Saat Pandemi, Waktu Bersama Anak Rasanya Jadi Seperti Bonding dan Quality Time

waktu bersama anak

Di minggu awal penerapan siswa belajar di rumah, selaku orangtua tentunya kita merasa senang karena pada akhirnya memiliki kesempatan lebih untuk menghabiskan waktu bersama anak. Namun, di minggu-minggu selanjutnya, kekhawatiran pun muncul terutama bagi saya. Hal ini dikarenakan kurang perhatiannya tayangan yang ditampilkan di layar televisi saat anak-anak lebih banyak berada di dalam rumah. 

Advertisement

Kita pun sibuk dengan aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan seperti pekerjaan yang tetap berjalan dari rumah. Otomatis, mereka akan mencari hiburan dari tayangan di stasiun televisi. Sayangnya, tidak begitu banyak pilihan yang dihadirkan. Mungkin karena harus adanya perubahan jadwal dari tayangan-tayangan yang telah tersedia di media-media yang ada.

Paul Johnson menggunakan istilah “Tujuh Dosa yang Mematikan” (Seven Deadly Sins) tentang kebebasan pers. Salah satunya adalah meracuni benak/pikiran anak. Praktik penyimpangan ini bertumpu pada eksploitasi kesadaran berpikir anak secara tidak normal padahal tidak mendidik. Modusnya terkadang bahkan melibatkan anak sebagai pemeran sebuah adegan, sehingga terkesan tayangan tersebut layak dikonsumsi oleh anak-anak.



Bisa dilihat dengan banyaknya acara yang diperankan oleh anak-anak, padahal peran mereka tidak sesuai dengan usianya: ada anak membentak orangtua; anak yang memakai make up tebal; anak berpacaran; dan banyak contoh lainnya.


Anak adalah peniru yang baik


Advertisement

Secara prinsip, anak adalah “the great imitator”. Mereka dapat meniru apa yang dilihatnya dengan cepat, baik secara langsung maupun melalui televisi. Pernahkah tiba-tiba Anda melihat perubahan anak dari apa yang dilihat? Saya pernah mengalaminya. Beberapa tahun yang lalu, anak saya sering menonton sinetron silat bersama neneknya. Dan itu menjadikannya gemar mempraktikkan jurus-jurus pedekar yang ia lihat. Mungkin bagi yang lain itu adalah hal lucu, tetapi bagi saya berbeda. Itu bukan semata ‘silat-silatan’. 

Perubahan tersebut datang secara mendadak. Padahal sejak anak saya masuk bangku sekolah, saya lihat ia mengalami perkembangan kognitif yang baik. Kognisi adalah pengertian luas mengenai cara berpikir dan mengamati, yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Contohnya saja ketika kami berdua menonton tayangan kartun Upin & Ipin, saya bilang bahwa membunuh cicak akan memperoleh pahala. Ia sudah mampu menjawab “Yaqub sudah tahu, Ma, dari sekolah.” Ia juga pernah menasihati saya, “Ma, kalau minum itu duduk,” sewaktu saya minum sambil berdiri.

Advertisement

Tapi, masa pandemi sekarang membuat ia punya lebih banyak waktu menonton televisi. Dan seperti diketahui, bahaya yang mengancam secara psikologis dari tayangan televisi, yaitu: bahaya dalam berbicara, bahaya emosi, bahaya sosial, bahaya bermain, bahaya dalam konsep diri, bahaya moral, bahaya yang menyangkut minat, dan bahaya dalam penggolongan peran seks. 

Maka sebagai orangtua sudah seharusnya kita mengawasi tumbuhnya anak-anak. Jangan sampai lepas kontrol pengawasan. Saat ini tayangan televisi sangatlah mengkhawatirkan dan ini bukan sekadar paranoia. Apalagi di masa kini anak-anak sangat cepat memperoleh dampak dari apa yang ia tonton. Kemampuan menyerap dan meniru ini sebetulnya sangatlah baik. Hanya sayang saja jika yang terserap dan ditiru adalah hal negatif.


Kesibukan orangtua di luar rumah, jangan dijadikan alasan untuk tak memberi perhatian.


Tentu saja orangtua ingin memberi yang terbaik bagi anak-anak mereka. Sebab itu, ada beberapa orangtua yang menjadikan kesibukan sebagai alasan. “Ini semua kan buat kamu.” Bukan seperti itu cara mendidik anak. Kesalahpahaman orangtua ingin memberikan yang terbaik bagi anak, bukan berarti hanya memberikan perhatian berupa materi. Apalagi pada dasarnya, anak lebih membutuhkan waktu bersama orangtua dan menciptakan kenangan yang kelak akan cerita bagi cucu, cicit kita di masa depan.

Pada umumnya, orangtua mungkin berpikir bahwa membelikan gadget kepada anak akan membuat mereka senang. Atau minimal tidak membuat mereka terkucil di antara teman-temannya karena dicap ketinggalan zaman. Tetapi lebih penting untuk melindungi masa-masa emasnya saat ini. Karena masa anak-anak tidak akan terulang. Bahaya sinar gadget pun harus dipikirkan. Cara membahagiakan anak tidak harus dengan cara memanjakannya. Alangkah lebih bijaksana, jika kita memberikan gadget di saat ia sudah benar-benar mampu menggunakannya. Jika hanya untuk bergaya atau memanjakan sebaiknya tidak perlu. Kasih sayang tidak harus dengan benda. Memeluk anak di saat tidur, akan lebih jauh membuatnya senang dan bahagia.

Maka, saat Anda semua yang memiliki kemewahan untuk bekerja dari rumah di masa pandemi ini, gunakanlah sebaik mungkin untuk menjalin kembali hubungan dengan anak. Temani anak saat menonton televisi, pilihkan acara yang sesuai dengan usianya, berkomunikasi lebih banyak, dan satu lagi, perbanyak kenangan manis bersamanya. Karena sesungguhnya, hal sederhana seperti makan bersama keluarga juga bagian dari kemewahan bagi Anda yang selama ini sibuk di luar rumah. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Love yourself!

Editor

une femme libre

CLOSE