Sahabatku, Maafkan Aku yang Membalas Rasamu

Sahabatku, maafkan persahabatan ini rusak karena kisah kita.


Sahabatku, izinkan aku menceritakanmu dan kisah kita berdua


Advertisement

Hari-hari kita bersama, banyak waktu yang kita habiskan bersama, mengenal lebih jauh tentang kamu, begitupun kamu mengenal tentang aku. Kita sering berbagi cerita satu sama lain. Aku selalu tertarik tentang apa saja yang kamu cerita, mungkin aku salah satu pendengar setiamu.

Kurang lebih 2 tahun kita saling mengenal, aku tau kamu, kamu tau aku. Kamu yang awalnya begitu asing, sekarang tak lagi begitu. Aku menyebutmu sahabat, karena kamu mampu menjadi moodbooster-ku, seperti seakan-akan kamu telah mengenalku begitu lama.

Oh ya, aku ingat waktu itu kamu pernah menceritakan tentang kekasihmu, kekasih yang entah sudah berapa lama menjalin hubungan denganmu. Kamu tidak sungkan menceritakan masalah-masalah yang kalian hadapi, menceritakan bagaimana caramu mencintainya, namun kamu bercerita dengan lawakkanmu yang sekali lagi aku bilang konyol, itu ciri khasmu.

Advertisement


Yang aku paham dari segala ceritamu tentangnya, kamu sungguh terlalu mencintainya, dan aku kagum tentang tentang caramu mencintainya.


Aku mulai nyaman berteman denganmu, mungkin bukan hanya aku saja, teman-teman lainnya pun begitu, kamu salah satu orang yang paham betul tentang aku, kamu selalu memberikan motivasi kepadaku, menegurku dengan caramu yang ceplas ceplos sedikit menusuk hati, tapi aku tak pernah menyimpan perkataanmu, bagiku, itu adalah caramu menegurku agar aku dapat menjadi orang yang lebih baik lagi.

Advertisement

Semakin lama kita saling kenal, kamu semakin dekat denganku, tapi aku tidak menyikapi begitu dalam, aku anggap kamu sama kayak teman-teman dekatku yang lainnya. Sehari-hari kamu selalu menggangguku, menggombalku, dan berujung kita saling bercanda satu sama lain, itu sudah jadi kebiasaan, maafkan kami.

Di tengah-tengah kedekatan aku dan kamu yang, aku juga selalu bersikap baik kepada kekasihmu, seakan aku mau meyakinkan kepada kekasihmu, bahwa kita hanya berteman dan tidak ada apa-apa antara aku dan kamu, sehingga tidak ada kesalahpahaman yang terjadi, jujur aku ingin sekali menjadikan kekasihmu sebagai sahabatku juga, sama sepertimu.. Tapi mungkin butuh waktu.

Ternyata seiring berjalannya waktu, tidak seperti yang aku yakini sebelumnya, kamu dan aku sendiri yang meruntuhkan keyakinan itu


bahwa tidak ada apa apa, menjadi ada apa apa

 


Hingga suatu ketika, Kamu mengirim sebuah pesan singkat kepadaku, kamu mengungkapkan perasaanmu kepadaku, saat aku membacanya, aku hanya bisa tertawa, (ah dasar konyol, ada-ada saja kamu ini, mana mungkin) itu kataku dalam hati, aku tidak menanggapinya begitu jauh, karena aku pikir itu tidak mungkin. Toh, kamu punya kekasih yang begitu kamu sayang.

Beberapa hari kemudian, aku mulai merenungkan tentang kamu, aku kembali membaca pesanmu, aku penasaran. apa mungkin ini benar-benar dari hatimu? Aku mulai berpikir tentang kedekatan kita, dan aku memang nyaman. Tapi apakah aku juga mempunyai perasaan yang sama?


Hmm aku belum menemukan jawabannya.


sepertinya, aku mulai memikirkan perkataanmu itu. Perasaanku kacau, aku tak bisa tidur ketika malam datang, sungguh kau pintar mengobrak abrik pikiran ini, aku terus berpikir bagaimana tentang rasaku kepadamu. Apakah hanya sebatas nyaman, atau bahkan lebih? entahlah

Kamu hebat, bisa bersikap seperti biasa saja di depan teman-teman dan parahnya aku yang kacau karena kata-katamu itu. Namun, aku selalu sembunyikan rasa kacauku saat bertemu denganmu, di hari-hari kita. Aku berusaha senyum, tertawa bersamamu dan teman-teman. Tapi aku tidak tau apakah kamu bisa membaca aku, bahwa aku menyembunyikan sesuatu, jika kamu tau, sungguh kamu hebat.

Awalnya aku bingung, tantang apa yang aku rasa, memang benar aku begitu nyaman denganmu, dan setelah mengevaluasi diri, aku tau ternyata aku juga memiliki rasa yang sama denganmu, namun aku masih belum tau jelas aku menyayangimu sebagai apa, aahh kenapa jadi seperti ini.

Berulang kali kamu meminta maaf kepadaku, maaf  atas kelancanganmu, yang sudah membuat hati dan pikiranku begitu kacau. Benar katamu, saat itu aku sedang kacau kacaunya.

Setelah pembicaraan itu, hari terus berlanjut, aku dan kamu terlihat biasa saja saat bertemu, terlihat bodoh mungkin, kok bisa jadi seperti ini, seakan kita memakai topeng dan sungguh munafik bukan? Kamu tau, Banyak hal yang aku pikirkan saat itu, aku takut.

Aku takut kekasihmu mengetahui semuanya, aku juga wanita, aku paham betull, namun aku juga tidak bisa menyalahkanmu, ataupun menyalahkan diriku sendiri, aku tau kekasihmu begitu menyayangimu, jikalau ia mengetahui tentang kita, begitu patah hatinya, jangannnnnn aku takut kekasihmu menanggung beban dari kisah kita berdua ini. Aku selalu memikirkan keberadaanku yang salah, posisiku yang berada ditengah dua orang yang saling mencintai, itu yang selalu mengganggu pikiranku.


Aku juga takut, aku takut jika ungkapanmu itu, menjadi bom bagi persahabatan kita, dan akhirnya aku takut akan kehilangan kamu.


Tapi, aku kagum dan berterima kasih kepadamu, aku suka dengan kejujuranmu, sikapmu yang begitu gentle dan berani mengungkapkan. Tapi aku marah, marah kenapa  kamu  bisa seberani itu, andai saja kamu tidak mengungkapkan tentang hal itu, kita tidak akan seperti ini sekarang

Lalu siapa yang patut disalahkan? Aku juga tersadar memang kita tidak akan pernah bisa bersama, ada hal yang menjadi berbedaan antara kita. Sudahlah aku tidak mau terlalu membahas perbedaaan seperti apa itu. Katamu ini tidak adil, kisah ini sungguh tidak adil. Tapi bagiku kisah ini mendewasakanku, kamu mengatakan bahwa besar harapan kamu bisa bersama-sama denganku walau tanpa ikatan tetapi tetap dengan perasaan yang sama, dan kiranya aku bisa memaafkanmu atas kelancanganmu waktu itu.

Waktu terus berlalu, alam semesta masih merestui kita untuk sering bertemu, namun tidak dengan persahabatan yang aku banggakan. Kamu mulai menjauhiku, aku pun mulai menghindarimu. Komunikasi pun tidak seintens dulu. Ya aku paham mengapa semua ini terjadi. 

Tahun ke tahun pun berlalu, aku lulus dari bangku kuliah, dan kamu masih saja terus berjuang. Kamu kembali menjadi orang yang baru pertama kali aku kenal. Kamu berubah, iya kamu berubah. ketika kita bertemu, kita hanya mampu untuk saling menyapa "hai, apa kabar?". Iya, persahabatan kita telah dirusak olehmu dan olehku, oleh karena itu aku siap menanggung resiko ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Selalu percaya pada keajaiban dan kekuatan mimpi yang di barengi dengan doa dan usaha, bahwa tidak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk dapat tewujud // Kesukaanku dalam menulis adalah caraku meluapkan segala kisah dalam hidupku ❣

CLOSE