Menunda Pekerjaan Bukan Berarti Malas. Kami Hanya Mencari Waktu yang Pas

menunda pekerjaan

Seringkali orang yang menunda-nunda pekerjaan dilabeli sebagai orang yang malas. Kebiasaan menunda-menunda pekerjaan ini biasannya dianggap sebagai perbuatan yang buruk, yang seharusnya dikurangi atau ditinggalkan.

Advertisement

Hal semacam ini seringkali disematkan kepada orang-orang yang yang mempunyai waktu yang luang untuk mengerjakan pekerjaannya, tapi malah bersantai atau beristirahat. Perbuatan seperti ini dianggap perbuatan sia-sia.

Paradigma seperti itu sebenarnya kurang tepat atau tidak harus menganggap orang yang menunda pekerjaan adalah perilaku sia-sia atau buruk. Malahan, menunda-nunda pekerjaan bisa saja menjadi jalan untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.

Begini, yang dimaksud menunda-nunda pekerjaan dalam hal ini adalah ketika seseorang diberi tugas atau pekerjaan yang mempunyai batas waktu atau deadline, yang seharusnya dikerjakan memang awal waktu tapi malah ditunda-tunda sampai sebelum deadline tiba. Atau hal lain seperti mengerjakan pekerjaan lain terlebih dahulu yang tidak terlalu urgent.

Advertisement

Contoh di atas memang sekilas adalah perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan. Kenapa malah kegiatan lain yang dilakukan, sedangkan pekerjaan yang lebih urgent malah ditunda-tunda. Pasti kita memikirkan hal yang sama.Tapi, jangan suudzon atau berburuk sangka terlebih dahulu. 

Pertanyaannya, apakah kita tahu alasan kenapa seseorang menunda-nunda pekerjaan? Sehingga cap "malas" itu disematkan padanya. Oke, cap malas bisa disematkan kepadanya asalkan memang pekerjaan yang diberikan itu tidak dikerjakan sama sekali sampai batas waktu yang diberikan. Tapi, jika ujung-ujungnya malah dikerjakan dan malah hasilnya lebih baik dari yang rajin mengerjakan awal waktu, bagaimana?.

Advertisement

Mari kita telah bersama. Seseorang yang menunda-menunda pekerjaan itu bukan sebuah bentuk kemalasan, tapi sebagai kepedulian terhadap kondisi diri sendiri. Orang yang menunda pekerjaan itu, ibaratnya seperi lagi lomba lari maraton, tapi dengan start lari-lari kecil terlebih dahulu untuk menyimpan tenaga, nah pada saat pertengahan atau akhir-akhir baru mulai lari sekuat tenaga. Daripada yang start lari kencang, yang mungkin memimpin terlebih dahulu, tapi pas akhir malah pingsan atau tidak sanggup melanjutkan, atau disalip dengan peserta yang di belakngnya tadi. Yang juara satu adalah yang duluan injak garis akhir, kan?

Begitupun dengan orang yang menunda-nunda pekerjaannya, bukan berarti dia malas, tapi mencoba mencari hasil yang maksimal dengan cara yang beda. Biasanya orang yang demikian, mempunyai perencanaan yang matang, misalnya cari ide terlebih dahulu, memperkirakan waktunya, kemudian dieksekusi terakhir. Biasanya yang seperti ini lebih kelihatan hasilnya, daripada orang yang terlalu terburu-buru tapi luput dari setiap kesalahan yang ada karena menganggap yang penting cepat selesai.

Misalnya saja seorang mahasiswa, ketika diberi tugas oleh dosennya dalam waktu seminggu. Ada yang langsung mengerjakannya, dan ada juga mendekati deadline baru mengerjakannya. Dua hal ini memang tidak ada yang salah, asalkan selama tugas itu selesai tepat waktu. Yang tidak tepat itu pelabelan "malas" kepada orang menunda-nunda pekerjaan, tapi tidak mengetahui alasan di baliknya.

Oke, mungkin menurut mereka ini, kalau ditunda-tunda akan menumpuk pekerjaan yang malah akhirnya merepotkan nanti. Itu merupakan pandangan yang terlalu berlebihan, karena keseriusan dalam berkerja sangat dibutuhkan. Tidak mungkin mereka akan menumpuk pekerjaan kalau ujungnya-ujungnya tidak dikerjakan. Mereka pasti memikirkan sebelumnya kapan sebaiknya diselesaikan sembari dikonsep terlebih dahulu. Yang menumpuk itu bukan tugasnya, tapi pikiran kita sendiri.  Tugas sebanyak apapun itu, kalau sudah niat untuk menyelesaikan, ya tidak ada masalah.

Salah satu penyebabnya juga adalah mood dalam dalam bekerja, kalau tidak ada gairah untuk dikerjakan, kenapa harus dipaksakan. Begitupun dengan mahasiswa yang lama menyelesaikan studinya, bukan berarti mereka tidak mau sarjana, tapi bisa saja mereka punya planning. Misalnya serius berorganisasi buat cari pengalaman, atau bisa saja kuliah sambil kerja. Kan tidak ada yang salah. Malah lebih aneh melihat mahasiswa yang lulus cepat, tapi dengan bermodal nilai ijazah saja. Tapi bakat atau pengalaman tidak diperhatikan. Malah ujung-ujungnya jadi pengangguran dalam waktu yang lama.

Hal ini bukan berarti menyalahkan orang yang rajin dan cepat menyelesaikan pekerjaannya atau mahasiswa yang cepat menyelesaikan studinya. Malahan itu lebih bagus. Yang dipermasalahkan itu pelabelan yang tidak-tidak kepada orang yang bekerja dengan menunda-nunda pekerjaan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Alauddin Makassar

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE