Online Mutual Helps: Bisakah Musik Menyelamatkan Hidupmu?

Mengenal Musik, Fandom, dan Pengelolaan Stress

Situasi pandemi membuat banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu bersama kehidupan dunia maya. Media sosial menjadi teman yang tak luput dari kehidupan manusia. Begitu pula dengan kehidupan sosial yang didominasi oleh dunia maya. Melalui kehidupan sosial di dunia maya, manusia dapat berinteraksi dengan orang-orang di seluruh dunia dengan berbagai latar belakang.

Advertisement

Salah satu komunitas yang sering menunjukkan interaksinya di sosial media adalah fandom. Fandom diartikan sebagai kumpulan seseorang yang mengidolakan sesuatu. Bisa juga diartikan sebagai strategi atau usaha kolektif sekelompok orang untuk menunjukkan interpretasi dan keaktifan komunitas mereka (Gray & Harrington, 2017). Usaha kolektif tersebut beragam jenisnya, salah satunya di dunia maya terdapat kehidupan fandom yang ditunjukkan dengan munculnya fan fiction, kegiatan keagamaan secara online, bahkan sharing dan berbagi pengalaman.

Salah satu fandom yang aktif di dunia maya adalah fandom musik yang berasal dari berbagai wilayah dan berbagai genre. Kegiatan dalam fandom ini biasanya membahas mengenai kegiatan dan musik idola mereka, serta saling berbagi pengalaman, mulai dari pengalaman pribadi sampai pengalaman sehari-hari.

Bagaimana musik menyelamatkan hidup seseorang?

Advertisement

Dalam kehidupan fandom, Aku bisa hidup sampai sekarang karena musik/artis A atau Kehadiran musik/artis B menyelamatkan nyawaku, merupakan kalimat yang sudah tidak asing untuk didengar dan dilihat. Lantas, bagaimana peranan musik dalam kehidupan manusia, sehingga musik dapat menyelamatkan kehidupan?

Musik dalam kehidupan manusia bisa menjadi salah satu sarana untuk terapi. Terapi musik dalam Stegemann, dkk. (2019) diartikan sebagai sebuah proses intervensi sistematis dimana terapis membantu klien untuk meningkatkan kesehatan, dan menggunakan pengalaman musik untuk mengembangkan perubahan yang dinamis. Terapi musik, baik menggunakan bahasa verbal maupun tidak menjadi media untuk mengakses perasaan klien dengan membantu meningkatkan pemrosesan emosi dan mengurangi gejala, membantu mengatur aktivitas dan ketegangan (relaksasi), serta mempengaruhi suasana hati dan motivasi positif.

Advertisement

Dalam intervensi musik, klien tidak harus memiliki latar belakang musik, bakat musik, kemampuan memainkan alat musik, atau membaca musik. Faktor yang menjadi kunci keberhasilan terapi itu adalah keterlibatan individu dengan pengalaman yang berkaitan dengan musik tersebut.

Selain itu, dalam penelitian yang diungkapkan oleh Aalbers, dkk. (2017), bahwa musik diterapkan ke dalam pengobatan psikologis sebagai salah satu sarana untuk terapi dapat menjadi alat bantu bagi klien dengan depresi berat dengan memperbaiki gejala yang berhubungan dengan kondisinya saat itu, juga bagi komorbiditas kecemasan yang dimilikinya agar tenang kembali. Namun pemberian musik sebagai terapi ini tidak bisa sembarang musik. Pemberian musik untuk terapi harus disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan klien, termasuk mempertimbangkan musik seperti apa yang klien sukai.

Tidak hanya soal terapi musiknya saja. Melalui musik, seseorang dapat terhubung dengan fandom yang berada dalam lingkaran musik tersebut. Terutama saat ini, fandom sangat mudah ditemukan melalui media sosial. Dalam hal ini, online mutual help memegang peranan penting. Online mutual help (Chung, 2014) merupakan sebuah jaringan dimana individu menjalin pertemanan dan saling bertukar informasi serta pengalaman (baik pribadi maupun umum) pada semacam blog atau laman sosial untuk memenuhi kebutuhan akan dukungan emosional. Maka dari itu, melalui fandom dengan selera musik yang sama di forum online, anggota-anggotanya dapat saling memahami dan merasa terhubung, sehingga timbul adanya rasa empati untuk membantu, dukungan, mendengarkan cerita, bahkan saling bertukar cerita dengan terbuka.

Apa contoh kasusnya?

Banyak kasus yang bisa kita temukan. Salah satunya yaitu pada seorang remaja berusia 20 tahun yang mengalami beberapa peristiwa yang berada di luar keinginannya. Dalam satu tahun, Ia dapat mengalami 3 (tiga) peristiwa sekaligus. Hal ini membuatnya stress dan merasa kosong selama beberapa hari. Selain itu, nafsu makan dan performa akademiknya juga menurun. Beberapa gejala stress lain juga dirasakan, seperti banyak melamun, menjadi pelupa, sulit untuk tidur, dan kadang mengalami gejala kecemasan seperti intensitas detak jantung yang meningkat dan tubuh bergetar (tremor), hingga bahkan akhirnya menjadi sulit untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, meskipun hanya sebatas menangis. Gejala-gejala tersebut dirasakan selama beberapa hari, bahkan mencapai jangka waktu 2 (dua) minggu.

Hingga akhirnya, ia memilih untuk mengikuti konseling. Setelah konseling berjalan selama beberapa kali, gejala-gejala yang dirasakan belum bisa membaik secara signifikan. Hingga akhirnya pada proses konseling, ia disarankan untuk mencoba mendengarkan musik kesukaannya. Sebelumnya, ia memang menyukai musik dan menjadikan musik sebagai teman sehari-harinya. Namun akibat peristiwa yang dialami, ia kehilangan minat akan banyak hal, salah satunya musik.

Kemudian ia mencoba mencari musik yang sesuai dengan perasaannya, namun belum menemukan musik yang sesuai. Selama mencari, ia juga terhubung dengan beberapa teman di media sosial, yang akhirnya memberikan saran mengenai musik apa yang bisa dicoba. Ia terus mencari hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah musik yang sesuai dan bisa mewakili perasaannya pada saat itu. Ia terus mendengarkan musik itu dan musik-musik lainnya dari idol yang sama, dan banyak dari lagu mereka yang sesuai dengan perasaannya.

Selanjutnya, ia memutuskan untuk melakukan terapi musik dengan lagu yang dimilikinya dengan bimbingan konselor. Ia juga terhubung dengan orang-orang yang memiliki kecocokan yang sama dengan musik tersebut di media sosial. Tidak hanya sebatas fandom, namun juga dengan orang-orang yang memiliki pengalaman yang sama dengannya. Ia berbagi cerita dan saling mendukung serta menguatkan, hingga pada akhirnya ia bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang pernah menimpanya, meski membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

Kasus di atas juga berkaitan dengan teori Sigmund Freud yang berbicara tentang katarsis jiwa. Katarsis menjadi usaha seseorang untuk mengungkapkan emosi yang terpendam dalam diri seseorang sehingga mengurangi ketegangan yang ada dalam dirinya (Saputra, 2017). Oleh karena itu, musik menjadi salah satu terapi dan membantu seseorang dalam menemukan titik katarsisnya, sebab musik bisa mewakili emosi seseorang. Selain itu, fandom yang ada juga dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan secara terbuka.

Pada akhirnya, musik bisa menjadi salah satu jalan seseorang untuk tetap hidup. Musik dapat menyelamatkan hidup seseorang melalui dua jalur, yaitu jalur profesional yang menjadikan musik sebagai terapi, yaitu musik sebagai sarana katarsis (untuk meluapkan emosi yang terpendam dalam diri seseorang), dan melalui jalur online mutual helps, yaitu dengan terhubung melalui komunitas-komunitas pecinta musik di media sosial (terutama musik dan pengalaman yang sama) untuk saling berbagi, mendengarkan cerita, saling memberikan dukungan, dan saling menguatkan satu sama lain, hingga akhirnya bisa berdamai dengan diri dan permasalahan yang dialami.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE