Seandainya Kamu Menjadi Destinasi Terakhir yang Tuhan Pilihkan untukku

Seandainya kamu jodohku

Setiap orang pasti memiliki doa untuk petualangan terakhirnya hendak berujung kepada siapa. Bait demi bait terukir dalam lantunan doa kepada-Nya. Bisa saja sajak mulai banyak tercipta dalam setiap cerita panjang kepada-Nya.

Advertisement

Bohong jika dalam semogaku tak pernah sekalipun mengaminkan namamu. Aku mulai menikmati setiap hari menyaksikan petang menjumpai malam bersamamu. Mulai merasa hambar jika bukan kamu yang menemaniku mengisi perut di jam makan siang. Aku begitu terlena dengan situasi yang kamu tawarkan.

Kamu ini sebenarnya siapa? Jodoh atau godaan?

Katamu, "Tugasku disini hanya untuk membuatmu bahagia."

Advertisement

Kamu menawarkan segala hal manis untuk kukecap. Entah kelak, apakah pahitnya akan mulai samar terasa. Kamu mengajakku masuk dalam skenario cerita mu, mulai dari awal dialog kisah kita, entah mengapa bisa mengantarkan pada kesimpulan kamu menjadi sosok penyusun definisi bahagia untukku.

Kisah  ini bermula saat semesta membiarkan kita menghabiskan waktu dari pagi ke petang dalam beberapa episode. Lalu mulailah terajut cerita yang mungkin pada masa itu kita sedang mengalami perasaan yang sama. Perasaan kecewa pada kisah sebelumnya. Tentang rasa yang pahit akhirnya, atau tentang cinta yang ditinggal empunya.

Advertisement

Aku masih ingat bagaimana detail ekspresimu menceritakan pahitnya kisah yang telah lalu, dan aku menanggapinya dengan sedikit guyonan untuk sekedar membuat rahang yang mengeras mulai terlihat kendur. Saat itu, dengan malu-malu tanganmu ku pinjam untuk ku foto berdampingan dengan tanganku. Lalu terkekeh sendiri, karena fotonya akan ku panjang sebagai pembalasan pengkhianatan kisah yang lalu. Kamu pun tersadar bahwa aku yang sedari tadi mendengar celotehmu juga tengah menikmati hari untuk memulihkan hati.

Seolah semesta mengirimkanmu untukku, aku yang menarik diri dari social media akhirnya berani kembali hanya untuk mengekspos foto tangan berdampingan, seperti ingin membuktikan, “Aku baik-baik saja” pada penikmat akun media sosialku.

Kita mulai melahirkan epilog menarik yang membuatku sedikit gemas untuk melebarkan kisah. Suatu kali, kita berada dalam situasi tidak saling tegur. Aku sibuk mengoreksi diri. Apa yang salah? Mengapa aku kamu diamkan? Dan berjuta pertanyaan lainnya menghujani pikiranku. Sampai akhirnya, kamu sendiri yang memulai pembicaraan setelah sekian lama membisu.

Wujud dari permintaan maaf akan kebisuanmu selama beberapa waktu, akhirnya mengajakku ke destinasi yang bagiku menjadi kelana terbaik dalam sepanjang tualangku. Untuk sajak kali ini, kamu adalah paragraf terbaik dalam sejarah ceritaku.

Aku pernah mendengar pepatah berkata,lakukan lah perjalanan jauh dengan seseorang untuk mengetahui sifat asli orang itu. Dan kelana panjang bersamamu malah membuatku semakin luluh. Betapa kamu begitu cepat merengkuh setiap titik lemahku. Aku runtuh.

Aku masih menapik bahwa menjalin kedekatan denganmu hanyalah waktu senggang yang sama-sama meminta diisi dan dipulihkan. Namun yang terjadi tidak semudah ungkapan bibirku.

Kamu, tempat segala rasa asing yang pelan-pelan terjalin. Tempat rasa nyaman yang mulai tak ingin berpaling.

Kamu adalah andai yang ingin sekali kunyatakan. Seandainya saja kamu bisa menjadi destinasi akhir yang Tuhan pilihkan untukku. Tuhan sedang merangkai skenario terbaiknya untuk kita. Ya, aku tahu bahwa bersamamu adalah ketidakmungkinan yang aku semogakan. Berkali-kali sudah kamu menegaskan perihal mencintai adalah perkara ikhlas terlukai. Bahwa aku yang tak pernah mengerti arti posisi kiblat mana bisa menjadi bagian akhir dari destinasimu dan sebaliknya kamu pun mana bisa menjadi akhir petualanganku, sementara ibadahku saja di hari minggu.

Entah dengan siapa kita berakhir, setidaknya kita pernah saling (mem)bahagia(kan).

Pada setiap tualang yang kita lalui, kamu adalah alasan untuk berdamai dengan takdir. Toh, bukankah mencintai bisa terjadi tanpa harus memiliki kan?

Terima kasih bersedia menjadi pemandu bahagiaku menikmati kotamu.

Entah bagaimana kita bisa sampai pada kisah ini, jika kelak kamu membaca cerita ini. Semoga kamu paham, bahwa ada aku yang selalu mengaminkanmu dalam semoga dari akhir petualanganku, memintamu menjadi destinasi akhir perjalananku.

Dariku yang tentu saja sering membuatmu geram,

NCU

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswi Fakultas Teknik Elektro Universitas Haluoleo, sangat gemar galau, sangat suka membaca, dan sangat senang menulis. sekarang sedang memantaskan diri untuk mendapatkan hadiah terbaik dari Tuhan.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE