Surat Terbuka untukmu yang Telah Kembali, Demi Menghalalkanku dan Memantaskan Diri

untukmu yang telah kembali

Selamat datang di hadapan sebuah hati lama yang kini nampak berbeda. Mungkin penilaianmu aku lebih buruk dari yang pernah kau kenal dulu. Hari ini kau kembali pada sebuah hati yang mungkin sudah tidak kau kenali lagi. Sebuah hati yang semakin akut keangkuhannya, bahkan dengan keangkuhan itu kau merasa terlukai dan jatuh pada kekecewaan.

Kau tidak pernah tahu, bahwa luka lama belum benar-benar sembuh. Bekasnya masih terkenang, sakitnya masih terasakan. Aku berusaha ikhlas dan kembali berdamai dengan rasa sakit ini, aku berusaha menerima dengan tidak menyalahkan siapapun, termasuk kamu. Meski kenyataan yang aku terima adalah kamu yang pernah mecabangkan rasa dan menyebabkan hati ini terluka.


Bukan kebebasan yang kuinginkan untuk sampai pada kebahagiaan, tapi kepedulian dengan kelembutan dan kasih sayang yang dapat meluruskan tulang rusuk yang bengkok ini.


Seandainya benar apa yang kau utarakan adalah kesungguhan, setidaknya kau punya trik yang lebih baik untuk meluluhkan hati si kepala batu ini. Seandainya benar rasa itu masih ada untukku, seharusnya kau mampu mencintaiku tanpa 'tapi' dan 'karena'. Sebagaimana aku yang tak pernah mempertimbangkan hitam di masa kelammu. 

Aku pun tidak menginginkan kebebasan seperti apa yang kau pikirkan, tapi aku menginginkan dukungan sekaligus teman yang menggenggam erat tanganku untuk semakin dekat surga yang setiap hamba inginkan. Aku mendamba sebuah tangan yang tetap memelukku erat ketika iman sedang ditimpa ujian. Sebab aku sadar, kepastian yang akan datang adalah kematian yang harus dipersiapkan.

Kau harus paham, bahwa perempuan tidak diciptakan dari tulang kaki laki-laki sehingga kau bebas menginjak-injaknya. Perempuan juga tidak diciptakan dari tulang kepala, sehingga ia pantas untuk menjadi junjungan. Tapi perempuan tercipta dari tulang rusuk yang dekat dengan hati sehingga ia ada untuk dicintai, dekat dengan tangan sehingga ia harus dilindungi. 

Kau tahu dari tulang rusuk mana ia tercipta? Perempuan tercipta dari tulang rusuk yang paling atas, tulang yang paling bengkok. Jika tidak kau luruskan ia akan selamanya bengkok, tapi jika kau paksa untuk meluruskannya maka ia akan patah. Itu hakikat kami yang Tuhan ciptakan menjadi seorang perempuan. 


Lidah memang tak bertulang, tapi lidah mampu menghunus mangsanya hingga tewas, ataupun menyiksanya terlebih dahulu sebelum benar-benar menerkam dengan ganas. 


Kau butuh milyaran sabar untuk menghadapi seorang perempuan, kau butuh sedikit mengalah tanpa harus menurunkan harga dirimu untuk menjadikannya seperti apa yang kau mau dan kau butuh lebih banyak tabungan kasih sayang sehingga kau bisa membuatnya merasa berharga dan bahagia.

Tidak harus dengan kalimat kasar kau mengingatkan keburukanku, tidak harus dengan kalimat hinaan yang menyakitkan untuk menghilangkan sifat burukku. Cukup kau contohkan padaku bagaimana melakukan kebaikan sebagaimana yang kau damba, sehingga aku bisa mengikuti contoh itu. Tidak dengan menuntutku, tapi dengan menuntunku untuk menjadi perempuan yang pantas menjadi teman masa depanmu.

Jodoh terbaik itu perihal pemantasan diri sendiri menjadi yang lebih baik, bukan menguji mana yang pantas dan tidak pantas atau mana yang baik dan tidak baik. Siapa yang akan menemanimu di masa depan, itulah cerminan dari dirimu sendiri. Jika kau ingin hidup bersama perempuan yang penuh perhatian dan kaya akan kasih sayang, maka kau pun harus demikian. Jika kau ingin hidup dengan perempuan yang senantiasa menyemangati perjuanganmu untuk  menghalalkan ia, maka kau juga harus senantiasa menyemangati perjuangannya memantaskan diri agar ia pantas bersanding denganmu, pantas menjadi ibu terbaik untuk keturunanmu, dan pantas menjadi menantu yang paling berbakti untuk kedua orang tuamu.

Aku tidak pernah memaksa siapapun untuk memperjuangkanku, tapi aku adalah barisan paling depan yang akan mendoakan siapapun yang memperjuangkanku. Aku akan ikut dalam perjungan itu, namun aku berusaha untuk tidak terlihat ikut berjuang. Sebab, prinsipku, orang yang memperjuangkanku harus menjadi orang yang lebih hebat dariku, orang yang tidak meminta bantuan kepada siapapun kecuali Tuhan. Percayalah, aku tidak akan membiakan orang memperjuangkanku berjuang sendirian.

Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa aku hanya ingin menemanimu ketika kau bahagia? Sedangkan aku telah mengatakan bahwa kau boleh memintaku kepada pemilikku ketika kau sudah benar-benar siap. Aku yang tidak memperhitungkan bagaimana latar belakang kehidupanmu, aku yang tidak mempermasalahakan masa lalumu dan aku yang siap menjadi teman hidupmu sampai waktu yang hanya Tuhan tahu.

Kau yang berjuang untuk menghalalkanku dan aku yang akan berjuang untuk tidak pergi bagaimanapun kehidupan kita nanti. Kehidupan baru yang akan kita jalani, suka duka akan kita lewati. Pasang surut akan kita lalui dan aku akan tetap bersamamu bagaimanapun ujian yang akan Tuhan beri, seperti itu yang kau anggap aku hanya akan menemani ketika kau bahagia saja?


Menjadi baik tanpa merasa paling baik.


Maaf jika teriakan hati ini terkesan menasehatimu, aku tidak pernah punya niat untuk menggurui atau menceramahi siapapun, termasuk kamu. Aku tidak pernah tahu bagaimana penilaian Tuhan terhadapku, bisa jadi aku adalah hamba yang paling hina di hadapan Tuhan. Aku pun tak ingin tampak baik di depan tapi nyatanya buruk di belakang, aku hanya ingin menjadi sebaik-baiknya hamba tanpa merasa paling baik dari hamba lainnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku hanya seorang pendosa yang mendamba Surga, yang berusaha memperbaiki diri tanpa merasa paling baik dari orang lain. Menulis adalah caraku berteriak tanpa mengeluarkan suara, mengungkapkan keluh kesah tanpa berisik di telinga. Goresan ini adalah sampah kehidupan yang menumpuk dalam hati, maka ku daur ulang sampah itu agar menjadi karya yang lebih berharga dan kenangan yang lebih berarti. Ku tulis dengan hati agar tersampaikan kepada hati (pula).

Editor

une femme libre