Saling Berbagi dan Bertukar Makanan di Tradisi Weh-Wehan

Tradisi yang selalu di peringati setiap Maulid Nabi Muhammad SAW

Kabupaten Kendal merupakan sebuah kabupaten yang memiliki slogan "Kendal Beribadat". Di mana "Beribadat" merupakan sebuah singkatan dari Bersih, Indah, Barokah, Aman, dan Tertib. Selain itu, Kabupaten Kendal juga memiliki julukan Kota Santri karena terdapat banyak pondok pesantren yang tersebar di wilayah Kendal. Namun, di salah satu kecamatan di Kendal, yakni di Kecamatan Kaliwungu. Memiliki satu tradisi yang menarik dan diperingati disaat Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Advertisement

Tradisi tersebut yakni tradisi Weh-Wehan. Di mana istilah "Weh-Wehan" berasal dari bahasa jawa yakni "Aweh" yang memiliki arti memberi. Jadi tradisi yang satu ini warga akan saling memberi dan bertukar makanan antar tetangga. Biasanya warga yang lebih muda berkunjung ke rumah tetangga yang lebih tua untuk menukar makanan. 

Awal mula tradisi yang satu ini sudah ada sejak jaman para wali. Di mana di Kecamatan Kaliwungu dahulunya terdapat salah satu ulama yang menjadi utusan dari Kerajaan Mataram Islam untuk melakukan dakwah. Saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, sang ulama meminta masyarakat sekitar untuk membawa makanan semampunya. Makanan tersebut tidak dimakan sendiri, melainkan nantinya akan dibagi-bagikan ke sesama masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan antar masyarakat di Kecamatan Kaliwungu. Dan tradisi tersebut hingga sekarang masih lestari dan selalu diperingati. 

Salah satunya yang menarik, tradisi Weh-Wehan yang diadakan masyarakat di lingkungan Kampung Ragam Warna yang berada di Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Sejak sore hari seluruh masyarakat sudah menyiapkan berbagai makanan dan minuman yang disiapkan di depan rumah. Kondisi rumah warga yang saling berhadapan membuat perayaan tradisi tersebut lebih meriah. Saat malam hari, ratusan lampion serta lampu warna-warni menghiasi kampung tersebut. 

Advertisement

Warga mulai menukar dan memberikan makanan seusai sholah magrib terlaksana. Riuh dan ramai itulah kondisi saat seluruh warga kampung tumpah ruah untuk saling berbagi makanan yang telah dihidangkan. Anak kecil hingga orang dewasa tak malu-malu untuk saling menukar makanan. Senyum mereka yang terpancar, membuat suasana lebih syahdu. Ditambah lagi dengan adanya lantunan sholawat yang terus dikumandangkan mengiringi perayaan tradisi Weh-Wehan tersebut. 

Makanan dan minuman yang disiapkan pun bermacam-macam. Namun terdapat beberapa makanan khas yang wajib hadir di tradisi tersebut. Seperti Kue Apem yang selama ini merupakan simbol permohonan maaf. Nasi Uduk yang memiliki simbol keselamatan dan kesejahteraan Nabi Muhammad SAW. Kemudian terdapat juga Ambegan, yakni nasi yang sudah dilengkapi oleh lauk pauk. Sumpil juga hadir sebagai makanan khas saat tradisi Weh-wehan tersebut, dimana makanan tersebut berbahan dasar beras sejenis dengan ketupat. Namun, kalau ketupat pada umumnya berbentuk kotak dan dibungkus dengan daun kelapa muda. Sedangkan sumpil berbentuk limas segitiga yang dibungkus dengan daun bambu. Serta cara makannya pun dicampur dengan sambal kelapa. 

Advertisement

Selain itu, tidak hanya warga sekitar yang bisa menikmati perayaan Tradisi Weh-Wehan ini. warga dari luar juga bisa datang dan menikmati secara langsung dan melihat warga Kecamatan Kaliwungu saling bertukar dan berbagi makanan. 

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang yang berkeinginan menu;lis dengan baik dan benar

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE