Nostalgia Majalah Anak dan Kuis Berhadiah yang Tak Kunjung Dimenangkan

nostalgia kuis majalah anak

Majalah Donal Bebek pensiun pada 29 Juni tahun ini. Setelah puluhan tahun menemani anak-anak, saatnya ia untuk duduk istirahat di kursi goyang. Umur saya sekitar 5 tahun ketika bertemu majalah ini. Tertumpuk di sebuah kardus, di loteng rumah. Kertasnya sudah usam, tipis dan agak kekuningan. Ciri khas kertas zaman orde baru. Tak sempat untuk berhitung, satu persatu majalah tersebut saya periksa. Mencoba lihat mana yang bikin tertarik mata anak kecil kala itu. Lebih dari satu kardus, majalah donal bebek tersimpan warisan dari kakak.

Hingga umur belasan tahun saya masih mengonsumsi cerita keluarga bebek tersebut. Sesekali komiknya yang berjudul Paman Gober. Ataupun sok-sokan beli versi yang ada Inggrisnya. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Miki Tikus, petualangan dalam album Donal Bebek (begitulah sebutan komersilnya), sangat mengagumkan bagi saya. Belum lagi kuis yang ada di dalamnya.

Sempat sekali saya mencoba tantangan tersebut. Mengirimkan jawaban via surat pos. Senang sekali rasanya ketika mau menulis kalimat “PO BOX” saat itu bagi saya anak desa.

Satu generasi dengan Donal Bebek, majalah Bobo juga menghiasi loteng rumah saya. Sepertinya kebiasaan mengoleksi majalah adalah passion kakak saya. Jumlahnya masih kalah dengan saudara bebek, namun dari segi cerita tersaji luar biasa. Melihat kelinci warna-warni memakai baju berinisial nama mereka merupakan ikon. Kemudian menuju negeri dongeng bersua Nirmala dengan sahabatnya yang entah lupa namanya tapi bajunya hijau. Memang dari dulu sepertinya lebih suka mengingat perempuan. Majalah Bobo kemudian membuat pembacanya merasa tertantang. Ada yang namanya rubrik sayembara. Kuis juga. Tebak-tebakan dan pemenanganya akan tercantum di edisi kemudian. Sayangnya, saya tak sempat menjadi kolektor majalah Bobo hingga tahun berikutnya.

Hiburan untuk anak-anak selain adu layangan atau duel antar cupang yang lebih aman memang ada di majalah. Ataupun buku hingga komik. Kala itu di zaman demokrasi Indonesia mau menuju pemilu partai terbanyak pertama, majalah jaya-jayanya. Tiap minggu selalu minta ayah untuk membelikan edisi terbaru Album Donal Bebek (ADB). Rasanya bahan bacaan saat itu sangatlah menyenangkan. Untuk ukuran anak yang belum paham friendster, balon kalimat pada setiap karakter bagai panel diskusi bagi saya.


Menuntaskan ceritanya memiliki kebanggan sendiri. Memecahkan misteri kuisnya adalah penghargaan tertinggi.


Tahun berlalu. Saat sedang inginnya, saya kadang menemukan ADB dalam bentuk pdf. Di internet ternyata ada oknum yang mau berbagi kebahagiaan kecilnya untuk saya. Tentu tak lengkap edisinya. Rasanya masih kurang untuk sekedar hiburan baca. Terlebih dalam sepuluh tahun belakang, jumlah kertanya berkurang. Ingat saya, semakin tipis pada edisi terbarunya.

Kemudian juga semakin kecil ukurannya. Apakah untuk efisiensi? entahlah. Bentuk-bentuk baru majalah dahulu di internet masih ada. Jejaknya masih terekam. Tapi edisi baru sepertinya akan jadi harapan semu. Sampai saat ini juga saya tidak pernah baca Webtoon. Yang katanya terpopuler untuk dijadikan bahan bacaan. Hanya saja sebagai alumni yang ditempa keras oleh kuis majalah dulu, saya merasa tak tertantang menyentuhnya.

Satu keunggulan dari majalah yang kini telah purnabakti di era 4.0 adalah caranya untuk berinteraksi kepada pembaca. Kita tak hanya menikmati cerita dan tokoh yang berlaga di dalamnya. Kita dipersilahkan masuk ke semesta mereka. Mencoba mengetahui apa yang ingin disampaikan tiap edisi mingguan. Ada tema ulang tahun, tahun baru, hari besar, yang semuanya dikemas dalam sebuah cerita, dalam sebuah kuis sayembara. Majalah bukan kitab suci namun auranya tetaplah sakral untuk juga dihormati. Untuk menentukan jawaban akhir di sebuah kotak pada kuis, tak bisa sembarangan. Seolah nama-nama pemenang yang terukir di halaman tersebut turut mengawasi. Kemudian berkata ke pembaca dengan nada menyombongkan diri:


“zaman berubah, kamu tidak akan menang, tunggu giveaway aja”.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu

Editor

Not that millennial in digital era.