Menunggu Kamu Menyelesaikan Masalahmu

Ada rindu yang tak terbendung, ada cinta yang meluap dengan hiruk pikuk di tengah keramaian stasiun.

“Menunggu kamu menyelesaikan masalah dengan wanita itu”

Advertisement

Terminal Keberangkatan 1A…

Akhirnya aku sampai pada titik dimana aku tak ingin lagi mengingat tentang bandara, terminal bus damri dan stasiun kereta… bukan, aku bukannya sedang merajuk atau mendramatisir keadaan. Bukan pula sedang meramalkan masa depan. Aku hanya tengah berusaha menggabung-gabungkan fakta, dan mencoba menganalisanya untuk menemukan satu kesimpulan. Bukankah hidup ini semata perkara sebab-akibat? Selalu ada penyebab dari sebuah kejadian. Begitu juga dengan kejadian adanya orang ketiga dalam hubungan aku dan kamu.

Juni suatu sore pada sepetak kost berukuran 3×4, kali pertama aku merasa hilang arah tujuan, harusnya Juni ceria tapi tidak bagiku juni kali ini sangat berbeda dengan juni tahun-tahun sebelumnya akan menjadi titik balik bagiku, lagi kembali pecah tangis, tangis yang akan cukup panjang rasanya. Saat aku mengetahui ada something wrong kira-kira pukul 15.44 hari itu, sore itu menjadi titik terpahit sepanjang kita bersama. Di hari yang sama aku merasakan tak bisa tenang menunggu kabarmu, hingga aku memutuskan untuk flight tanpa sepengetahuan dia.

Advertisement

Kali pertama aku benci akan bandara, terminal Bus, dan stasiun kereta karna dia tak ada saat aku tiba.

Aku menoleh kiri kanan, memandang dimana biasa aku menemukanmu berdiri dan hampa aku temui bukan sosok mu.

Advertisement

Saat aku tiba, kali pertama aku tak menemukan wajah khas mu diantara ribuan manusia di bandara. Ragaku kian lamban melangkah.

Satu jam setengah menujumu terasa begitu lama, dengan segala kekacauan pikiranku.

Tak ada kata pasti yang terucapkan saat sesaat berjumpa, hanya aku dengan tanya dihati dan kamu dengan keterkejutan dan marahmu.

“Kenapa datang tidak beritau?” kata-kata yang dia tanyakan, aku mengatakan aku hanya ingin penjelasan tentang hal yang terjadi.

Flashback, empat tahunan sebelumnya hal yang paling menyenangkan itu ketika kita berdua berjumpa dan berpisah di bandara. Ada rindu yang tak terbendung, ada cinta yang meluap dengan hiruk pikuk di tengah keramaian stasiun. Banyak hal telah kita lalui bersama.

Ujian kehidupan datang tanpa permisi? Iya. Begitu juga aku hadapi.

Aku pulang pun kali pertama tak melihatmu duduk bersebelahan dengan ku, bangku Bus yang selama ini kita sering naiki bersama.

Waktu terus berjalan dengan kejamnya, hari-hariku setelah itu penuh dengan kekacauan, sempat ingin aku berhenti berjalan bahkan ingin pergi dan tak kembali.

Pada suatu malam, “kamu harus bersama saya dalam kondisi apapun”, “saya salah”, “saya akan menyelesaikan semuanya dengan dia”, “kamu fokus dengan urusan studi mu”ucapmu padaku.

Waktu bersamaan pada titik aku harus menyelesaikan ujian akhir semester, Tuhan seolah tak perduli dengan rasa yang ada.

Di tengah badai hati, tugasku untuk memasuki semester yang paling penting dalam studi membuatku tak ada pilihan selain memaksakan diri untuk berjuang..

"Hanny, diam dulu!"

Mulutku langsung tertutup. Jutaan kata penuh emosi yang sudah siap kukeluarkan terpaksa kupendam lagi. Jantungku berdebar. Baru kali ini Baweq meninggikan suaranya saat bicara padaku. Bukan cuma tinggi, itu nyaris membentak. Nyaliku menciut. Aku tak melihat ekspresinya secara langsung saat ini karena kami bicara melalui telepon. Namun, aku bisa menduga wajahnya pasti kesal luar biasa.

Aku masih dengan cemburu dan curigaku, walau kita sudah bicarakan dengan baik. Hati ini tak siap untuk berjalan ditengah duri yang berdiri tegak.

Tidak mungkin semua ini berakhir begitu saja, aku dan Baweq sudah pacaran 5 tahun. Aku masih menggeleng dan berkata dalam hati. Ini cobaan aku yakin! caraku menguatkan diri untuk kembali berdiri pasti.

After six months, Ya, aku tahu sekarang. Baweq bukan tipe orang yang akan mengingkari apa yang sudah ia komitmenkan bersama. Baweq bukan tipe orang yang akan lari dari masalah melainkan menghadapi masalah dengan kepala dingin. Aku tau pula dia sayang padaku.

Komitmen bukan soal siapa yang paling banyak berjuang mempertahankan, melainkan tentang saling mau berubah menjadi lebih baik bersama-sama.

"Masih mau menunggu?"

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE