Melihat Sisi Lain Dapur yang Membuktikan Bahwa Dapur Tidak Selamanya Identik dengan Perempuan

Laki-laki juga harus bisa memasak untuk bertahan hidup

"Masak itu pekerjaan perempuan!"

"Buat apa sekolah tinggi-tinggi ujungnya masuk dapur juga"

"Ih ganteng-ganteng tapi hobi masak kaya cewe"

Advertisement

Sebagai mahluk yang menghabiskan hidup di negara berkembang ini, pasti akan sering terdengar bunyi-bunyi kalimat seperti tadi dan kalimat tersebut sudah banyak tertanam jelas di kepala banyak warga Indonesia lalu keluar dari mulut tetangga, keluarga, calon pasangan dan lain-lain. Sebagai manusia, tidak ada salahnya kalau kita tidak setuju dengan kalimat tersebut, kok! Kita bisa saja membuktikan bahwa hal tersebut salah besar.

"Masak itu tugas perempuan"

Sering kali dalam rumah tangga, dapur cuma milik perempuan (istri, ibu atau kakak perempuan) akhirnya laki-laki di rumah tidak bisa memasak sama sekali padahal tidak selamanya perempuan di rumah selalu available untuk masak. Kalau mereka sakit atau harus bekerja, mau ga mau kaum lelaki harus bisa memasak makanannya sendiri. Padahal di ranah dapur professional, justru excecutive chef maupun koki didominasi oleh laki-laki. Dapur professional bisa kalian temui di industri horeca (Hotel, Restaurant dan Catering). Hal itu bisa membuktikan bahwa perempuan tidak selalu identik dengan makanan dan dapur. Loh tapi kenapa kebanyakan laki-laki daripada perempuan? Karena di professional kitchen kita dituntut untuk memasak makanan dalam jumlah besar sekali biasanya puluhan sampai ratusan porsi untuk 1 hidangan, kalau dalam 1 kali makan ada 5-7 hidangan berarti semakin banyak bahan makanan yg diolah. Proses memasaknya pun harus cepat agar kualitas hidangan tetap terjaga, serta diperhatikan estetika tata hidangnya sehingga dapat menciptakan customer experience yang baik. Alat (equipment) yang digunakan pun cukup besar dan berat.

Kalau di rumah biasanya kita pakai panci ukuran 1 liter tapi untuk di professional kitchen kita bisa pakai panci yang sampai 5 liter atau lebih. Hal tersebut membutuhkan fisik dan tenaga yang kuat karena proses memasak umumnya memakan waktu yang sangat lama, rata-rata chef atau koki yang bekerja di professional kitchen menghabiskan waktu berdiri di dapur lebih dari 10 jam/hari di ruang yang panas. Selain itu dibutuhkan mental yang kuat karena professional kitchen mempunyai banyak aturan untuk mengolah suatu bahan, bahkan untuk potongan sayur, buah, dan garnish (hiasan) pun ada aturannya. Selain itu untuk rasa, waktu penyajian, food preparation, refill, jumlah hidangan juga harus disiapkan sesempurna mungkin. Kalau ga sesuai dengan aturan atau keinginan excecutive chef maka siap-siap dalam hitungan detik akan ada equipment kitchen yang melayang ke arahmu hehe. Selain itu, salah 1 tantangan di professional kitchen adalah kita harus menyediakan hidangan yang sesuai dengan lidah banyak customer, jangan sampai ada yang komplain! Beda sekali dengan keadaan kalau kita masak di rumah dengan porsi sedikit dan ga ada aturan baku untuk setiap potongan, kalau kata orang sunda kumaha aing (suka-suka gue) yang penting enak.

Advertisement

"Buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi kalo ujungnya masuk dapur"

Justru untuk masuk dapur pun butuh ilmu agar kita bisa masak sesuatu yang bagus di dapur kita sendiri. Nggak harus ilmu tentang tata boga, yang penting kita tau apa yang mau dimasak, untuk siapa, dan masing-masing manfaat dari bahan makanan tersebut. Sedangkan di professional kitchen, kita dituntut punya backgorund yang relevan seperti tata boga atau perhotelan. Banyak orang yg berpikir "buat apa sih sekolah tata boga kan belajar masak bisa autodidak" tentu tidak. Di sekolah tata boga kita belajar banyak sekali hal mengenai makanan untuk ranah professional kitchen, bahkan ada beberapa sekolah yang mewajibkan kita bisa berbahasa Prancis karena saat ini Prancis masih menjadi kiblat kuliner dunia. Ada juga beberapa orang yang rela belajar tata boga sampai ke luar negeri seperti Chef Renata yang alumni Le Cordon Bleu Culinary Arts. Keren banget!

Jadi, tidak selamanya memasak itu adalah tugas perempuan saja. Memasak adalah basic skill untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tanpa melihat gender.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE