Menjawab Mitos-Mitos Tentang Perempuan Seputar Multitasking

Multitasking adalak kemampuan manusia melakukan lebih dari satu pekerjaan

Beberapa tahun belakangan kita telah mengenal istilah multitasking atau kemampuan manusia untuk melakukan lebih dari satu pekerjaan. Ada pula gagasan yang menganggap bahwa hanya perempuan yang lebih unggul saat melakukan multitasking ketimbang laki-laki. Di mana hanya kaum perempuan yang bisa mengerjakan sesuatu sekaligus dalam waktu bersamaan.

Advertisement

Istilah multitasking belakangan memang benar sering kita baca di mana-mana. Istilah ini sering digaungkan oleh perempuan yang telah berumah tangga, atau sedang merencanakan membangun rumah tangga. Padahal sangat sedikit data yang tersedia untuk mendukung klaim tentang perbedaan jenis kelamin secara nyata. Sebagian besar penelitian yang menunjukkan perbedaan jenis kelamin menemukan bahwa perbedaannya kecil dan tidak konsisten.

Sebuah studi oleh Psikolog Keith Laws secara luas dilaporkan di pers telah memberikan bukti pertama superioritas multitasking perempuan, meskipun sangat fokus dalam sampelnya 240 orang yang merespons iklan online dan di Yorkshire Barat, UK, rata-rata berusia 27 tahun, dan sampel dikontrol hanya untuk jenis kelamin dan usia, dan bukan untuk latar belakang budaya dan pendidikan. Dalam penelitian lain, perempuan ditemukan melakukan sedikit lebih baik dalam mengordinasikan tes primer dengan tes sekunder, mendukung gagasan bahwa perempuan lebih baik dalam multitasking. Namun, penulis menyimpulkan tes mereka mungkin tidak mencerminkan multitasking kehidupan nyata dan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan.

Sebaliknya, sebuah penelitian Swedia menemukan bahwa laki-laki mengungguli perempuan dalam menangani banyak tugas secara bersamaan, dengan kesenjangan kinerja yang berkorelasi dengan siklus menstruasi perempuan.

Dan sebuah studi di Norwegia tahun 2018 yang mensimulasikan skenario sehari-hari pada video game, menemukan bahwa "tidak ada tindakan multitasking (akurasi, total waktu, total jarak yang dicakup oleh avatar, skor memori prospektif, dan skor manajemen distractor) menunjukkan perbedaan jenis kelamin.

Advertisement

Penelitian di atas ini tidak mengandung bukti adanya keunggulan dalam multitasking pada perempuan.

Dalam gender yang sama misalnya ketika orang berbicara di telepon seluler saat mengemudi. Satu studi menemukan bahwa mengalami kecelakaan adalah empat kali lebih mungkin ketika menggunakan ponsel saat mengemudi.

Itulah alasan kenapa bapak-Ibu polantas menilang orang-orang yang menerima panggilan telepon pada saat mengendarai mobil atau motor.

Idealnya adalah dari waktu ke waktu dalam perbedaan gender kita tidak lagi memiliki pembagian kerja yang kaku, tetapi seleksi alam yang terjadi dalam masyarakat primitif dianggap telah membuat perempuan modern lebih mampu multitasking daripada laki-laki. Mari kita buktikan dengan riset sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Advertisement

Misalnya, saat mencuci pakaian menggunakan mesin cuci kemudian dilanjutkan dengan mencuci piring. Mencuci pakaian menggunakan mesin cuci itu tampak mudah dilakukan pasalnya seseorang hanya menghidupkan lalu bisa meninggalkan mesin cucinya, kemudian melanjutkan aktivitas seperti mencuci piring dll.

Tapi apakah contoh di atas tersebut benar-benar bagian dari multitasking?

Mari kita teliti lagi dengan menggunakan logika sederhana. Kalau orang yang punya mesin cuci, ia tinggal menghidupkan mesin cuci tersebut kemudian pergi mencuci piring. Contoh ini menunjukkan bahwa sebenarnya kita menggunakan atensi kita, akibatnya jelas bahwa kesadaran kita tidak terganggu.

Tapi bagaimana jika seseorang yang tak punya mesin cuci? Yang terjadi, tangan kiri mencuci pakaian dan tangan kanan mencuci piring, apakah itu benar-benar bisa dilakukan oleh perempuan?

Contoh lain dari multitasking atau melakukan pekerjaan dalam waktu bersamaan. Misalnya, naik motor sambil mencuci motor, atau tangan kiri membilas pakaian tangan kanan mengangkat gorengan. Dalam kehidupan sehari-hari perempuan sering menganggap beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain secara cepat, sehingga membuat orang berpikir seolah sedang melakukan multitasking. Hal demikian sebenarnya bukan bagian dari multitasking karena ia melakukannya secara bertahap.

Contoh di atas tadi sebenarnya yang memperkuat klaim bahwa perempuan benar-benar bisa melakukan multitasking padahal itu hanyalah mitos belakang.


Karena otak manusia susah menerima hal yang berbeda dalam waktu bersamaan, sehingga multitasking sebenarnya mengurangi produktivitas.


Karena otak tidak dapat sepenuhnya fokus saat melakukan banyak pekerjaan.

Berbeda saat kita hanya mencoba salah satu tugas pada satu waktu, maka kita otomatis tidak terganggu oleh informasi yang tidak relevan, lebih fokus, dan lebih akurat

Yang terakhir dan ini harus diketahui oleh kaum lelaki, saat perempuan memasak kemudian menyajikan hasil masakannya, dan pada saat itu juga masakannya tiba-tiba menjadi kurang enak, atau mungkin kebanyakan garam. Sebenarnya perempuan sedang tidak sengaja melakukan multitasking, memasak sambil menangis.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE