Menerima Dengan Lapang, Berdamai Dengan Diri

Tak mudah, sungguh, mengobati luka hati. Beribu petuah dari orang lain pun seakan tak mampu mengobatinya. Karena rasa itu akan selalu datang menghantui di setiap episode kehidupan yang kita jalani.

Rumit, ini bukan tentang salah atau benar. Karena rasa datang tak pernah kita minta. Kita tidak bisa mengatur kapan rasa itu akan datang dan kepada siapa rasa itu datang yang salah adalah ketika kita mencintai seseorang yang belum tentu akan menjadi bagian dari hidup kita.

Advertisement

Tentang cinta yang awalnya tumbuh dengan sejuta pesona lalu berakhir dengan saling melukai dan semua berubah menjadi sebuah kebencian. Menanamkan hati pada seseorang yang belum tentu menjadi pelabuhan terakhir dalam hidup kita memang tidak mudah. Ketika apa yang menjadi harapan kita terhadap pasangan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Terkadang, protes terhadap pilihan, lalu merasa dunia seakan tidak adil, kenapa dulu aku pilih dia, kenapa bukan yang lain, kenapa aku bisa jalan hingga sejauh ini?

Pertanyaan demi pertanyaan tentang betapa terpuruknya kita akan pilihan itupun akhirnya muncul secara bergantian. Sebenarnya, bukan kebencian akan pilihan itu yang kita salahkan, tetapi membenci akan sosok yang telah salah dijadikan pilihan. lalu kebencian pun semakin hari semakin memuncak ketika apa yang yang kita harapkan tak kunjung menjadi kenyataan yang sesuai dengan harapan.

Marah saat kita tidak mampu menerima ketidaksempurnaan yang kita dambakan akan selalu menghantui jika kita tidak berusaha untuk melepaskan. Percayalah bahwa tidak semua hal akan selalu berujung seperti yang kita harapkan. Satu hal yang dapat kita lakukan, menerima apa yang telah kita lakukan. Meskipun kadang keinginan tidak sejalan dengan keadaan. Berdamai dengan diri itu menjadi sebuah keharusan.

Advertisement

Tak mudah, sungguh, mengobati luka hati. Beribu petuah dari orang lain pun seakan tak mampu mengobatinya. Karena rasa itu akan selalu menghantuinya di setiap episode kehidupan yang kita jalani.

Kita terisak pada sebuah pilihan dan kenyataan yang menjijikan. Kenyataan pilu yang rasanya tercekat di kerongkongan lalu mengiba pada Sang pencipta meminta sebuah pengharapan bahwa ini hanyalah mimpi buruk. Tapi, tak bisa disangkal, hidup terus berjalan dan kita harus melewatinya dengan lapang. Menerima dengan lapang dada, berdamai dengan diri sendiri itu menjadi sebuah keharusan.

Kesempurnaan yang kita dambakan memang menjadi rayap bagi hubungan yang sedang dijalin. Bahkan, kita sampai lupa menuntut diri sendiri untuk selalu sempurna. Apalagi dalam hubungan cinta, kita selalu memaksa diri sendiri untuk sempurna dimata pasangan, memang menjadi kebaikan. Namun, jangan lupa juga, kamu telah melakukannya dengan maksimal, dan itu pantas untuk diapresiasi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE