Pengalamanku Pertama Belajar Mengendarai Sepeda Motor. Dear Tembok, Maaf ya~

Beginilah rasanya pertama kali belajar naik motor

Bisa mengendarai sepeda motor seakan sudah menjadi kebutuhan. Saat ini hampir semua orang bisa mengendarai sepeda motor. Semua itu karena perkembangan zaman dan kemajuan transportasi. Saat kita bisa mengendarai sepeda motor, kita menjadi lebih mudah untuk bekerja dan bepergian.

Advertisement

Kita juga bisa menghemat waktu dibandingkan dengan kita berjalan kaki atau mengendarai sepeda. Sebelum bisa mengendarai sepeda motor tentunya kita harus belajar dulu. Seperti aku, saat kelas lima Sekolah Dasar (SD) sudah dikenalkan dengan sepeda motor.

Pada saat itu, menurut orang-orang di sekitarku ketika sudah kelas enam SD maka sudah waktunya untuk belajar mengendarai sepeda motor. Sayangnya, aku memiliki cerita yang kurang mengenakkan sampai membuatku trauma. Dan trauma itu masih ada sampai sekarang.

Hari minggu pagi kakak mengajakku ke sebuah printshop. Dia bilang ada beberapa tugas kuliah yang harus segera dicetak untuk dikumpulkan di hari Senin. Aku mengiyakan ajakannya sekalian aku menikmati udara di luar rumah. Kami pergi ke printshop dengan sepeda motor. Setelah selesai mencetak tugas, kami segera pulang.

Advertisement

Tetapi ternyata, kami tidak langsung pulang ke rumah. Kakakku mengarahkan sepeda motornya ke sebuah lapangan. Untuk apa pergi ke sini? Tanyaku dalam hati kebingungan.

Ternyata kakakku ingin mengajari aku mengendarai sepeda motor. Aku menolaknya karena aku merasa belum siap. Tetapi kakakku terus memaksa. Sebagai adik yang baik akhirnya aku mau meskipun dengan sangat terpaksa. Kemudian kakakku mulai menjelaskan bagian-bagian sepeda motor dan memberitahuku bagaimana cara mengemudikannya.

Advertisement

Setelah itu kakakku langsung meminta aku untuk mencoba mengendarai. Dengan dag dig dug dan gemetaran, pelan-pelan aku nyalakan mesinnya. Oke, aman. Tetapi aku ragu-ragu untuk menjalankannya karena takut. Lagi-lagi kakakku menggunakan paksaan. Akhirnya aku hanya bisa nurut. Lalu apa yang terjadi?

BBRRRAKKKKK!!!! Aku menabrak tembok dan pastinya jatuh. Aku menangis histeris karena ketakutan dan merasakan sakit di bagian kaki sebelah kanan. Aku ditolong sama seorang bapak-bapak yang sedang mencari rumput. Setelah itu aku diantarkan pulang, dengan kondisi nggak bisa jalan. Sesampainya di rumah aku dibaringkan di tempat tidur sembari menunggu ibu mencari kendaraan untuk membawaku ke rumah sakit.

Singkat cerita, aku mengalami patah tulang kaki sebelah kanan. Aku harus menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit. Kira-kira aku butuh waktu sekitar enam bulan untuk benar-benar pulih. Dari kejadian ini, tidak hanya kakiku yang sakit tetapi aku juga mengalami trauma yang serius. Aku nggak berani lagi belajar mengendarai sepeda motor bahkan untuk memegang saja aku ketakutan, langsung nangis dan keringat dingin.

Tiga tahun berlalu, ibu dan orang-orang terdekatku berusaha untuk menyembuhkan traumaku dan memotivasi aku untuk kembali belajar mengendarai sepeda motor. Aku sendiri juga berusaha keras untuk bisa melawan ketakutan itu. Sampai akhirnya, ibu memutuskan untuk membelikan aku sepeda motor matic untuk aku belajar. Karena aku benar-benar setakut itu dengan sepeda motor manual.

Singkat cerita, akhirnya aku bisa mengendarai sepeda motor meskipun yang matic. Kalau untuk yang manual sampai sekarang benar-benar nggak berani. Dari kejadian ini, aku bersyukur mempunyai ibu dan orang-orang terdekat yang supportive, dan membuat aku bisa menepikan traumaku. Sekarang, sepeda motor sudah menjadi teman sehari-hari yang menemani aku kuliah, menempuh jarak 37 km pulang-pergi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemimpi yang sedang belajar mengubah rasa menjadi kata~

CLOSE