Mengubah Persepsi Kita tentang Salah Mengambil Jurusan

Salah jurusan tidaklah harus dimaknai dengan pesimistis, dan kesedihan.

Salah jurusan maka berakhirlah sudah. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa salah mengambil jurusan berpikiran demikian. Mereka memersepsikan bahwa terlanjur menempuh jurusan yang tidak sesuai dengan minat, bakat, ataupun keinginan menghambat mereka untuk berhasil, meraih kesuksesan, sulit dalam mewujudkan mimpi, dan tidak ada lagi harapan. Sehingga mereka sekenan untuk menempuhnya.

Advertisement

Persepsi ini pun tertanam dan mengakar kuat di dalam benak mereka. Bukan sebuah persepsi yang terbangun tanpa isi.  Persepsi tersebut terkonstruksi dari beberapa pengalaman dan kejadian sebelumnya yang pernah dialami oleh mahasiswa yang salah jurusan. Tidak sedikit dari mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran hingga  mengakibatkan  indeks prestasi mereka jeblok, bahkan sampai drop out atau di keluarkan dari kampus. Selain itu beberapa dari mereka, setelah lulus ada yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.

Persepsi tersebut haruslah dilawan dan dirubah. Terlebih lagi persepsi tersebut perlahan telah berubah menjadi sebuah mindset yang tak lagi dapat di bantahkan. Mempengaruhi. Dan tidak dapat diganggu. Sehingga manakala ada mahasiswa yang merasa salah mengambil jurusan persepsi atau pikiran yang pertama langsung muncul adalah berakhirlah sudah.

Kebenaran dari persepsi tersebut sebenarnya tidaklah mutlak. Memang seringkali yang kita jumpai adalah demikian. Kendati begitu, ada juga mahasiswa yang merasa salah mengambil jurusan menjadi orang  sukses kedepannya.

Advertisement

Adalah beberapa tokoh terkenal yang merasa salah mengambil jurusan sewaktu kuliah dulu namun kini mereka menjadi orang-orang yang sukses. Hal ini dikarenakan mereka tidak langsung merasa putus asa. Pasrah begitu saja. Melainkan mereka berusaha keras dan berjuang.

Satu contohnya, Patrick Adhiatmadja. Meskipun namanya terdengar asing di kalangan umum, namun di dunia otomotif dan bisnis Indonesia, namanya begitu dikenal. Patrick adalah Presiden Direktur salah satu perusahaan pelumnas otomotif terkenal di Indonesia, PT. Federal Karyatama (Federal Oil). Perusahaan yang ia pimpin pun adalah salah satu perusahaan asli Indonesia yang berhasil bersaing dan bertahan di kerasnya persaingan pasar dan serbuaan berbagai produk asing yang masuk ke Indonesia.

Advertisement

Dibalik kesuksesan Patrick memimpin perusahaan Federal oil, ada sedikit cerita menarik didalamnya. Ternyata ia merupakan salah satu orang yang salah mengambil jurusan. Tidak hanya di kuliah bahkan mulai dari bangku SMA. Dikutip dari laman kompas.com (kompas otomotif) tanggal 22 Mei 2015, Patrick yang merupakan alumnus SMA Pangudi Luhur Jakarta ini menuturkan bahwa pada waktu SMA dulu ia mengambil Jurusan IPA, dimana sebenarnya ia tidak menyukai pelajaran Eksakta.

Sementara itu ketika semasa kuliah, Patrick memilih untuk melanjutkan di jurusan Teknik Arsitektur di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jawa Barat. Namun setelah menjalani selama enam semester, Patrick merasa langkahnya begitu berat pada jurusan tersebut. Ia merasa tidak bisa menikmati kuliah Arsitektur yang dijalaninya.

“Saya merasa ini bukan dunia saya, talenta saya bukan disini. Sampai saya berdiskusi dengan ayah yang juga berprofesi dosen, di Universitas Tarumanegara sampai sekarang. Ayah bilang, toh keputusan itu Anda yang ambil, anda yang menjalankan, jadi selesaikan!.” terang Patrick dalam situs kompas.com tanggal 22 Mei 2015 (kompas otomotif).

Patrick pun pada akhirnya tetap melanjutkan pendidikannya di jurusan yang sama sebagai bentuk atau bukti tanggung jawabnya sampai lulus pada tahun 1988. Meskipun ia lalui dengan langkah yang berat dan konsekuensi yang harus dipikul.

Kemudian setelah menyelesaikan kuliah, Patrick memutuskan untuk bekerja dengan berkarier keluar dari jurusannya. Ia malah tertarik pada ilmu ekonomi, khususnya penjualan dan pemasaran. Patrick membidik perusahaan yang memiliki program management trainee. Harapannya bisa memulai pengetahuannya lagi dari nol. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk melamar dan diterima di PT. Metrodata Electronics Tbk. yang bergerak di bidang teknologi informasi.

Salah jurusan tidaklah harus dimaknai dengan pesimistis, dan kesedihan. Contoh diatas merupakan segelintir bukti, dimana salah jurusan tidak selalu menjadi hal yang buruk dan negatif. Terdapat nilai positif yang dapat diambil. Bahwasanya mahasiswa yang salah jurusan pun juga bisa meraih kesuksesan. Semua kembali lagi pada bagaimana persepsi maupun pikiran terbentuk.

Alangkah baiknya pikiran yang terbentuk adalah pikiran yang maju bukan pikiran yang sempit ataupun tertutup. Sehingga meskipun salah jurusan, arah masa depan selanjutnya dapat disusun dan ditentukan kembali. Bisa melanjutkan sesuai minat dan bakat atau sesuai dengan jurusan yang ditempuh. Atau mungkin bisa menggabungkan keduanya.

Seperti kata Merry Riana, seorang motivator terkenal dari Indonesia, salah jurusan seharusnya dijadikan sebuah batu loncatan untuk mencapai kesuksesan. Bukan dijadikan dan diartikan sebagai batasan yang membelenggu. Sebab kesuksesan yang di raih parameternya bukanlah jurusan kuliah yang sesuai dengan minat dan bakat melainkan niat, usaha, kerja keras, ketekunan seseorang.

Selain itu, dengan mengambil jurusan yang salah atau tidak sesuai, sejatinya dapat menambah khazanah ilmu dan pengetahuan. Maksudnya, perbendaharaan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki pun semakin luas, bertambah dan kaya.

Lebih itu salah jurusan juga memberikan suatu manfaat dengan mempadukan dengan apa yang menjadi bakat dan minat. Misalkan saja seseorang berkuliah di jurusan bisnis dan mempunyai bakat dan minat pada fotografi, setelah lulus ia bisa mempadu-padankan keduanya sehingga bisa membuka bisnis fotografi. Akan tetapi tidak semua bidang. Hanya bidang-bidang tertentu saja yang dapat dipadukan.

Selain memersepsikan seperti yang disampaikan diawal tulisan, tidak sedikit mahasiswa yang merasa salah mengambil jurusan, juga berpikir dan memersepsikan bahwa dengan terlanjur menempuh jurusan yang tidak sesuai dengan minat, bakat, ataupun keinginan maka tidak bisa mengembangkan apa yang telah menjadi minat dan bakat mereka. Persepsi dan pikiran ini pun juga kebenarannya tidaklah mutlak. Mengembangkan minat dan bakat tidak selalu melalui jalur disiplin ilmu atau jurusan di perkuliahan. Misalkan minat dan bakat di bidang fotografi. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara otodidak, yaitu dengan membaca buku perihal fotografi, selalu berlatih dan mencari pengalaman tanpa harus masuk di jurusan fotogafi.

Namun ada sedikit perbedaan apabila minat dan bakat tersebut pada bidang akuntansi. Memang dalam mengembangkan minat dan bakat tersebut haruslah melalui jalur disiplin ilmu. Akan tetapi hal tersebut bisa dilakukan dengan membaca buku, belajar dan berlatih bersama kawan yang kuliah dibidang akuntansi.

Dengan demikian langkah yang dihadapi mahasiswa yang salah jurusan terhitung begitu berat dengan banyak konsekuensi yang dipikul. Tapi janganlah menjadi orang yang pesimistis. Dengan segala rintangan yang ada sebaiknya dihadapi. terdapat dua solusi yang bisa diambil dan dipilih oleh mahasiswa yang merasa salah mengambil jurusan.Yaitu pindah jurusan sesuai dengan minat dan bakat atau bertahan di jurusan tersebut dan menghadapi rintangan yang ada. Semua mempunyai timbangan dan resikonya masing-masing.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang pelamun rendahan dan buruh mimpi

CLOSE