Pertemuan, Selalu Menyisakan Punggung, yang Berjalan Menjauh

Ada saat di mana pertemuan menjelma selaksa harap.

Seumpama obat bagi hati-hati yang dirundung rindu.

Bagi seorang pengelana, temu adalah pintu-pintu jiwa, terbuka untuk dilalui menuju pintu selanjutnya.

Bagi seorang pecinta, temu adalah permulaan. Benih segala yang dituai masa kini, pun masa yang akan datang.

Suatu kali pertemuan menjelma serupa candu.

Setingkat lebih tinggi dari butuh, kalau tak terpenuhi, hati dirundung gulana.

Ada kalanya pertemuan menjadi hal yang paling dihindari, berkelit begitu rupa agar tak temu.

Bencikah?

Bukan. Pertemuan kala itu selain sebagai obat, ia juga menjadi penyulut luka.

Luka-luka lebam membiru akibat rindu, mengelupas perih setelah pertemuan tiba di ujung ; menyisakan punggung yang berjalan menjauh, dan sekelumit tunggu tanpa tahu akhirnya di mana.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Adalah seseorang yang hidup dalam mimpi-mimpinya. Paling senang travelling dan menulis catatan perjalanan. Isi kepalanya kadang-kadang absurd dan tidak tahu batasan nyata dan khayalan.