Menunggu Bukan Tentang Mengasihani Diri Melainkan Memperbaiki Diri

Ketika waktu seolah berjalan sangat lambat, mungkin disaat itulah kamu sedang menanti sesuatu hal untuk segera datang menghampirimu. Entah itu penantian terhadap panggilan wawancara kerja, penantian hasil tes beasiswa ke luar negeri atau bahkan penantian akan datangnya seorang teman hidup. Penantian merupakan hal yang sangat melelahkan bagi banyak orang. Namun dibalik rasa melelahkan tersebut tersembunyi sebuah harapan yang bersuara lebih lantang, sehingga banyak yang memilih untuk tetap setia menanti karena percaya bahwa ada keajaiban akan sebuah penantian. Di dalam memperjuangkan mimpi atau karir kita banyak melihat bahwa seorang wanita mampu menjadi sosok baja yang tak terkalahkan oleh waktu. Tekad yang kuat di dalam jiwa membuatnya lupa sudah berapa kali terjatuh di dalam pahitnya kegagalan. Tetapi ketika diperhadapkan dengan penantian akan pasangan hidup maka para wanita berhati baja tersebut akan lebih mudah merasakan lelah, menyerah dan perlahan-lahan akan menggeser hal asmara dari daftar prioritas hidupnya. Apalagi jika sebelumnya pernah mengalami kegagalan di masa lalu, tidak sedikit wanita yang memilih mengunci hatinya untuk waktu yang tidak tahu kapan ujungnya.

Advertisement

Sebagai seorang wanita yang juga pernah diberikan anugerah untuk mencintai seseorang, hati ku juga tidak luput dari rasa bahagia walau hanya sekejap. Kehadiran sosoknya entah mengapa bisa menambah energi semangat yang hampir kosong. Tutur katanya yang lembut namun tegas selalu berhasil mengendalikan tingginya ambisiku. Setiap hari sepertinya dia tidak kehabisan lelucon untuk membuat sekitarnya tertawa sekalipun dia tahu bahwa hatinya sedang tidak baik. Tetapi kebahagiaan itu akhirnya berubah menjadi sebuah kesalahan yang indah ketika kakinya memilih untuk melangkah jauh dari kehidupanku. Kepergiannya tanpa penjelasan maupun salam perpisahan. Dia tidak ahli mengucapkan selamat tinggal dengan benar. Disaat aku masih berjuang untuk mengumpulkan kekuatan supaya mampu melangkah lagi, kabar angin datang memberitahu bahwa dirinya kini sudah bahagia dengan pilihan hatinya. Sudah jatuh tertimpa tangga lagi, mungkin itu pepatah yang tepat bagiku.

Perjuangan untuk memaafkan dan melupakan sosoknya terasa semakin sulit ketika kaki kami masih berpijak di tanah yang sama. Kehadirannya yang hampir setiap hari lalu lalang di hidupku entah mengapa berubah menjadi sebuah kekecewaan. Hari-hari itu langit seperti sendu. Aku merasa gagal karena tidak berlapang dada dengan kenyataan. Belum lagi orang-orang sekitar sibuk bertanya dan mencari tahu siapa diantara kami yang berperan sebagai tokoh antagonis. Sungguh sebuah drama yang tak kunjung usai. Sekuat tenaga aku ingin melepaskan seluruh kenangan tanpa ada satupun yang tersisa, sehingga aku memilih menjadi sebuah batu es yang sangat dingin setiap kali dia datang walau hanya untuk sekedar menyapa. Seandainya dia tahu saat itu yang kubutuhkan bukan keberadaan dirinya lagi tetapi hanya sebuah permintaan maaf yang tulus.

Waktu terus berjalan tanpa peduli apa yang dirasakan setiap manusia, karena matahari akan selalu ada membuka hari untuk harapan baru dan malam tidak pernah lupa menutup hari untuk mengikhlaskan segala apa yang telah berlalu. Semesta seakan berbicara keras kepadaku untuk segera keluar dari pesta mengasihani diri. Bernard Batubara dalam bukunya yang berjudul ‘ Perempuan Yang Menunggu Senja’ mengatakan: Jika memang hujan itu masalah buatmu, mestinya kau menghadapinya langsung, bukan malah menghindarinya dengan memakai payung. Kau tidak menikmati hidup jika terus lari dari masalah. Akhirnya kutipan penyemangat ini membuatku memberanikan diri keluar dari tempat perteduhanku, melepaskan payung dalam genggaman, menari bersama rintikan hujan dan tetap percaya selalu ada pelangi sehabis hujan.

Advertisement

Setelah setahun masa-masa pilu itu berlalu aku belajar banyak hal tentang arti kehadiran sosok teman hidup bagi setiap orang. Aku baru memahami bahwa setiap manusia memerlukan sesorang yang dapat meminjamkannya bahu untuk bersandar dan memberikan telinga untuk mendengar. Oleh sebab itu banyak manusia yang sangat hati-hati untuk membuka dirinya bagi orang lain sebelum akhirnya memutuskan membangun komitmen bersama. Setiap manusia juga memiliki keinginan yang sama untuk mendapatkan sosok yang terbaik sebagai pasangan hidupnya kelak. Namun pertanyaannya sudahkah kita adalah pasangan yang sepadan bagi sosok misterius itu? Kita tidak akan pernah tahu sebelum beristirahat sejenak dari penantian yang melelahkan tersebut untuk kembali mengevaluasi diri kita. Berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan yang juga sebagai bahan perenungan bagi diriku secara pribadi. Semoga bermanfaat bagi teman-teman seperjuangan lainnya!

Apakah kehadiranmu mampu membawanya semakin dekat kepada Sang Pencipta?

Advertisement

Kita tidak bisa menyangkal bahwa segala apa yang kita miliki di dunia ini adalah milikNya Sang Pemberi berkat itu sendiri, termasuk memiliki seorang teman hidup. Dalam sebuah relasi kita perlu menyadari bahwa komitmen yang sudah kita bangun tidak hanya didasari oleh kesepakatan pihak pria dan wanita tetapi kita melibatkan Tuhan di dalam kesepakatan tersebut. Untuk itu sembari kita menunggu sosok teman hidup tersebut ada baiknya kita mengevaluasi diri sudah bagaimana kasih kita kepada Tuhan selama ini. Apakah kasih kita kepada manusia melebihi besarnya kasih kita kepada Tuhan? Akan sangat mengharukan ketika seorang pria memutuskan untuk menjalin komitmen dengan kita kelak bukan karena melihat kita dari sudut pandang manusianya saja, melainkan karena dia menemukan pribadi Tuhan itu terpancar dari dalam diri kita. Sungguh indah ketika sepasang kekasih saling memberikan teladan hidup untuk membawa diri semakin medekat kepada Sang Pendipta

Apakah kehadiranmu mampu memberikan dampak yang baik bagi perubahan hidupnya?

Tidak ada seorangpun mampu mengubah kehidupan orang lain kecuali Tuhan dan dirinya sendiri. Walaupun demikian kehadiran seseorang akan mampu menjadi awal transformasi bagi kehidupan orang lain. Dengan melihat bagaimana cara kita menjalani hidup mungkin saja bisa menjadi sebuah keajaiban bagi orang lain untuk berani memulai kehidupan yang lebih baik. Di dalam lirik lagu-lagu romantis sering sekali kita menemukan kalimat yang menyatakan bahwa pertemuan seorang lelaki dengan seorang wanita menjadi awal perubahan baru bagi kehidupannya. Terdengar klise namun fakta berbicara demikian. Mari kita melihat diri kita masing-masing, sudahkah kehadiran kita berdampak bagi kehidupan orang lain? Sebelum kita menuliskan kriteria pasangan hidup yang kita inginkan ada baiknya kita terlebih dahulu memenuhi diri kita dengan kriteria yang sudah kita daftarkan tersebut. Menghendaki orang lain mencintai diri kita tetapi kita masih gagal mencintai diri kita sendiri sama saja dengan kebohongan.

Apakah kehadiranmu mampu menjadi seorang partner untuk mewujudkan tujuan hidup bersama?

Kehadiran kita di dunia ini bukan hanya untuk menjalani kehidupan bagi diri kita sendiri tetapi kita memiliki tanggung jawab untuk melakukan sesuatu bagi orang lain. Tuhan selalu menitipkan panggilan yang berbeda-beda bagi setiap orang untuk diselesaikan di dunia ini. Oleh karena itu, kita tidak heran jika saat ini banyak para generasi muda menyadari panggilan mereka lalu memilih untuk keluar dari kenyamanan hidup dan berjuang untuk kehidupan orang lain. Hal yang sangat membanggakan bukan ketika kita memiliki pasangan hidup yang mengetahui panggilan di dalam dirinya? Namun bagaimana dengan diri kita? Apakah kita juga sudah menyadari tugas apa yang Tuhan suarakan bagi kita? Jika ya bagaimana kita mewujudkannya? Sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini diperlukan seorang pasangan hidup yang akan berjuang bersama untuk merealisasikan tujuan tersebut. Menjadi tulang rusuk bagi seorang pria diperlukan kematangan dan keteguhan hati. Peran kita ada sebagai penopang yang kuat serta penolong yang rendah hati baginya. Jika kita tidak cukup tangguh untuk bertahan di dalam menghadapi tekanan hidup kita sendiri lalu bagaimana kita bisa menjadi tulang rusuk yang kokoh untuk menopang sang pemilik tulang rusuk tersebut?

Proses memantaskan diri untuk menjadi orang yang tepat bagi orang lain adalah sebuah perjalanan yang sangat panjang. Namun perjalanan yang panjang tersebut bukan hanya supaya kita memiliki seorang pasangan hidup yang terbaik. Tetapi lebih dari itu semua, kita memerlukan proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi supaya kita semakin mensyukuri keberadaan diri kita sendiri. Bagi dirimu yang pernah terluka oleh masa lalu, jangan biarkan dirimu terpenjara oleh penyesalan yang sudah berlalu. Setiap orang yang terluka memiliki hak untuk sembuh dan kamu berhak mendapatkan kembali kisah yang baru. Percayalah selalu ada alasan mengapa seseorang pernah datang untuk menyatakan ‘Hello’ lalu pergi lagi untuk mengucapkan’Goodbye’. Ketika kita sudah menemukan orang terbaik pilihan Sang Pencipta sebagai pasangan hidup kita kelak maka kita akan memahami alasan dibalik kepergian seseorang yang pernah hadir hanya untuk memberikan pembelajaran kepada kita. Walau bagaimanapun berterimakasihlah kepadanya karena kehadirannya membuatmu dewasa di dalam mengenal orang-orang yang tulus mengasihimi. Keep moving forward, girls!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berbicara melalui tulisan dan musik.

3 Comments

  1. Ini lagi ak alami mb
    Yaa barusan aja ngalami hal yg d atas jadi masih (sering) mewek, cuma aku yakin akan ada pelangi dan sinar matahari yg hangat setelah badai dan hujan ini
    Makasi mb, inspiring 🙂

CLOSE