#RemajaBicaraKespro-Adikku yang Merasa Bersyukur Punya Kakak Tukang Ngadu

Keterbukaan remaja pada orangtua terkait relasi romantis

Eeey sebentar, para adik jangan marah dahulu, harap tenang! Aku ceritain dulu yah.

Advertisement

Adikku ini perempuan, saat ini berusia 16 tahun dan duduk di kelas 1 SMA. Suatu hari, aku iseng bertanya “Dek, ada yang ngedeketin nggak di sekolah?”. Adikku menjawab dengan malu-malu “Ada mbak, hehe”.

Setelahnya adikku bercerita salah satu kakak kelasnya ada yang sedang gencar melakukan PDKT. Mulai dari adikku yang sering tiba-tiba dibelikan bakso, es campur hingga banyak camilan oleh kakak kelasnya tadi.

Mari kita sebut kakak kelas adikku tadi dengan nama Aldi. Bukan hanya lewat pemberian makanan, Aldi juga bisa dibilang sering mengirimi adikku pesan-pesan lewat aplikasi obrolan yang menunjukkan perhatian. Aku terus mendengarkan cerita adikku dengan seksama. Kemudian, muncul niatku untuk lebih menyelidiki si Aldi ini karena aku tidak ingin adikku disakiti.

Advertisement

Oiya, adikku ini punya kepribadian yang cenderung tertutup malu-malu bahkan bisa dikatakan polos. Maka dari itu aku sangat takut jika kepolosan adikku ini dimanfaatkan oleh Aldi (udah 'suudzon' sejak awal ya, Bun).  Aku memutar otak, mencari cara. Tapi tidak kunjung menemukan titik terang. Akhirnya berceritalah aku pada ibuku.

Awalnya aku hanya menceritakan adikku punya penggemar di sekolah yang bernama Aldi. Sering diberi makanan dan kata-kata manis melalui pesan. Aku menyampaikan kekhawatiranku pada ibu terkait  Aldi. Ya meskipun aku tidak tahu Aldi orang yang seperti apa, namun khawatir juga hal yang wajar dong?

Advertisement

Singkat cerita, setiap ada kesempatan ibuku mengajak ngobrol adikku dengan berkata “Cie, gimana nih sama penggemarnya. Cerita dong ke ibu”. Beberapa kali adikku hanya tersenyum dan enggan bercerita seperti kebanyakan remaja lainnya yang kurang bisa terbuka untuk berbicara ke orang tua dan cenderung nyaman pada saudara atau teman.

Sampai akhirnya adikku mau menceritakan tentang Aldi pada ibuku, masih malu-malu sih ceritanya. Ibuku mendengarkan adikku seperti teman dekat. Bahkan adikku sudah mulai nyaman menunjukkan semua isi chat pada ibuku tanpa ragu-ragu.

Seminggu setelah adikku menunjukkan isi chat, ibuku berbicara pada adikku.  “Ibu lihat di pesan itu, si Aldi udah punya pacar yang lagi hubungan jarak jauh ya? Kasihan pacarnya. Berarti si Aldi ini kan anaknya nggak setia, to? Lha wong hubungan jarak jauh itu ya harusnya saling menjaga kepercayaan, eh ini kok malah lirik-lirik cewek lain. Jangan terlalu dekat sama Aldi ya. Teman biasa aja. Oke?”.

Setelah ibuku selesai berbicara dan melanjutkan aktivitasnya, aku mengajak adikku pergi untuk mencari cemilan. Kemudian aku bertanya tentang perasaannya setelah bercerita ke ibu soal Aldi. Bisa ditebak adikku awalnya takut, lalu setelah tahu respon bapak ibuku yang bersahabat dia merasa nyaman.

Mbak, tapi aku kok bisa nggak sadar ya chat Aldi bilang kalau dia punya pacar tapi lagi LDR? Duh, abis ini aku bakal hati-hati deh sama Aldi.”

Ya soalnya kamu udah terlanjur nyaman sama Aldi. Jadinya nggak sadar kalau dia begitu. Oiya, maafin mbak ya yang ngadu ke ibu soal Aldi. Abis ini kamu nggak kapok kan curhat sama mbak?". Adikku merespon dengan tertawa yang menyiratkan ucapan terimakasih karena aku yang ‘mengadu’ pada ibu.

Ada yang pernah berada di posisi yang sama, Sobat Hipwee? Apakah di posisi adikku atau di posisiku sebagai kakak? Aku dulu pernah ada di posisi adikku yang punya gebetan. Meskipun tidak seberuntung adikku karena punya kakak yang menjembatani komunikasiku dengan orang tua.

Sebenernya kenapa sih remaja itu susah untuk memulai komunikasi sama orang tua? Itu pertanyaanku sekitar empat tahun yang lalu. Kemudian ketika aku beranjak remaja aku belajar banyak hal, termasuk soal relasi remaja ke orangtua.

Terkadang remaja udah takut duluan nih sebelum cerita ke orang tuanya. Bisa jadi karena memang pengalaman masa kecilnya yang kurang diberikan kesempatan untuk bersuara sama orangtua atau merasa tidak ada ruang aman ketika bercerita ke orang tua.

Padahal, remaja dengan segala hal yang “pertama kali” dialami butuh lebih banyak ruang aman untuk bercerita dan mendapatkan infromasi yang terpercaya. Aku sedang mencoba nih, minimal aku ke adikku dulu. Buat dia merasa aman dan tenang saat cerita ke aku. Kakak-kakak di rumah gimana nih sama adeknya? Udah mulai saling curhat kah? Atau masih malu-malu kucing?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE