Prospek Pariwisata di Kala Pandemi, Siap Untuk Bangkit

Pemerintah sebagai pengampu kebijakan berencana untuk memberikan beberapa stimulus

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan negara Indonesia. Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki banyak pantai, gunung, serta banyak objek wisata lainnya. Saat ini Indonesia sedang gencar-gencarnya mempromosikan sektor pariwisatanya, hal telah membuahkan hasil yang manis dengan adanya peningkatan yang bisa dibilang cukup fantastis. Faktanya sektor pariwisata menyumbang 19,2 miliar atau setara dengan 4,8 % dari GDP Indonesia pada tahun 2019. Selain menjadi sumber pendapatan negara, sektor pariwisata juga dapat menyejahterakan masyarakat yang berada di tujuan wisata tersebut. Tetapi tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi sector pariwisata, Indonesia terpaksa menutup diri dari wisatawan-wisatawan asing khususnya dari China. Turis China sendiri menyumbang peranan yang cukup besar yaitu sebanyak 12%. Dengan semakin menyebarnya virus korona ke seluruh dunia Indonesia terpaksa mengisolasi diri dari turis mancanegara agar virus tidak menyebar di Indonesia. Lantas bagaimana dampak dari virus korona ke berbagai sub-sektor pariwisata? Bagaimana Langkah pemerintah dalam membuat peraturan serta stimulus yang diberikan sudah cukup? Apakah Langkah pemerintah sudah dinilai tepat?

Advertisement

Jika kita berbicara tentang pariwisata pastinya berhubungan dengan berbagai sektor pendukung lainnya salah satunya adalah sektor penerbangan. Sektor penerbangan merupakan salah satu sektor yang terdampak dengan sangat parah. Pada minggu-minggu awal COVID-19 mulai merambah di Indonesia pemerintah menerapkan PSBB yang sangat ketat, masyarakat juga masih terlihat sangat takut terjangkit virus baru yang mematikan ini. Akibatnya hampir semua maskapai harus membatalkan atau penunda penerbangan dan mengembalikan uang yang telah dibayar kepada pelanggannya. Setelah peraturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilonggarkan maskapai penerbangan diperbolehkan beroperasi dengan syarat pesawat yang beroperasi hanya boleh mengangkut 70% dari penumpang maksimal yang dapat ditampung oleh pesawat tersebut. Hal ini tentunya cukup merugikan bagi maspakai penerbangan mengingat biaya bahan bakar yang dikeluarkan tetap sama apabila melakukan penerbangan dengan 100% kapasitas penumpang. Di saat yang sama maskapai penerbangan tersebut harus tetap menggaji karyawannya. Maka dari itu, salah satu maskapai penerbangan milik negara Garuda Indonesia terpaksa harus merumahkan 800 karyawan dan menawarkan pilihan pensiun dini kepada karyawannya.

Di sisi lain sektor perhotelan termasuk sektor yang terpukul cukup parah. Dengan tidak adanya turis asing dan turis domestik yang masih ketakutan untuk bepergian serta pelaku bisnis yang lebih memilih untuk melakukan perjalanan pulang-pergi, maka okupansi hotel ikut menurun drastis. Diambil dari badan pusat statistik, okupansi hotel bintang pada bulan Januari 2020 berada di angka 49,12%, tetapi di bulan Mei okupansi hotel berada di angka 14,45%. Acara-acara seperti pertemuan, seminar, dan pernikahan juga harus ditunda terlebih dahulu. Sama seperti maskapai penerbangan, pihak hotel tetap harus membayar gaji karyawannya. Maka dari itu, hotel-hotel harus mencari cara agar dapat menghasilkan pendapatan selain dari bisnis penyewaan kamar. Beberapa hotel memanfaatkan dapur yang biasa dipakai untuk fasilitas penghuni hotel menjadi restoran untuk umum yang dapat dipesan secara daring serta diantar. Meskipun penghasilan yang didapatkan tidak sebanyak yang didapat dari bisnis penyewaan kamar, restoran dadakan tersebut dinilai dapat menutup gaji karyawan hotel. Pandemi ini juga menyebabkan 1226 hotel di seluruh Indonesia terpaksa ditutup karena menderita kerugian.

Masyarakat yang hidup dari sektor pariwisata juga terkena dampak langsung dari sepinya sektor tersebut. Masyarakat yang bekerja sebagai pemandu wisata tidak mendapatkan penghasilan karena tidak adanya turis yang berlibur. Selain itu, toko-toko suvenir yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan menjadi sepi. Hal ini berdampak kepada toko-toko kecil yang dimmiliki oleh masyarakat sekiitar objek wisata tersebut. Bisnis sewa mobil juga mengalami penurunan penyewaan mobil sampai dengan 70%. Hal yang sama

Advertisement

Berdampak pada bisnis transportasi travel. Secara keseluruhan pada bulan Maret 2020 (yoy) sektor pariwisata mengalami penurunan sebesar 64,11%  Maka dari itu pemerintah harus mendukung baik secara dana maupun peraturan untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata, mengingat sektor pariwisata memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia.

Pemerintah sebagai pengampu kebijakan berencana untuk memberikan beberapa stimulus terhadap sektor pariwisata. Pemerintah melakukan insentif pembebasan pajak untuk industri perhotelan dan restoran di 10 daerah wisata. Pemerintah juga membantu meningkatkan okupansi hotel dengan cara menjadikan hotel tersebut sebagai tempat tinggal sementara untuk para tenaga medis dan gugus tugas yang berada di daerah sekitarnya. Secara pendanaan pemerintah memberikan alokasi tambahan sebesar 298.5 miliar rupiah dalam bentuk kegiatan promosi. Pemerintah sendiri sudah mengalokasikan senilai 695,2 triliun rupiah untuk penanganan pandemic dan dampaknya terhadap perekonomian. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan relaksasi pajak. Untuk karyawan, pajak penghasilan berupa gaji atau upah dibayarkan oleh pemerintah. Untuk usaha di bidang pariwisata pajak penghasilan yang terdapat pada pasal 25 dikurangi sebesar 30 %.

Sektor pariwisata menjadi sektor yang terdampak dari wabah COVID-19 karena adanya kebijakan travel ban. Sub sektor yang ikut terkena dampak yaitu, sektor penerbangan, perhotelan, serta masyarakat-masyarakat yang bermata pencaharian di industri pariwisata misalnya sebagai pemandu wisata, penjual suvenir, serta karyawan lainnya. Untuk membantu sektor pariwisata pemerintah tidak menarik pajak selama masa sulit ini. Selain itu pemerintah juga telah menganggarkan sejumlah dana untuk membantu sektor pariwisata. Setelah pandemi COVID-19 berakhir, semua orang yang sudah bosan mengisolasi diri di rumah pastinya akan pergi berwisata. Hal ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia dengan cara mengiklankan objek unggulan pariwisata Indonesia. Jika strategi tersebut berhasil maka industri pariwisata dapat memperoleh keuntungan untuk menutup kerugian akibat pandemi ini. Mari kita berharap agar pandemi ini dapat segera berakhir.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE