Percayalah! Suka atau Tidak Akan Selalu Ada yang Dikorbankan dari Suatu Pilihan

Bukankah lebih baik jika kita merelakan dia pergi dengan pilihannya?

Boleh percaya atau tidak, bahwa pada setiap pilihan dalam perjalanan hidup akan ada yang dikorbankan. Suka atau tidak suka, dalam keadaan siap atau belum siap, pasti ada saatnya langkah yang sedang dirintis akan berbuah indah ataupun berujung perih. Kapan pun datangnya dan bagaimanapun modelnya, kita diwajibkan untuk menyiapkan diri sedini mungkin. Entah untuk merayakan indahnya kebahagiaan maupun menerima resah yang kelak melanda.

Advertisement

Tentu, ini bukan perkara konspirasi alam semesta semata seperti dalam goresan pena seorang Fiersa Besari. Pastinya setiap perjalanan akan dirundung ragam suka dan duka. Peristiwa baik dan buruk akan datang silih berganti. Semua orang tentu pernah mengalaminya. Bentuknya bermacam-macam. Bisa saja bentuknya berupa diterima oleh gebetan yang sekian lama pedekate ataupun dihianati oleh sang pujaan hati meski telah kian lama merajut kisah. Semua bersifat misteri.

Tak terkecuali para perantau yang masih lajang ada kala alami pengalaman baik dan buruk dalam pergumulan di tanah rantau. Barangkali satu di antaranya tentang kisah ditinggal pergi tanpa permisi oleh kekasih yang ada di kampung halaman. Saya pernah mengalami, dan mungkin Anda pernah mengalami kejadian serupa.

Berniat untuk mendulang harapan di tanah orang, lalu diikuti untuk merawat kisah dan kasih dengan tetap menjalin hubungan jarak jauh bersama pasanganmu yang berada di kampung halaman sana. Seluruh ikrar yang muncul dari dalam hati sempat didaraskan kala kamu meninggalkannya untuk pergi sementara waktu.

Advertisement

Saat angkat kaki dari kampung halaman, syukurlah jika didahului dengan memilih langkah untuk berkomitmen demi langgengnya hubungan bersama pasanganmu. Mungkin dengan memilih langkah yang demikian, akan mendongkrak awetnya hubungan yang tengah dibina, dengan tidak saling mengabaikan satu sama lain saat telah terpisah jauh nantinya.  

Namun, antara harapan dengan kenyataan kerap kali berbanding terbalik. Niat untuk pupuk hubungan jarak jauh pupus, manakala salah satu pihak memilih untuk tak lagi seiring. Banyak kenangan lesap dengan sendirinya. Tentu perasaan kecewa bercampur aduk dengan rasa sakit hati menghujani di awal-awal melihat dia yang pergi tanpa permisi. Sakit. Kecewa. Itu sudah pasti.  

Advertisement

Merelakan dia yang pernah singgah namun tak  sungguh mungkin akan lebih baik daripada hanyut dalam perasaan kecewa. Sebab, merayakan luka dalam rentang waktu yang lama justru akan menutup hati untuk terbuka pada pilihan yang lain. Bukankah lebih baik jika kita merelakan dia pergi dengan pilihannya? Bukankah akan terlihat lebih dewasa saat kita membuang jauh-jauh rasa kecewa yang ada? Bukankah akan terlihat baik-baik saja jika kita terbuka pada pilihan yang lain?

Memang membutuhkan waktu yang lama untuk mengaburkan seluruh kenangan yang pernah terukir. Pada suguhan cerita yang telah terjadi mungkin akan selalu terngiang-ngiang dalam ingatan, tapi alangkah lebih baik untuk ucapkan selamat tinggal sedini mungkin. Lagian, belum tentu saat dia memilih untuk lalui hidup bersamamu akan berujung bahagia. Bisa saja tidak berujung bahagia sama sekali. Kamu harus memikirkan sejauh mungkin.


Akhirnya, percayalah bahwa akan ada sesuatu yang baik dan buruk dari sebuah pilihan dalam perjalanan.


Berpikir positif dari sebuah peristiwa akan lebih baik, daripada terus-terusan mengamini rasa sakit yang  hujani ziarah kita di dunia yang fana ini. Apalagi bagi seorang yang bernama perantau. Sungguh tidak elok habiskan waktu memikirkan dia yang telah pergi dan mengabaikanmu yang pernah memiliki rasa yang istimewa.  Bangkitlah! Lekaslah move on. Masih ada yang lebih baik dari makhluk yang pergi tanpa permisi. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE