[CERPEN] Rel Kereta

Di sebuah stasiun kereta, ku bertemu dengan orang itu lagi

Suara bel stasiun terdengar dari kejauhan. 

Advertisement

Aku sekuat tenaga berlari menuju stasiun agar tidak ketinggalan kereta hari ini. 

Seperti biasanya, pagi ini stasiun dipenuhi oleh para pejuang kehidupan. Bahkan, aku sampai berdesak-desakkan melewati kerumunan yang padat. 

"Huft, akhirnya!", suaraku yang terengah-engah saat masuk di gerbong kereta. Untunglah, aku dapat kursi kosong pagi ini. 

Advertisement

Sambil asik bermain ponsel, napasku masih terengah-engah setelah berjuang keras untuk sampai di gerbong ini. 

"Hana…". 

Advertisement

Tiba-tiba saja aku mendengar suara seseorang memanggilku. Suaranya begitu pelan dan lirih, tapi aku menghiraukannya. Pandanganku masih tertuju pada layar ponsel. 

"Hana…". 

Lagi, suara itu seakan semakin dekat. Aku masih menghiraukannya, tapi dahiku mulai mengkerut. 

"Hana…". 

Aku menyerah.

Itu membuatku sedikit takut. Bagaimana mungkin ada orang iseng di dalam kereta. Aku pun mulai mencari keberadaan suara itu.

 

"Kemal!"

"Seharusnya aku tahu", gumamku dalam hati. 

 

Dia lagi dia lagi. Mengapa aku harus bertemu dengan orang aneh ini setiap hari. 

Yang selalu memasang raut muka dan tatapan yang dingin terhadapku.

Aku hanya menghela napas. 

 

***

Akhirnya sampai di stasiun pemberentian. Aku turun dari gerbong dan memerbaiki kemejaku yang mulai kusut. (Seperti kehidupan :D) 

 

Aku berjalan ke sekolah yang tidak jauh dari stasiun ini. Cuaca hari ini agak mendung dan berangin. 

Aku menarik napas lagi dan mulai memasuki halaman sekolah. Sepanjang jalan tadi hingga sampai ke koridor sekolah, aku selalu merasa diintai. Namun, sekali lagi aku menghiraukannya karena sudah menjadi hal yang biasa bagiku.

 

Sampai di kelas, aku langsung melepaskankan ransel dari pundakku.

Ku meregangkan pundakku yang sedari tadi pegal membawa ransel yang berat. Jadwal mata pelajaran sungguh padat hari ini, mungkin aku akan pulang terlambat lagi.

"Aku benci hari Selasa!", imbuhku sambil melipat kedua tanganku di meja dan mulai meletakkan kepalaku di atasnya yang sedari tadi berat.

(Seperti melihat masa depan :p)

 

"Hey, lihatlah orang ini! Ckckck… dia seperti tidak pernah tidur di rumahnya, kasihan sekali". Kata Fahri sambil tertawa diikuti yang lain. Dan beberapa ejekan dari anak-anak di kelas. 

Aku masih dalam posisiku tidak memerdulikan apapun, sampai tibalah seorang guru masuk ke kelas.  

 

"Good morning, everyone. 

Please, open your book….." 

 

***

Jam di dinding telah menunjukkan pukul 7 malam. Aku segera membereskan buku-buku yang berserakan di mejaku. Siap untuk pulang. 

Anak-anak di kelas lain rupanya masih ada les tambahan. Guru-guru juga masih banyak yang tinggal malam ini. Namun kelihatannya mereka tak menunjukkan wajah-wajah yang lelah, semuanya tampak semangat. Di kelas yang kulewati bahkan terdengar keras suara anak-anak dan juga guru sedang berdiskusi.

"Huffffftt….", ku menghela napas panjang.

"Sepertinya hanya aku saja yang tak memiliki gairah semangat sama sekali".

Kehidupan sekolah ternyata sepedas ini. 

 

Melewati koridor yang disinari lampu jingga membuat ku sedikit khawatir. Entahlah, apa karena aku takut atau hanya perasaan aneh yang muncul karena pulang malam. 

 

"Oh, tidak!". Hujan deras. Aku segera mencari payung di ranselku. "Syukur, untunglah aku tidak pernah mengeluarkan payung ini dari ranselku". Lega. Aku segera meninggalkan halaman sekolah. Dan menuju ke stasiun lagi. 

 

***

Saat sampai di gerbong kereta, aku agak mengantuk. Apalagi suasana malam ini dingin dan suara rinai hujan yang terdengar indah dalam gerbong ini. 

 

Aku mulai memejamkan mataku dan tertidur. Bahkan aku tidak sadar kalau laki-laki itu sedari tadi mengikutiku dan menatapku dari belakang. Kemal.

Entahlah, sudah berapa lama dia mengikutiku seperti ini. Dan apa maksud tujuannya. 

 

*** 

Akhirnya sampai juga. 

Melewati sepanjang jalan yang basah. Angin dingin mengembus kulitku. Daun-daun yang berguguran terbang berserakan. Tubuhku merinding.

 

"Hah!!".

Betapa terkejutnya aku saat melihat sesosok bayangan yang muncul di dekat tiang lampu jalan.

 

Sejujurnya aku sangat takut, tapi entah mengapa kakiku terus saja melangkah untuk melihatnya lebih jelas.

Aku mulai menyipitkan mataku untuk melihat sesosok misterius itu.

 

"Apa itu….. Kemal?", dugaan ku ternyata benar.

Dia lagi.

"Apa yang kau lakukan, ha? Kau tidak bosan mengganggu hidupku terus? Pergilah dan jangan mengganggu ketenangan hidupku lagi!". Bentakku sembari berlalu melewatinya.

 

Lalu, seketika saja tangannya yang dingin itu menarik kuat tanganku, membuat tubuhku berbalik ke hadapannya.

 

Aku tersentak. Amarahku berhenti ketika mataku bertatap langsung dengan kedua bola matanya yang kosong.

Tiba-tiba, sesuatu mulai tergambar dalam bola matanya. Aku masih mematung menatapnya.

Entah ini ilusi atau sebuah permainan konyol yang ia lakukan kepadaku. 

 

***

Saat sadar, aku sedikit bingung dengan apa yang terjadi. Namun, tiba-tiba saja aku sudah berdiri di samping rel kereta.

"Di mana aku? Tadi, Kemal… dan… aku", aku sangat linglung dan mulai khawatir.

Ku coba memerhatikan sekitarku. Lalu, aku melihat seorang gadis dan seorang pria yang mirip dengan Kemal berjalan ke sisi rel. Mungkin mereka sepasang kekasih.

Dan rupanya meraka sedang bertengkar, si gadis itu nampaknya yang begitu emosional. Terlihat dari kejauhan mereka berdua saling berdebat.

 

"Hah,, tidak!!", aku kaget saat melihat kereta sedang melaju cepat dari arah yang berlawanan. Aku bergegas menjauhi rel, namun gadis dan pria itu tetap masih ada di sana.

"Hey, kalian berdua, cepat menjauh dari sana!!". Aku memanggil mereka dengan suara yang keras, namun tampaknya mereka menghiraukanku dan tenggelam dalam emosinya masing-masing. Mereka masih saja terus berdebat di sisi rel. 

Gawat.

Aku terus memanggil mereka, bahkan aku sempat berlari untuk menyelamatkan mereka berdua dari sana.

Namun tanpa terduga, si gadis yang tak kuasa menahan amarahnya mendorong pria itu jatuh tepat di rel kereta. Sang pria yang sadar akan kedatangan kereta berusaha bangkit dan menghindar, namun…

"Awaaaas!!", teriakku panik.

Naas, sebelum dia berlari hampir menghindari kereta ia pun tertabrak.

Mataku terbelalak dengan kedua tangan menutup sebagian wajahku. Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang terjadi di depan mataku sendiri.

Ku mematung dan air mataku pun mulai berlinang.

Si gadis yang mendorong pria itu ,hanya bisa terkejut dan pergi menjauh meninggalkan rel tanpa ada usaha untuk menolong pria yang malang itu yang juga merupakan kekasihnya sendiri.

Saat gadis itu berlari menjauhi rel, aku melihat jelas wajahnya saat menoleh ke belakang.

Sontak saja, kali ini aku benar-benar dihujam oleh ribuan panah. Aku tertegun. Sekujur tubuhku bergetar. Kakiku mulai lemas seperti tak sanggup untuk menopang tubuhku.

"A… a… apa? I… Ini… ini…", suaraku yang lirih terbata-bata. Air mataku pun akhirnya menetes membasahi pipiku. Sesak. Tak bisa berkata apapun. 

"Tt,,tt,,tii,, dak,, mm,,mung,,kin!", sambil menangis histeris aku mendekap tubuh ini.

 

Gadis itu ternyata adalah….

 

 

~TAMAT~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A student

CLOSE