Saat Semua Terasa Menyakitkan, Mengapa Rasanya Begitu Sulit Memaafkan

sulitnya memaafkan

Tidak bisa dipungkiri, dalam kehidupan seseorang pasti pernah merasakan hal-hal yang sering membuat sakit hati, kecewa, merasa dihianati dan sebagainya. Karena kita tahu bahwa kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk selalu membahagiakan diri kita. Ketika kita sedang berada dalam situasi di mana orang lain tidak menyenangkan atau ketika kita sedang melakukan kesalahan pada orang lain yang menyebabkan kebencian dan penyesalan pada diri kita sendiri, hal yang sebaiknya dilakukan adalah dengan memaafkan.

Memaafkan itu merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan luka batin yang ada. Mahatma Gandhi pernah berkata, “The weak can never forgive, forgiveness is the attribute of the strong”

Dengan memberi maaf adalah kekuatan untuk kita, biasanya orang yang kurang kuat akan terasa sulit untuk memaafkan dan merasa kecewa yang berlarut-larut, dan mereka yang kuat justru akan lebih mudah untuk memaafkan dirinya sendiri dan juga orang lain. 

Dalam prosesnya, memaafkan diri sendiri merupakan bagian terpenting agar kita  juga lebih mudah untuk memaafkan orang lain. Namun ternyata masih banyak orang yang sulit untuk memaafkan dirinya sendiri yang disebabkan dari kesalahan di masa lalu yang pernah ia buat bahkan penyesalan yang menghantui pikiran mengakibatkan kebencian pada dirinya sendiri. Semakin mengingat rasanya semakin sakit, semakin menyalahkan diri sendiri, atau bahkan ada yang sampai menyakiti dirinya secara fisik.

Akan tetapi ketika kita dengan mudah mengakui kegagalan, kesalahan, kekecewaan yang dihadapi dan berusaha untuk memperbaikinya dan bisa melalui hari-hari selanjutnya dengan perasaaan tenang meskipun belum pulih sepenuhnya. Maka itulah cara kita untuk mencintai diri sendiri dan membantu proses memaafkan diri sendiri dari kesalahan di masa lalu. Sesuatu yang bikin sulit untuk memaafkan diri sendiri sebenarnya karena kita terlalu sering menyalahkan diri sendiri dan tidak melakukan apa-apa untuk memperbaikinya.


Karena kita perlu mengingat bahwa kita semua harus hidup dengan diri kita sendiri, terlihat bahwa konsekuensi dari tidak memaafkan diri sendiri bisa jauh lebih parah daripada konsekuensi tidak memaafkan orang lain (Hall & Fincham, 2005). 


Di samping memaafkan diri sendiri, kita juga perlu untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain. Di sini ada beberapa tahapan agar kita lebih mudah untuk memaafkan orang lain. 

Pertama yaitu tahap memunculkan kembali luka yang sebelumnya hanya dipendam, dihindari dengan tujuan agar terlihat baik-baik saja. Padahal ketika luka hanya disembunyikan, akan berdampak pada diri kita ke depannya. Dengan itu, kita perlu untuk melepaskan segala bentuk pertahanan yang digunakan untuk menutupi perasaan. Sehingga kita merasakan sakit dan tidak lagi menyangkal akan luka yang dialami. Sebisa mungkin untuk menjalani dan pelan-pelan berusaha untuk sembuh dari luka tanpa harus menyembunyikannya. 

Kedua, mengontrol emosi dengan mengubah cara pandang kita kepada seseorang yang telah melukai. Biasanya seseorang yang disakiti akan berpikir bahwa orang yang menyakiti adalah penjahat dan dirinya adalah korban. Padahal belum mengetahui penyebab mengapa itu bisa terjadi. Kita seharusnya memandang orang yang menyakiti tidak hanya dari kacamata apa yang telah mereka perbuat kepada kita dan memandang luka yang kita terima tidak lebih besar daripada diri kita. Dengan begitu kebencian akan memudar dan dengan mudah untuk memaafkan.

Jadi, saat semua terasa menyakitkan, ternyata memaafkan itu bisa kita lakukan dengan mudah asal kita mau melakukannya dengan berproses dan tau akan langkah-langkah yang harus di ambil. Jangan lupa memaafkan, terkadang dengan mudah memaafkan hati lebih bersih dan bahagia lebih banyak dirasakan. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.