Kompleksitas kehidupan pasca terpaan pandemi menjadi acuan riil, bagaimana seseorang mampu bertahan dan mengembangkan kapasitas adaptifnya. Hal tersebut merupakan wujud dari upaya mencapai fully function as human being. Badai pandemi juga menuntut kita dalam mengahadapi situasi yang tiba-tiba mudah berubah, sehingga menuntut penyesuaian diri pada keadaan baru yang cepat. Pandemi bahkan menyisakan sebuah pelajaran dimana individu dituntut secara tidak sadar untuk saling menyesuaiakan antara pandangan satu dengan pandangan lain, melakukan multiple things at once dan bekerja bersama-sama dengan lingkup berbagai bidang keahlian. Tuntutan tersebuut sebenarnya merupakan realitas untuk cara bertahan hidup di era yang segala sesuatunya serba unpredictable seperti saat ini.
Namun realitasnya, tidak semua orang mampu menyelami dengan baik tuntutan-tuntutan tersebut. Individu masih terbelenggu dengan cara berpikir lama dengan bersikap resistance dan menolak pada kebaharuan bahkan hanya terfokus atau menyukai pikirannya sendiri. Ulasan keterbelengguan individu tersebut dalam teori kognitif disebut dengan cognitive rigidity atau pemikiran kaku. Dalam dunia profesional, sebagaimana kata Prof. Rhenald Kasali, yang kaku gak akan laku. Orang dengan pemikiran kaku akan kesulitan untuk beradaptasi dan melakukan penyesuain pada berbagai keadaan. Padahal, di era saat ini, kemampuan beradaptasi menjadi hal yang sangat esensial untuk bisa survive dalam dimensi profesional sekalipun. Untuk melawan kekakuan berpikir, maka seseorang harus mengaktivasi kualitas cognitive flexibility-nya (fleksibilitas berpikir).
Bagaimanapun juga, perilaku seseorang merupakan wujud dari bagaimana mereka berpikir. Hampir seluruh perilaku yang kita lakukan sehari-hari merupakan sebuah respon dari stimulasi lingkungan. Proses merespon itulah sangat ditentukan oleh bagaimana fungsi kognitif kita bekerja. Apabila kognitif kita bekerja dalam konsep yang kaku maka perilaku yang dimunculkan lebih mengarah ke maladaptive, tidak produktif, dan stagnan. Namun, proses pengolahan respon dengan kognitif yang fleksibel maka output seseorang cenderung menggambarkan dengan perilaku yang kreatif, adaptif, optimis, kritis, dan menjadi problem solver yang handal. Respon-respon perilaku inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan sebagai life skills pada era yang serba tidak menentu saat ini. Pentingnya mengaktivasi fungsi fleksibilitas kognitif, maka perlu ditumbuhkan dan difasilitasi optimasinya untuk siswa. Sebab dimensi fleksibilitas kognitif ini justru sangat dibutuhkan ketika seseorang telah terjun sepenuhnya dalam kehidupan masyarakat dan peran profesionalnya.
Secara definitif, fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan strategi pemrosesan kognitif dalam menghadapi kondisi baru atau hal yang tidak terduga. Kemampuan dalam mengaktivasi fungsi fleksibilitas kognitif merupakan sebuah proses yang dapat distimulasi peningkatannya melalui kegiatan instruksional seperti di sekolah. Semakin tinggi tingkat fleksibilitas kognitif siswa, maka semangat atau keinginan untuk belajar dan menuntaskan berbagai tugas-tugas sekolah cenderung meningkat. Bahwa siswa yang mampu mengaktivasi fleksibilitas kognitifnya akan cenderung lebih siap, lebih luwes, dan lebih berhasil dalam menyelesaikan berbagai tantangan dan situasi di sekolahnya. Siswa yang kognitifnya fleksibel, akan memandang segala masalah pasti dapat diselesaikan dengan cara-cara yang kritis dan kreatif. Berbagai perilaku bermasalah siswa seperti school refusal, burnout, prokrastinasi atau menunda mengerjakan tugas bahkan sikap mengeluh karena banyak PR tidak akan terjadi jika siswa mampu mengakivasi fleksibilitas kognitifnya.
Fleksibilitas sendiri tidak dapat diajarkan, namun untuk mengoptimasikan fungsinya perlu dilakukan dengan menyediakan fasilitas pembelajaran yang sifatnya stimulatif. Untuk menghadirkannya pada siswa, guru perlu melakukan modifikasi metode pembelajaran. Sebab pada dasarnya fleksibilitas kognitif tumbuh sebagai efek penyerta dari sebuah kegiatan pembelajaran. Berbagai penelitian sepakat menyatakan bahwa pendekatan complex learning mampu menumbuhkan fleksibilitas kognitif siswa bahkan untuk siswa usia dini sekalipun. Pendekatan complex learning dapat dilakukan dengan beberapa metode oleh guru melalui beberapa strategi diantaranya:
Kegiatan pembelajaran berbasis pengalaman, dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam proses menemukan dan memahami materi. Kegiatan pemebelajaran ini banyak melibatkan kegiatan observasi dan kegiatan pemerolehan pengetahuan dengan tidakan secara langsung.
Kegiatan pembelajaran berbasis masalah, dimana siswa diajak untuk menganalisis masalah-masalah riil. Siswa dilatih untuk berpikir kritis dan analitis dalam melihat suatu masalah untuk selanjutnya dituntut kreatif dan imajinatif dalam merancangan strategi penyelesaian masalah tersebut.
Kegiatan pembelajaran berbasis sosial-emosional, dimana proses belajar dilakukan dengan kegiatan diskusi atau dalam sebuah forum. Kegiatan belajar lebih diarahkan untuk aktivitas siswa yang koorperatif, komunikatif serta kegaitan lain yang mampu menggambarkan ekspresi dan kemampuan interaksi.
Kegiatan pembelajaran berbasis gamifikasi, dimana proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan skema permainan atau game. Guru menyediakan sebuah program permainan (digital atau non-digital) yang menuntut kreativitas, rasa ingin tahu dan kemampuan decission making siswa.
Penyiapan lingkungan belajar yang tepat sebagai sarana peningkatan fleksibilitas kognitif siswa adalah hal esensial untuk menumbuhkan life skills di era 21st century. Alih-alih untuk meningkatkan kesiapan siswa dalam menghadapi bebrbagai tugas sekolah, fleksibilitas kognitif justru menjadi keterampilan hidup bagi siswa. Oleh karena itu, orang tua, guru, stakeholder sekolah dan pemerintah perlu berkolaborasi dengan optimal dalam menghadirkan fleksibilita kognitif pada siswa, agar mereka mampu dan siap menjadi generasi yang tangguh, optimis, kreatif dan adaptif dalam menghadapi berbagai situasi yang serba kompleks dan tidak terduga seperti saat ini
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”