. Banyak sekali kalimat sindiran, cemoohan, julid, nyinyir, dan negative vibes lainnya yang membuat orang tua baru nih, khususnya ibu-ibu muda mengalami stress dan depresi.

Menjadi seorang ibu tidak serta merta menjadikan seorang wanita serba tahu, serba bisa, auto kuat, auto mandiri, anti panik panik club, dan no worry worry lady. Akan selalu ada saja yang berkomentar tentang apapun yang ada pada diri seorang wanita. Dari cara berpakaian, berbicara, berjalan, mengasuh anak, mengurus rumah tangga. Seolah ia adalah orang yang paling tau hidup orang lain. Rasanya hidup kurang lengkap jika tidak mengomentari orang lain, seperti bentuk perut saat hamil, pilihan dalam memberikan ASI atau susu formula, menjadi wanita karir yang bekerja atau ibu rumah tangga, jarak kelahiran anak pertama dan kedua, pekerjaan suami, rukun nggak sama mertua. Oh My God!

Advertisement

Ada begitu banyak hal yang justru membuat sesama wanita merasa lebih bersalah. Tantangan terberat wanita ada pada dirinya sendiri. Tanpa sadar sering kali kita menuntut diri kita untuk selalu menjadi yang sempurna, bisa segala hal, mampu menyelesaikan ini dan itu. Tak jarang wanita juga merasa bahwa dirinya adalah sumber segala masalah. Apapun yang dilakukan jadi bernilai negatif. Tidak sempat bangun pagi jadi tidak berolahraga, akhirnya merasa bersalah. Tidak bisa menghadiri rapat penting di tempat kerja karena ada undangan parenting di sekolah anak, akhirnya merasa bersalah. Ada saja hal-hal yang membuat wanita cenderung menyalahkan diri sendiri karena kita menuntut diri kita untuk selalu menjadi pribadi yang sempurna.

Nobody's perfect, Moms!

It's okay NOT to be okay. Let's just do what we can in the best way of our effort.

Wanita sering menganggap rendah kemampuannya sendiri dan mengatribusikan sukses kepada orang lain, bukan kepada dirinya. Berbeda dengan pria, terkadang wanita yang sukses cenderung tidak disukai. Berbagai label, stigmatisasi, dan tuduhan tanpa bukti muncul dan terlontar begitu pedasnya tanpa henti dan tanpa berperikewanitaan seperti :


Wah, ini orang pasti ambisius banget deh!



Ini perempuan kayaknya nggak asyik banget nih! Yakin gue!



Ah, dia pasti temennya dikit doang. Kayaknya sih belum laku juga nih perempuan, ngejar karir mulu! Nikahnya kapan?


Banyak pendapat yang melabeli wanita sukses tidak memiliki banyak teman, pribadi yang cenderung tertutup dan kaku, serta mengesampingkan hubungan percintaan dan urusan rumah tangga. Karena persepsi tersebut akhirnya banyak wanita yang tidak mau menunjukkan keberhasilannya dan tidak mau bersaing dengan dirinya sendiri menuju pribadi yang lebih baik lagi.

Pernah mendengar istilah Queen Bee Syndrome? Dilansir dari laman BBC, istilah ini menggambarkan seorang perempuan dalam posisi otoritas atau memiliki jabatan dan kemampuan yang lebih tinggi yang memandang rendah atau memperlakukan bawahan berjenis kelamin perempuan dengan lebih kritis. Sindrom ratu lebah ini pertama kali didefinisikan oleh G.L. Staines, T.E. Jayaratne, dan C. Tavris, para psikolog dari University of Michigan pada tahun 1973.

Disinilah pentingnya wanita mendukung wanita. Women support women. Bukan malah saling mem-bully dan merasa bersaing satu sama lainnya. Wanita yang tidak merasa bersalah menjadi pribadi yang sukses. Padahal dibalik suksesnya seorang wanita, ada dukungan yang kuat dari para wanita lainnya dan support system yang baik di sekelilingnya. Salah satu support system yang mendukung seorang ibu untuk berdaya selain keluarga, yaitu memiliki komunitas yang mampu menjadi wadah inspirasi dan aspirasinya. Seorang ibu perlu didengarkan curhatan dan keluh kesahnya, dihargai dan diakui kreativitasnya, dikuatkan mentalnya, diberi solusi atas masalahnya, didukung apa yang menjadi passion dan minatnya. Jika Moms memiliki banyak teman wanita yang mendukung sepenuh hati, jiwa, dan raga, bersyukurlah. Karena support system tersebut adalah penyemangat Moms di saat lelah menyapa dan pelipur lara ketika sedih dan kecewa mendera.

Jangan ragu menunjukkan kemampuan diri. Jangan menganggap rendah diri sendiri. Kita lebih kuat daripada yang kita pikirkan dan yang dipikirkan orang lain. Wanita bisa lebih kuat dengan saling menguatkan satu sama lain. Saling mendukung adalah kunci seorang wanita yakin untuk menunjukkan kemampuannya.


Wanita yang kuat adalah wanita yang percaya diri, pekerja keras, dan tidak ragu menunjukkan hasil kerja kerasnya ke publik. – Najwa Shihab


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Learner • Storyteller • Adventurer 🌻

CLOSE