Melangkahkan Jejak Menuju Ridho Ilahi Bersamamu

Langkah kakiku ternyata terhenti ketika hatiku menambatkan hati padamu. Tak pernah terbayangkan sebelumnya pernikahan akan aku jalani bersamamu. aku mengenalmu setelah galau yang luar biasa, cintaku yang sebelumnya terhenti karena jarak. aku mengenalmu penuh kesahajaan. Harus bekerja keras setelah menamatkan SMA, membantu perekonomian ibu dan keluarga baru dengan ayah tiri serta dua adik tirinya karena ayah kandungmu meninggal dalam usia 4 tahun.

Memori dalam kenanganmu terlihat jelas ketika tahun 1994 ayah kandungmu meninggal dalam kecelakaan, ayah pendiam yang mirip denganmu. Kesehajaan perlahan mulai muncul dalam watakmu karena harus terbiasa makan apa adanya, bahkan nasi hanya dengan campuran garam sudah renyah terasa di lidahmu.

Arus masalah rupanya tak berhenti menghampirimu, istriku. Ayah tiri yang seharusnya menjadi pengemong malah menjadi musuh dalam selimut yang seakan menjadi pengerus harta peninggalan ayah. Bahkan ketika masanya kamu bekerja dijadikanlah sapi perah oleh ayah tirimu. Dimarahi ketika uang belanja idak cukup untuk membantu ibu dan ayah tiri.

Terbenam dalam problematika duniawi tak menjadikanmu patah semangat menjalani hidup, kau hanya diam tak memperdulikan apapun yang mendera hatimu. pasrah dan berdoa kepadaNYA jalan utama sebagai penghilang risau. Semua kau lakukan sendiri, hampir sendiri. Lalu di tahun 2014 ibu meninggalkanmu, menyusul ayah yang lebih dulu kembali ke pangkuan Tuhan.

Persahabatan yang awalnya kujalani bersamamu menjadikanku mencintaimu. Meninggalnya ibu aku tambah ingin mempersuntingmu. Bukan sekedar iba, tapi rasa sayangku yang tak ingin kau sendiri melewati satu demi satu masalah dalam kehidupan ini. 40 hari setelah meninggalnya ibu kulamar dirimu, menjadikanmu tunangan sebelum resmi kunikahi dirimu. Memberikan celah agar aku dan dirimu mengumpulkan modal untuk nikah.

Qobiltu nikahaha watazwiijaaha bilmahril madzkuuri haalan, kuucap ijab di depan penghulu. Resmilah tanggal 24 februari 2015 kau menjadi istriku, istriku ya istriku yang membiayai semua modal pernikahan di pihak perempuan. Bahkan di hari bahagiamu pun saudara dari ibumu masih mengambil kesempatan dengan mengambil keuntungan uang sisa modal pernikahan. Sungguh ujianmu indah wahai sayangku.

Hari demi hari kujalani bersamamu penuh suka duka. Karena masalah rupanya tak ingin segera menghindar darimu setelah bersamaku. Pertengkaran seringkali terjadi karena egoku, seakan tak terkontrol hampir setiap hari. Sakit juga seringkali menerpa. Mencoba mencari obat kesana-kemari tapi tetap saja, sembuh hanya sebentar. Rupanya pertengkaran dan sakit yang sering menerpa adalah ulah jin yang sengaja dikirim oleh salah satu keluarga istriku.

Sekali lagi alhamdulillah kuucap kepada Tuhan karena sungguh nikmat IA memberikan ujian pada makhluknya. Selama setahun kami diliputi gelisah yang tak ada habisnya karena gangguan jin yang sudah membuat aku dan dirimu sakit dan sering bertengkar. Namun rupanya doa kami Tuhan dengar, suatu hari bertemu seorang ustadz yang menjadikan jalan aku terus bersujud meminta padaNYA. Sehingga godaan demi godaan jin dan orang yang iri mampu kami atasi.

Istriku, tulisan ini mungkin sedikit cengeng. tapi ini ungkapan rasa sayangku yang sudah setia padaku dan menjalaninya dengan sabar. semoga Tuhan selalu memberikan jalan yang terbaik untuk kita.
🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

sang pencinta keagungan Tuhan