Sebelum Aku Menikah, Ini Pesan Ayah

Bayangkan, suara Ayah sedang berbicara di sampingmu :

Advertisement

Ayah tahu, saat ini sedang ada seorang pria yang bersedia menggantikan tugas Ayah menjaga dan menyayangimu. Tapi kesediannya tidak untuk membuatmu terlena karena sikap peduli dan tanggung jawabnya saja, nak.

Ayah perlu sampaikan hal ini kepadamu dari sudut pandang Ayah sebagai suami dari Ibumu. Ambil yang bisa kamu pelajari dan sesuaikan dengan kondisi dirimu sendiri. Filter nasehat dari banyak orang yang sudah menikah. Sebab kondisi dan latar belakang mereka berbeda. Lihat yang terdekat, dari kehidupan rumah tangga Ayah dan Ibu dulu. Siapa tahu ini bisa memudahkanmu untuk lebih siap menikah.

1. Kenali Emosi Diri

Advertisement

Ayah selalu berpesan perihal mengenal emosi diri. Di pikiran Ayah, emosi itu ada emosi yang mengganggu dan ada emosi yang baik. Sebab menikah adalah tentang hidup bersama orang lain yang bertemu atas dasar cinta. Cinta juga salah satu wujud emosi baik yang berujung pada hal-hal baik. Maka agar tidak melukai satu sama lain, kenali dan kuasai emosi dirimu.


Karena banyak istri yang suka tiba-tiba emosi sama hal kecil. Sebelum menikah, pastikan kamu bisa menguasai emosi diri. Ini bekal baik untuk kamu nanti ketika sudah menjadi istri, terlebih menjadi Ibu.


Advertisement

Ayah hanya tidak mau suamimu nanti menahan perasaan bersalah sebab menuruti segala apa yang kamu ucapkan. Hakikat suami hadir adalah ingin menyenangkanmu, menjadi pahlawan untuk kamu, tapi seringkali sebagai istri lupa bahwa emosi kecilnya membuat hati suami terluka.

Bukan baper, suami juga punya perasaan ingin dihargai dengan emosi baik. Tersenyumlah, tertawalah seolah kamu benar-benar menjadi ratu karena keberadaan suamimu di sampingmu. Kenali emosi mana yang perlu diselesaikan berdua dan mana emosi yang perlu kamu selesaikan sendiri, oleh dirimu sendiri.

Sebab terkadang seorang istri lupa bahwa manjanya, ingin dimengertinya, tidak memiliki alasan yang jelas. Alih-alih menyenangkan istri dan menghargai istri, yang ada suami jadi terbebani menjalani pernikahan karena tumpukan emosi kecilmu yang mengganggu. 

2. Hargai Apa yang Dilakukan Suami

Jika kamu merasa melakukan semua pekerjaan rumah sendiri, semua pekerjaan terasa hanya kamu sendiri yang menyelesaikan, ingatlah dengan betul. Berapa banyak hal besar dan kecil yang sudah dilakukan oleh suamimu. Hargai itu walaupun memang tidak sesuai dengan ekspetasimu.

Berperan menjadi seorang suami juga sama beratnya dengan berperan menjadi seorang istri. Yang membedakan hanya 'apa yang dilakukan dan apa yang dihasilkan'. Jika suami bekerja memenuhi nafkah melalui bekerja, maka istri juga bekerja menjaga amanah suami. Yang satu menghasilkan uang, satunya lagi menghasilkan ketenangan. 


Jadilah istri yang pandai menghargai segala yang dilakukan suami. Itu hal sepele nak, sekedar berterima kasih atau meminta maaf jika ada yang tidak sesuai dengan keinginanmu. Bagi suami, apresiasi itu besar nilainya. Hanya para suami yang bisa merasakan. Cukup hargai apa yang dia lakukan dan apa yang dia berikan dengan setulus hatimu.


3. Notice Apa Rencananya

Harapan seorang laki-laki yang memiliki pendamping, adalah dibantu untuk mengingatkan segala rencana baik yang dia punya. Wajar jika laki-laki berencana "Nanti kita menabung ya, untuk beli tanah yang disana", atau "Nanti kita jalan-jalan ke Bandung, ya. Biar kamu happy".


Namun ketika ada rencananya yang tidak sesuai dengan harapanmu, dengarkan dulu penjelasan dan alasannya. Karena tidak semua rencana suamimu nanti harus diwujudkan semua. Komunikasikan dengan baik supaya tidak ada saling menuntut antara kamu dengan suami.


Biasanya, istri menganggap rencana adalah suatu hal yang pasti. Tetap notice, tapi tidak untuk ditagih. Sebab berencana dengan berjanji itu berbeda. Yang membedakan adalah waktu untuk mewujudkannya.

Jika yang ia sampaikan sudah jelas "masih rencana", maka perlu untuk kamu sadari bahwa laki-laki tidak ingin ada tuntutan terhadap rencananya. Hargai dan dukung agar suamimu tetap enjoy mewujudkan semua rencana dan mimpinya. Toh, itu semua juga untuk kebaikan keluarga kalian kelak.

4. Mood Swing Boleh, tapi Tahu Kondisi

Suami juga punya lelah, sama seperti kamu. Nanti kamu akan merasakan kalau sudah menikah. Jangan sedikit-sedikit bilang "Kamu sayang aku nggak, sih?". Semua suami pasti sayang istrinya. Tapi tidak semua mood swing bisa direspon baik sama suami.

Lihat kondisi badannya, terutama kondisi perutnya, setelah dia merasa kenyang dan happy, ajak dia bicara. Jika dia sedang kelelahan, disanalah tugasmu untuk meringankan bebannya dan hibur dengan manja kecilmu. Mood swing bisa menjadi sesuatu yang lucu bagi suamimu, bisa jadi sumber penghancur cinta suamimu juga.


Ayah tahu, seperti ibumu yang sedikit-sedikit emosi karena Ibu belum mendapatkan apa yang dia inginkan dari Ayah. Dari rumah tangga Ayah dan Ibu, kamu bisa belajar. Memang tidak mudah mengendalikan mood disaat suami lelah atau lapar. Komunikasikan dengan baik dan keluarkan jurus sayangmu untuk meluluhkan hati suamimu.


Secara teori memang ilmu pra-nikah banyak menyangkut emosi, mood, dan perilaku. Kalian hidup sudah tidak lagi bersama orang tua. Artinya kalian harus betul-betul mengenal dan mengerti satu sama lain. Mood swing banyak sebabnya. Jika ada ketidakpuasan di antara kalian, komunikasikan.

Bisa jadi kamu yang harus terlatih untuk berhati besar, harus jauh lebih pengertian ke suamimu. Jika saja penghasilan suamimu mempengaruhi mood kamu dalam melayaninya, komunikasikan. Jangan sedikit-sedikit ngambek, nak. Suami juga berhak bahagia.

5. Selalu Banyak Komunikasi

Pillow talk jadi hal sederhana yang wajib kamu biasakan. Kalau perlu saling peluklah dan sampaikan apa yang kalian inginkan satu sama lain dengan sikap yang penuh kasih sayang. Jika sudah halal, satu sentuhan saja bisa berbuah pahala. 


Bisa jadi Ayah dan Ibu kurang komunikasi, jadi putri Ayah tahunya kami suka nge-gas kalau bicara. Suka Ayah yang selalu ngalah untuk urusan menghargai. Suka apa-apa Ayah yang berbicara mendahului Ibumu agar masalah kecil tidak jadi besar dan cepat selesai. Jangan langsung berpikir Ayah selalu kalah karena Ibumu. Hanya saja Ayah mengahrgai emosi Ibumu. Tapi jika hal tersebut berlebihan, Ayah juga lelah..


Begitu kompleksnya menikah, nak. Sayang saja tidak cukup. Saling menghargai saja tidak cukup. Apalagi hanya komunikasi saja, juga tidak cukup. Perlu banyak belajar satu sama lain. Supaya rumah tangga kalian berkah dan mendapat sakinah.

Karena Ayah dan Ibu sudah lama berumah tangga, belum tentu apa yang kami sampaikan selalu benar. Karena kami hanyalah lembaran pengalaman yang teruntai menjadi nasehat untuk kamu yang nanti akan menjadi seorang istri dan seorang Ibu. Ayah sayang kamu :)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya menulis dan saya terus belajar.

CLOSE