#KompetisiYoungMom-Teruntuk Putriku Tersayang

Semoga suatu hari nanti saat Ibu sudah bertemu Sang Pencipta, kamu bisa membaca surat ini ya, Nak.

Dear, Putriku…

Advertisement

Tidak ada kebahagiaan terbesar melebihi air mata yang mengalir pelan saat Ayah dan Ibu tahu… Tuhan menitipkanmu dalam rahim Ibu.

Ayah menjaga Ibu siang dan malam. Lelah tak dirasakannya… Letih tak dihiraukannya… Tak peduli panas dan hujan. Berkawan dinginnya angin malam dan teriknya debu jalanan. Tak mengenal lapar dahaga. Ia lakukan semua yang terbaik hanya untukmu.

Kaulah yang menjadi semangatnya dalam bekerja. Kaulah yang mengubah peluh menjadi senyum dan canda tawanya. Tak terhitung berapa kali ia menelepon Ibu… hanya untuk menanyakan apakah kau baik-baik saja? Apakah Ibu sudah makan? Apakah Ibu bisa beristirahat dengan nyaman?

Advertisement

Kami menunggu kehadiranmu hari demi hari. Mengajakmu bercanda, menceritakan hari-hari panjang yang kami lalui bersama, mengenalkanmu tentang hiruk pikuk dunia dan seisinya. Dan beberapa penghuni lainnya yang juga sama seperti Ayah dan Ibu, menanti tangisanmu… menunggu kehadiranmu… mengkhawatirkanmu… memperhatikanmu…

Akankah Ibu dapat bertemu denganmu? Dapatkah Ibu mencium pipi dan tanganmu? Bolehkah Ibu memelukmu? Akankah Ibu memiliki waktu untuk melihatmu tumbuh… bersamamu… menemanimu?

Advertisement

Untuk berapa lama…

Dear, Putriku…

Kami berdoa sepanjang waktu sejak sang surya terbit hingga terbenam. Ayah dan Ibu tak akan pernah berhenti mencintaimu hingga dunia dihentikan berputar oleh Tuhan seluruh alam. Ayah dan Ibu tak akan pernah berhenti menyayangimu walau waktu kami di dunia telah habis dan Sang Pencipta memanggil kami untuk berpulang.

Ibu tidak tahu bagaimana melewati masa-masa sulit ini tanpa Ayahmu, Nak. Ia pahlawan kita. Pahlawan Ibu. Walaupun setelah menikah ia merasa tubuhnya semakin tambun, namun di mata Ibu… Ayah tetap lelaki paling tampan yang Ibu tahu. Ayah memang bukan lelaki yang sempurna. Ia memiliki banyak kekurangan. Namun ketidaksempurnaannya itulah yang membuat kekurangan Ayahmu menjadi kelebihannya.

Dear, Putriku…

Selama sembilan bulan lebih tubuh Ibu sakit… Semuanya… Kepala, dada, pinggang, punggung, area pelvis, paha, kaki. Namun semua itu sirna saat Ibu merasakan cegukan dan tendanganmu. Berganti dengan tangis haru bahagia. Ayah dan Ibu sangat bersyukur dapat melihatmu walau hanya melalui layar datar dan sekejap mata saja. Kami sangat menantikan momen tersebut, Nak. Ayah memegang erat tangan Ibu yang dingin di ruangan serba putih berbau tajam. Napas yang sesak saking khawatirnya yang sedari tadi Ibu rasakan seketika menghilang saat Dokter menyatakan bahwa keadaanmu sehat dan baik-baik saja.

Akhirnya tiba saatnya untuk bertemu denganmu. Ibu hampir tak percaya saat mendengarmu menangis untuk pertama kalinya. Ayah menggendongmu untuk pertama kalinya. Kata-kata Ibu hilang, lidah Ibu kelu tak bersuara. Semua indera Ibu membeku, terpaku. Hanya dapat merasakan air mata hangat mengalir dari kedua sudut mata. Kami menangis… terharu, bahagia, bersyukur. Tuhan yang sungguh Maha Baik memberikan kami kesempatan untuk bertemu denganmu.

Manik mata Ibu mulai bergerak ketika melihat tubuhmu berada dalam dekapan Ibu… untuk pertama kalinya. Kau adalah makhluk terindah yang Ia ciptakan untuk melengkapi kebahagiaan Ibu dan Ayah. Kau menggerakkan anggota tubuhmu, berupaya menghirup nafas pertamamu, beradaptasi dengan dunia yang serba terang dan berisik ini.

Terima kasih karena berada disini, Nak. Di pelukan Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu berjanji akan melakukan apapun yang terbaik dengan seluruh kemampuan kami untuk menjagamu, merawatmu, mendidikmu, membesarkanmu.

Dear, Putriku…

Hingga suatu hari nanti… saat kau terbangun, saat kau tak mendapati Ibu berada di tengah acara besar dalam hidupmu…

Maafkan Ibu ya, Nak.

Maafkan Ibu yang sangat jauh dari sempurna ini. Maafkan Ibu jika Ibu tidak bisa mendampingimu beranjak dewasa. Maafkan Ibu jika Ibu tidak berada disana saat kau membutuhkan Ibu, saat kau mengucapkan kata pertamamu, saat langkah pertamamu, saat hari pertama sekolahmu, saat kau menorehkan prestasimu.

Maafkan Ibu jika Ibu hanya menjadi sebuah kursi kosong saat kau lulus. Melewatkan kesempatan melihatmu tersenyum sambil berjalan dengan sebuah ijazah di tangan dengan bangga. Maafkan Ibu jika Ibu tidak berada di sisimu saat kau melangkah bersama lelaki terbaik yang kau pilih untuk menjadi pendamping hidupmu dengan bahagia. Hingga melihatmu menua dengan rambut putih dan tubuh yang rapuh, dikelilingi anak cucu yang cantik dan tampan. Menanti mata yang lelah menangis bahagia sepanjang usia menutup untuk selamanya.

Dear, Putriku…

Ibu menyayangimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Learner • Storyteller • Adventurer 🌻

CLOSE