Loneliness, Kehampaan dan Kesendirian di Tengah Keramaian

Apakah anda pernah tiba-tiba merasa hampa? Atau sedang berkumpul bersama teman-teman namun tetap merasa sendirian? Itu semua merupakan perasaan ketika seseorang mengalami keadaan yang dinamakan Loneliness atau kesepian. Kita saat ini sedang dalam masa pandemi dimana semua orang membatasi kontak sosialnya dengan orang lain sehingga akhirnya pun bisa menjadi penyebab kita merasakan kesepian. Kenapasih kesepian itu rasanya menyakitkan dan bahkan bisa berdampak pada mental kita? dan apa sebenarnya pemicu dari rasa kesepian ini?

Advertisement

Keadaan saat seseorang merasa sendiri, hampa, merasa tidak memiliki teman, dan merasa tidak ada seseorang yang dapat memahaminya merupakan keadaan yang dialami seseorang saat kesepian. Kesepian merupakan keadaan pikiran dan emosi yang  ditandai dengan perasaan terisolasi dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain. Kesepian dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Kesepian emosional, yang terjadi ketika seseorang mengalami kondisi di mana mereka kehilangan rasa keterikatan emosional.

Kesepian sosial, terjadi ketika seseorang merasa kurangnya hubungan sosial (Akbag & Imamoglu, 2010). Keadaan dan semua rasa yang dirasakan saat kesepian itulah yang membuat kesepian itu menyakitkan, karena pada dasarnya manusia membutuhkan hubugan sosial yang bermakna dengan orang lain sehingga dia merasa memiliki seseorang disisinya dan tidak merasakan kesepian.

Kesepian bisa terjadi karena seseorang mengalami depresi. Neale (2002) menggambarkan depresi sebagai keadaan emosional yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, perasaan bahwa dirinya tidak berharga dan rasa bersalah, menarik diri dari lingkungan sosial, insomnia, hilangnya nafsu makan, hilangnya keinginan terhadap seksual , hilangnya minat dan kesenangan terhadap aktivitas sehari-hari. Menurut  Louis dkk. (1996) Berdasarkan studi yang telah dilakukannya , ia menyimpulkan bahwa depresi berhubungan dengan munculnya distorsi kognisi. Depresi menyebabkan seseorang mengalami distorsi kognitif yang membuat mereka berpikir berlebihan dan tidak rasional serta mempengaruhi keadaan emosinya.

Advertisement

Distorsi kognisi tercemin pada seseorang yang mengalami kesepian, berpikir bahwa dirinya memang dikucilkan, tidak ada yang mau berteman dengannya, orang-orang menganggapnya aneh dan lain hal sebagainya sehingga membuat dirinya menarik diri dari lingkungan sosial dan merasa kesepian.

Kesepian juga bisa diakibatkan oleh kepribadian seseorang. Kesepian berkaitan dengan keahlian sosial yang buruk (Deniz dkk., 2005), hubungan interpersonal yang buruk, self esteem yang rendah (Peplau & Perlman, 1982), perasaan malu (Jones dkk., 1990), dan adaptasi yang buruk (Jones & Carpenter, 1986).

Advertisement

Kesepian adalah respons emosional dan kognitif terhadap hubungan yang kurang memuaskan daripada yang diinginkan seseorang. Kesepian disertai dengan afek negatif seperti depresi, rasa cemas yang berlebihan , ketidakbahagiaan, dan rasa tidak puas yang berkaitan dengan pesimisme, menyalahkan diri sendiri, dan rasa malu. (Baron & Byrne, 2005). Anderson (sebagaimana disitasi oleh Baron dkk, 2009) menyatakan Kesepian merupakan emosi negatif, dan jika terus dirasakan dapat menimbulkan perasaan seperti keputusasaan, depresi, kecemasan, ketidakpuasan, pesimisme tentang masa depan, rasa bersalah, dan rasa malu.

Kekecewaan dan emosi negatif yang dirasakan akibat kesepian akhirnya membuat seseorang menyalahkan dirinya sendiri dan bepikir dirinya tidak berharga. Menyalahkan diri sendiri adalah awal dari menurunnya self esteem yang rendah. Self esteem merupakan penilaian kita terhadap diri kita sendiri, perasaan terhadap kemampuan dan kekurangan diri kita sehingga menjadi nilai untuk diri kita sendiri. Self esteem yang rendah  akan menghambat dirinya untuk berkembang karena lebih sensitif terhadap kritik atau penolakan.

Perasaan kesepian yang tidak dikelola dengan baik juga akan berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang dan bahkan kesehatan fisiknya. Lasgaard (2011) mengungkapkan kecenderungan untuk mengakhiri hidup dan resiko depresi ini bisa muncul dari  perasaan kesepian. Peplau dan Perlman (1998) menegaskan bahwa, kesepian terkait erat dengan depresi dan kecemasan, penggunaan alkohol, tingkat perceraian yang tinggi, dan kesepian dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan pola makan dan tidur yang kacau, menderita sakit kepala, dan sakit punggung. Karena depresi mengakibatkan turunnya semangat dan energi. Orang yang depresi juga sering menutupi kesedihannya dengan banyak tidur sehingga menyebabkan jam tidurnya kacau.

Apa yang seharusnya kita lakukan saat merasa kesepian? Karena kesepian memunculkan emosi negatif seperti sedih, kecewa dan lainnya, coba untuk jangan mengabaikan semua perasaan yang dirasakan dan jangan membenci apa yang kita rasakan pada saat itu, mencoba memahami perasaan akan lebih baik daripada mengabaikannya, dengan memahami perasaan yang muncul akan memicu kita untuk mengambil keputusan yang lebih baik sehingga rasa kesepian yang kita rasakan akan teratasi dengan baik.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah melakukan apa yang kita sukai dan mengunjungi tempat yang membuat kita nyaman, misalkan menyukai pantai dan memiliki hobi melakukan olahraga air, coba luangkan waktu untuk melakukan hal tersebut karena dengan melakukan apa yang kita sukai akan memicu perasaan gembira dan kepuasaan sehingga lebih mengharagai diri sendiri dan mencintai diri sendiri.

Bertemu dengan orang-orang baru selain orang yang kita temui dalam kegiatan sehari hari juga membantu kita untuk membangun hubungan sosial yang baru dan tidak atas keperluan pekerjaan.


Kesepian bukan akibat dari tidak berharganya diri Anda bukan juga karena tidak ada seseorang yang mau mengerti Anda, Kesepian yang kamu rasakan sebenarnya adalah kesempatan untuk terhubung kembali dengan orang lain dan dirimu sendiri. – Maxime Lagacé


Referensi:

Lubis, I. R., & Lupi, Y. (2020). Gambaran kesepian pada remaja pelaku self-harm. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 9(1).https://doi.org/10.21009/JPPP.091.03 

Nursyahrurahmah. (2017). Hubungan antara kepribadian introvert dan kelekatan teman sebaya dengan kesepian remaja. Ecopsy, 4(2), 113-116.https://www.neliti.com/publications/195922/hubungan-antara-kepribadian-introvert-dan-kelekatan-teman-sebaya-dengan-kesepian#cite

Sulistyorini,W. & Sabarisman, M. (2017). Depresi: suatu tinjauan psikologis. Sosio Informa, 3(2). https://doi.org/10.33007/inf.v3i2.939

Yurni. (2015). Perasaan kesepian dan self-esteem pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 15(4). http://dx.doi.org/10.33087/jiubj.v15i4.134

Yusuf, N.F. (2015). Kesepian dan depresi: studi metaanalisis. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. https://mpsi.umm.ac.id/files/file/331-337%20Rr%20Nia%20faramita.pdf

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya

CLOSE