Masalah Pertanian Merupakan Masalah yang Penting Bagi Negara Kita

Sabtu siang, aku akhirnya bisa menyambangi kelompok tani di Sumedang

Sembari menunggu Ibunya mencari pekerjaan, seorang anak sedang bermain-main asik ke sana ke mari seorang diri di masjid ITB. Kakak-kakak mahasiswa yang berlalu lalang disambangi oleh bocah ini yang aktif dan ceria. Si kaka kemudian bertanya “Dek, namanya siapa?” jawab si anak tersebut “aiman” dengan wajah polos menggemaskan”, “sendirian dek?” “sama ibu” “ibunya kemana dek?” “lama pergi dulu” “asalnya dari mana dek?” “dari lembang kak”. Sejenak aku mulai merasa prihatin dan cemas, lalu aku tanya kepada orang sekitar, menurut beberapa orang dan pengurus masjid, Ibunya lagi mencari pekerjaan dulu, jadi terpaksa anaknya dititipin dulu disini. Lalu pulangnya sekitar jam berapa, tanyaku. Nanti sore juga pulang. Kekhawatiranku mulai sedikit meredah.

Advertisement

 

Keesokan harinya ketika malam hari karena saya terpaksa harus menginap di sekre organisasi mahasiswa masjid ITB. Anak tersebut masih sendirian sambil mencoba berbaur dengan mahasiswa/orang lainnya dan sedang bermain-main. Jadi aku ajak untuk belajar menggambar di sekre, sambil sedikit menghiburnya, menanyakan kembali dirinya secara langsung. Dan ketika ditanya orang tuanya bekerja apa, jawabnya petani.

 

Advertisement

Sabtu siang, aku akhirnya bisa menyambangi kelompok tani di Sumedang, petani yang kutemui ini beliau bernama mang Cecep petani lokal asli pribumi dengan memiliki lahan sekitar 3 hektar, namun kerap kali ia sering mengeluh dengan hasil panennya, dikala panen yang ditunggunya sekitar 3 bulan, hingga 6 bulan, rasanya antara keringat kerja keras yang beliau torehkan tak sesuai dengan hasil. Harga komoditi yang ia tanam anjlok, kalau dihitung-hitung ya cuma balik modal bahkan rugi. Terkadang dengan harga kebutuhan yang semakin naik dan bertambah, rasanya pengen berhenti menjadi petani,pungkasnya.

 

Advertisement

Minggu paginya saya akhirnya dapat menyambangi tempat gapoktan (gabungan kelompok tani) di desa Suntenjaya Lembang. Saya dan beberapa temanku belajar banyak tentang pertanian melalui pak Ulus dan beberapa warga lainnya yang berada disekre gapoktan tersebut. Pak Ulus mengungkapkan bahwa petani di Indonesia ini sangat hebat-hebat, dari masa pembenihan, pembibitan, pertanahan, pemupukan hingga pemasaran dan teknologi dilakukan secara mandiri.

 

Lain di negara seperti Jepang dan negara maju di sektor pertaniannya, mereka didukung penuh oleh pemerintah, bahkan mempunyai basis data yang kuat. Jadi semisal harga anjlok pasca panen yang sering dialami di Indonesia itu bukan salah siapapun, bukan tengkulak, bukan pasar dan sebagainya. Tapi salah produksi, karena produksi melimpah dan belum tentu dibutuhkan jadi harga turun.

 

Nah kalau di negara Jepang misalnya, untuk menanam komoditas kebutuhan pun diatur agar pasca panen harga relatif stabil dan menguntungkan petani. Masalah teknologi pun bukan petani sendiri yang membeli, tapi di negara maju pemerintah memberi bantuan teknologi kepada petani.

 

Saya rasa masalah pertanian merupakan masalah yang penting bagi negara kita, kalau sektor pertanian masih belum menjadi perhatian utama dan kerja sama antar kementrian belum tercipta seperti kementrian pertanian, ekonomi dan perdagangan. Maka negara yang subur dan kaya raya ini mungkin ke depannya hanya bisa impor, belum lagi bagi generasi muda profesi menjadi petani atau pengusaha tani masih belum menjadi primadona dan menjanjikan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sedang belajar mengasah tulisannya. Semua adalah Guru, Semua adalah Murid, hayu kita sama-sama belajar.

CLOSE