Alasan Mengapa Saya Menjadi Guru

Menjadi guru tak sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga membangun karakter anak bangsa

Artikel yang ditayangkan Hipwee pada 11 Oktober 2019 dengan judul Mendikbus Minta Guru Nikmati Gaji Kecil, Karena Surga Kelak Akan Menanti. Pak, Tolong Lebih Hargai sangat menohok. Sebab pernyataan yang dilontarkan oleh Pak Menteri itu (seolah-olah) tak menggunakan akal yang sehat dan nalar yang kuat. Duh, Pak Mendikbud … pernyataan Anda itu sangat menyinggung perasaan para guru honorer yang memiliki penghasilan minim.

Advertisement

Saya akan bercerita mengenai guru Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berpenghasilan lumayan, tetapi masih kalah jauh dengan rekan-rekan sesama guru di luar negeri. Dengan asumsi bahwa guru yang baru menjadi ASN itu memiliki ijazah strata satu (S1), maka ia memperoleh gaji dan tunjangan sekitar empat juta rupiah. Jika ia telah lulus sertifikasi pendidik, maka ia memperoleh Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) sebesar satu kali gaji pokok. Ini berlaku di seluruh Indonesia. 

Setiap daerah juga memberikan tunjangan kinerja kepada para guru yang ASN tadi. Besarannya pun bervariasi untuk setiap daerah. Berdasarkan pengalaman saya, Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang paling besar diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. TKD diberikan berdasarkan perhitungan kehadiran di sekolah dan penilaian kinerja guru (PKG). Besarnya TKD bisa naik dan turun pada setiap bulannya, tergantung kerhadiran, kreativitas, dan produktivitas guru. 

Selain mendapat gaji dan TPP dari pemerintah pusat  yang nilainya sama untuk semua guru di negeri ini, guru di DKI Jakarta juga mendapatkan TKD  yang besarnya melebihi gaji yang diterima dari pemerintah pusat. Menjadi guru di DKI Jakarta untuk sekarang ini dan ke depan saya kira akan menadi pilihan yang menggiurkan bagi mereka yang ingin mengubah  dan memperjuangkan nasibnya

Advertisement

Kredit Mobil

Dengan penghasilan terdiri atas gaji dan TPP, para guru ASN berani membeli mobil secara kredit. Jadi Anda tak perlu heran jika melihat guru bermobil. Bukannya disimpan atau ditabung, tetapi malah untuk membeli barang yang konsumtif. Ada juga yang menggunakan alasan gengsi, sehingga ada guru yang membeli kendaraan roda empat secara mengangsur.

Advertisement

Selain itu, pernah saya dengar dari kawan guru dan saya baca di sebuah surat kabar, ada guru yang menikah siri karena merasa penghasilannya sudah besar. Ini tentu kelewatan. Mreka tak dapat mengendalikan diri, seperti kuda lepas dari kandang.

Guru ASN pria dan wanita yang suaminya atau istrinya juga bekerja sebagai guru ASN, tentu memiliki penghasilan yang lebih besar lagi. Maka tak perlu dipertanyakan dari mana mereka memperoleh dana untuk berangkat haji.  Apalagi guru-guru ASN yang bertugas di Provinsi DKI Jakarta. Karena besarnya penghasilan yang terdiri atas gaji, TPP, dan TKD, bisa ditabung untuk membeli mobil secara kredit dan menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi.

Guru Honorer

Mungkin yang dimaksud oleh Pak Mendikbud adalah penghasilan guru honorer. di sekolah swasta yang ngasal. Selain itu, jam kerjanya tidak lima hari kerja dan beban kerjanya tidak delapan jam per hari. Maka tidak usah heran jika kita mendengar ada guru yang berpenghasilan tidak sampai lima ratus ribu rupiah per bulan. Tentu saja penghasilan mereka kalah dengan buruh di pabrik yang bekerja penuh lima hari kerja atau enam hari kerja dengan beban kerja delapan jam per hari.

Guru honorer yang berpenghasilan kecil ini dapat menambah penghasilannya dengan bertani, berkebun, dan beterna jika tinggal di desa. Jika tinggal di kota  mereka dapat mencari tambahan dengan mengajar di beberapa sekolah swasta.. Bisa jadi mereka bekerja dengan memanfaatkan kehliannya dengan memberikan bimbingan belajar.

Guru-guru yang bekerja di sekolah swasta yang keren dan beken tentu berpenghasilan besar. Saya tak perlu menyebut nama sekolahnya. Anda tentu dapat menelisik sendiri sekolah-sekolah swasta yang terakreditasi sangat baik atau sekolah swasta yang terakreditasi  biasa-biasa saja.

Di sekolah negeri sebenarnya sudah ada sejak lama peraturan yang melarang penerimaan guru honorer. Jika ada guru honorer di sekolah negeri itu adalah penyimpangan dan menyalahi peraturan. Ini jelas-jelas ada indikasi KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

Guru Masa Depan

Seluruh pemangku kepentingan seperintah, swasta, masyarakat, dan orang tua peserta didik layaknya  berkontribusi bagi  penerimaan guru masa depan. Semua elemen bertanggung jawab untuk memberikan penghasilan yang mencukupi bagi guru, baik guru sekolah negeri maupun guru sekolah swasta.

Meskipun penghasilan guru sekolah negeri di DKI Jakarta, misalnya, cukup untuk menghidupi keluarganya setiap bulan, tetapi jika dibandingkan dengan penghasilan guru-guru di Jepang, misalnya, masih belum seberapa. Guru-guru di Jepang dapat menyisihkan penghasilannya untuk berlibur pada akhir tahun ke luar negeri.

Agar generasi muda yang cerdas tertarik kepada profesi guru, layaknya guru harus berpenghasilan besar. Sebab kita saat ini harus mempersiapkan generasi milenial yang cerdas (yang memerlukan peran guru yang hebat), melek hukum (yang memerlukan peran penegak hukum yang memiliki kredibilitas tinggi), dan sehat (yang memerlukan peran dokter yang manusiawi).

Jadi, pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini; Mengapa saya menjadi guru?, sangat relevan dengan pernyataan Pak Mendikbud. Ketika masih hidup dan bekerja sebagai guru dengan mengajar dan mendidik anak bangsa, guru layak mendapat penghasilan yang besar. Jika nanti sudah tiada dan berpulang ke rahmatullah, guru juga layak masuk surga.

Semoga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis dan pensiunan guru SMP di DKI Jakarta. Dengan suka hati menulis artikel, cerpen, dan puisi di media massa cetak, media online, dan media sosial. Menulis buku puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (2018). Selain itu, juga menulis buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan sebagai Pengembangan Profesi Guru (2018) Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

CLOSE