#MimpiMasaMuda-Sehat itu Mahal, Biar Aku Saja yang Menanggung Anemia dari Masa Remaja

Cerita remaja yang kubagi saat ini, sebagai penyintas anemia

Kini aku hampir 25 tahun. Hari-hari terasa melelahkan, padahal aku belum beranjak cukup tua untuk menjadi lelah. Sayangnya, kondisi yang hampir terjadi adalah demikian. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk jauh dari kata sakit, membuat diri penuh dengan energi positif di setiap bangun menyambut pagi, tak lupa kuiring doa penyemangat di antara tiap pejam dan membuka mata. 

Advertisement

Kelelahan yang aku alami ini bukan hal sepele seperti omongan orang lain terhadap tampilan kita. Mengapa demikian? Alasannya karena ini menyangkut kesehatan yang sangat memengaruhi kehadiran kita dalam tiap-tiap kegiatan yang kita lakukan. Ini pun, menyangkut memberi kasih sayang pada diri sendiri yang tak disangka harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah menjadi "sakit-sakitan" atau "mudah lelah" di pertambahan usia. 


Aku seorang penyintas anemia, aku tahu didiagnosa demikian sejak kelas 11 SMA. Tapi aku mengetahui bahaya penyakit ini sejak aku berada di bangku SMP. Di SMPku yang mengikuti lomba UKS(Usaha Kesehatan Sekolah) itu, terpampang nyata 8 Gol UKS. Poin ke-7 dari gol UKS itu adalah anemia. Instingku yang tidak mengenal istilah itu pada masa SMP mengharuskanku buat mencari lebih dalam definisi anemia. Akhirnya aku tahu kondisi yang terjadi pada seorang penderita anemia yakni mudah lelah, sering pusing, sering pucat, kaki sering dingin, dan bisa membuat seorang penderita gagal fokus dalam melakukan pekerjaan yang buatku langsung bilang pada diri sendiri "amit-amit, jauh-jauhlah aku dari anemia itu". 


Ternyata kehendak Sang Pencipta dan caraku menghabiskan waktu di masa remaja terjadi berkebalikan. Jauh dari anemia jadi seperti #MimpiMasaMuda yang ingin aku gapai pada masa-masa remaja. Tapi sayang, aku jatuh juga pada sakit kepala yang tak tertahankan dan mudah lelah karena anemia. 

Advertisement

Masa SMA aku menggunakan waktu selain belajar, juga mengambil banyak ekstrakurikuler seperti tari tradisional, english clubdeutsch club, teater, mading dan majalah sekolah, serta yang paling utama adalah OSIS. OSIS menjadi utama karena hampir 3 kali dalam tiap minggu selama masa sekolah diadakan rapat rutin membahas acara sekolah, proposal, dan laporan kegiatan. Sebetulnya aku boleh-boleh saja tidak hadir di tiap rapat yang diadakan itu. Tapi aku selalu rajin datang dan meluangkan waktu usai sekolah untuk hadir. Waktu itu, aku hanya suka melakukannya di samping mengisi kekosongan waktu usai sekolah, aku juga merasa bisa membagi waktuku untuk kegiatan-kegiatan itu. 

Sekali lagi, pikirku tak sejalan dengan kenyataan. Aku ternyata tak sebaik itu membagi waktu, meskipun dalam perjalananku, tampilan yang aku buat ialah aku selalu merasa bisa melakukan banyak hal. Semua hal berjalan baik dari kelas 10 hingga pada kelas 11 semester ganjil sewaktu upacara bendera terjadilah kejadian tak terduga. Tiba-tiba aku merasa pandanganku kabur, lama-lama kepalaku seperti enteng dan pandangan yang kabur jadi hijau. Yah, aku pingsan waktu upacara. 

Advertisement

Aku ingat betul, kejadian di kelas 11 itu bukan kali pertama. Sebab saat ditugaskan upacara di kantor bupati memeringati hari pendidikan nasional waktu kelas 10, aku pun sempat pingsan dan langsung ditangani petugas PMI(Palang Merah Indonesia). Kejadian pingsan kelas 11 itu, aku ditolong oleh teman-teman PMR dan UKS yang memang mereka berjaga saat upacara bendera. Aku dibawa ke ruang UKS dan mendapat pertolongan pertama dari petugas di UKS.

Petugas UKS itu sepertinya menandaiku, karena ternyata setelah kejadian pertama di kelas 11, aku sering keluar-masuk UKS tak hanya waktu upacara, waktu di kelas, bahkan aku juga pernah jatuh di tangga menuju kelas. Kepalaku pusing tak terkira, sehingga jatuh di tangga mengakibatkan keesokan harinya tak bisa masuk sekolah. Tentu saja aku mengakui, aku jatuh di tangga sekolah karena tak bisa fokus melihat anak tangga yang sedang kutapaki, aku juga mengakui dengan kejadian itu membuat jumlah keabsenanku di sekolah bertambah pun ketinggalan pelajaran.  

Pada suatu waktu ketika lagi-lagi aku bertemu petugas UKS di ruangannya ia seperti sudah merasa aku sebetulnya tidak baik-baik saja. Sehingga aku ingat betul petugas itu bilang kepadaku,"kamu coba tes darah di lab, takutnya kamu kena anemia". Setengah mati aku tak mau mendengar kata "anemia" itu terucap sejak aku mengenalnya di SMP, tapi hari itu terucap. Duniaku semacam runtuh, aku tambah pucat menghadapinya. 

Mau tidak mau aku berangkat ke laboratorium kesehatan dan mendapatkan hasil yang menyatakan bahwa HB(Hemoglobin)ku di bawah rata-rata, yakni 11. Padahal aku periksa dalam kondisi yang menurutku fit di hari itu. Setelah ku dapatkan hasilnya aku menunjukkan ke petugas UKS sekolah, dan setelah ia membaca hasilnya ia seperti bilang,"I told you!" yang membuatku bertambah takut menghadapi dunia dengan anemia. 

Petugas UKS sekolahku itu tak sepenuhnya membuatku takut, karena setelah mengetahui kondisiku ia memberikanku nasihat baik untuk menjalani hari-hari melawan anemia. Ia menyarankanku untuk tak memaksakan diri mengikuti acara OSIS dan semua ekstrakurikuler yang kuambil, beristirahat saat lelah, meminum vitamin penambah darah, dan menjaga pola makan. Yah, karena ternyata pun selama berkegiatan di sekolah itu aku sering kali melupakan makan. Jangankan makanan yang bergizi dan sehat, makan camilan saja aku jarang untuk ingat. 

Seiring waktu hingga kini, aku terbiasa meminum vitamin penambah darah terutama sebelum dan semasa haid. Sampai sekarang pun aku tak memaksa diri jika sudah merasa lelah, serta makan yang cukup dan bergizi bagaimanapun kondisinya. Tingkah laku tersebut membantuku untuk menjadi lebih fokus menjalani hari meski memang lelah terkadang menanti.

Dari pengalaman yang kujalani buatku sadar upaya hidup sehat itu yang mengukur batasnya diri sendiri, tapi jangan sampai kita menjadi self diagnose karena itu. Sehingga, membuat kita jadi tidak nyaman terhadap diri sendiri dan merasa diri tidak penting serta tidak berharga. Kalau sudah mencapai puncak ketidaktahuan akan yang sedang kita rasakan terhadap sakit di tubuh kita, lebih baik konsultasi ke dokter atau ahli yang bersangkutan. Mendapat anjuran terlebih dulu dari ahli untuk menjadi sehat dari masa kini untuk masa depan adalah cara yang baik, seperti halnya lebih baik mencegah daripada mengobati. 

Hari ini aku mengajak menyelami masa remajaku yang terlalu ambisius sehingga melupakan hal-hal yang sangat dibutuhkan tubuh untuk memerangi ambisi-ambisi itu, aku melupakan bahwa sehat itu mahal di masa aku harusnya lebih bugar, penuh energi, positif, dan ceria – ya, di masa remaja. Ceritaku tentang melawan anemia ini semoga bisa diambil amanatnya, dan mari #SehatSamaSama. 

Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepada #HipweexNI yang memberikan kesempatan untuk bercerita tentang kebebasan-kebebasan yang direnggut karena datangnya sakit terutama anemia, yang kondisinya bisa datang kapan saja, terutama pada masa remaja khususnya wanita. Cheers~~~~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis, membaca, berkebun, dan beres-beres.

CLOSE