Mari Lakukan Hal Ini Agar Self Healing-mu Tak Sia-sia!

Sudah benarkah kiat self-healing-mu selama ini?

Self-healing merupakan metode penyembuhan luka batin secara mandiri dengan cara menghadapi dan menerima penyebab luka batin tersebut hingga tak ada luka yang tersisa. Namun, kebanyakan orang sering menyalahartikan self-healing sebagai vakansi dan penyenangan emosi sesaat dari luka batin. Padahal, apabila kegiatan yang kita yakini sebagai self-healing hanya bermaksud sebagai pelarian dari luka batin, hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai self-healing.

Advertisement

Lantas, bagaimana melakukan self-healing yang benar?

Cara self-healing pertama yang dapat kita lakukan adalah dengan mindfulness. Melansir dari laman pijarpsikologi.org, mindfulness adalah berpikir dengan kesadaran yang penuh. Mengendalikan pikiran agar tidak membias pada hal-hal yang negatif. Kemudian, sebagaimana praktisi kesehatan holistik, Reza Gunawan, kepada suara.com mengatakan bahwa sederhananya mindfulness adalah menumpukan kesadaran atas apa yang terjadi saat ini, bukan pada masa lalu yang tidak dapat diubah atau pada masa depan yang belum terjadi.

Mindfulness dapat dilatih dari hal-hal yang sederhana. Misalnya dengan mencoba merasakan setiap hembusan udara yang kita hirup sambil memahami setiap emosi yang kita rasakan saat ini. Hal sederhana demikian dapat membuat kita lama-kelamaan menjadi sadar akan kebermaknaan hidup. Sehingga, luka batin yang tertanam di hati dapat tergantikan dengan rasa syukur pada hal positif yang terjadi di kehidupan.

Advertisement

Forgiveness dapat menjadi usaha self-healing berikutnya. Berdasarkan pendapat Ghani (2011) forgiveness merupakan kondisi individu berproses untuk melepaskan kemarahan, dendam, dan rasa nyeri akibat orang lain (dalam Rahmasari: 2020). Dapat disimpulkan bahwa forgiveness atau pemaafan dapat memberikan ketenangan batin karena emosi-emosi negatif yang terpendam dapat terlepaskan.

Melakukan forgiveness memang tidak mudah. Namun, forgiveness dapat dibiasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat kita sedang merasakan emosi negatif seperti rasa marah, rasakan dan lepaskanlah rasa itu. Dengan begitu, ketika kita kembali merasakannya, kita dapat mengenali emosi itu sehingga bisa mengendalikannya dan tidak akan dikuasai oleh kemarahan. Apabila kita dapat mengontrol rasa marah, kita akan dengan mudah dapat memaafkan.

Advertisement

Metode self-healing selanjutnya adalah dengan melakukan positive self-talk. Self-talk merupakan dialog internal diri yang dipengaruhi alam bawah sadar yang mengungkapkan berbagai pikiran, keyakinan, pertanyaan, dan ide yang kita punya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Wulaningsih, 2016), melakukan self-talk secara positif diyakini dapat mengubah suasana hati menjadi lebih baik, dapat mengarahkan diri untuk mengevaluasi setiap tindakan yang kita lakukan, dan membantu memberi good mood saat individu dalam keadaan lelah.

Cara melakukan positive self-talk sangatlah mudah. Hanya dengan mengatakan kalimat-kalimat positif pada diri yang bahkan terkadang sering kita ucapkan. Kalimat seperti Aku pasti bisa atau Aku berharga diyakini dapat meningkatkan kepercayaan diri untuk bisa lepas dari keterpurukan akibat luka batin. Self-talk juga dapat dilakukan dengan cara mencurahkan isi hati atau ide yang kita punya di depan cermin. Hal ini dapat menumbuhkan sikap optimis dan membangun motivasi diri.

Usaha self-healing yang terakhir adalah dengan menulis. Menulis telah lama diyakini sebagai salah satu media paling ampuh dalam menghilangkan emosi negatif. Karena itu, menulis kerap dijadikan media terapi penyembuhan luka batin. Namun, tak semua kegiatan menulis dapat dijadikan proses self-healing. Hanya penulisan yang ekspresif saja yang dipercaya dapat menghilangkan emosi negatif.

Menurut Darnati, Sugiato, & Sunarko (2018) expressive writing atau menulis ekspresif merupakan intervensi berbentuk psikoterapi kognitif yang dapat mengatasi masalah depresi, cemas, dan stress karena membantu merefleksikan pemikiran dan perasaan terhadap peristiwa yang menyenangkan (dalam Rahmawati: 2020). Dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis ekspresif adalah kegiatan menulis yang berkonsentrasi pada kondisi emosi yang sedang dirasakan sehingga dapat membantu merepresikan rasa luka, cemas, dan stres agar menjadi sesuatu yang lebih positif.

Tak seperti liburan yang hanya bisa menenangkan luka untuk sesaat, self-healing dapat menyembuhkan luka batin secara tuntas. Namun, tentunya apabila dilakukan secara konsisten. Sebagaimana Redho, dkk (2019) menyatakan bahwa self-healing juga disebut sebagai rangkaian latihan praktis yang dikerjakan secara mandiri sekitar 15-20 menit dan sebaiknya dilakukan 2 kali dalam sehari (dalam Rahmawati: 2020). Untuk itu, apa pun metode self-healing yang tepat untuk dilakukan pada kondisi kehidupan kita, tetaplah kukuh dalam menjalaninya agar kita menemui ketenangan batin yang kita inginkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE