Sebuah Surat untuk Anakku, Umar

Seharusnya surat ini Ayah tuliskan tepat di ulang tahunmu. Tapi Ayah baru sempat menuliskan ini sekarang. Umar, kau sudah jauh lebih besar dibanding saat kau berenang di kolam plastik itu untuk pertama kali. Kau sudah besar, sudah berbicara dengan lancar, bahkan kita sudah bisa berdebat sekarang.

Umar, di usiamu saat ini, kau sama sekali belum mengerti akan arti kehidupan dan arti sebuah syukur. ayah bukanlah sosok yang paling tepat untuk mengajarimu dua hal itu. Ayah tidak cukup baik. Tapi tiba waktunya nanti, ayah akan mengajakmu berkeliling, atau melihat beberapa video, hanya untuk menunjukan bahwa bagi sebagian besar orang, hidup terkadang tidaklah seadil yang mereka harapkan.

Umar, ayah dibesarkan dengan sangat berkecukupan. Kaupun dilahirkan dengan banyak kenyamanan. Tidak semua orang mendapatkan kehidupan seperti itu. Kau perlu melihat anak-anak seusiamu yang harus berurusan dengan mesin-mesin dan kabel-kabel yang sama sekali tidak mereka mengerti. Kau harus melihat anak-anak itu yang hidupnya untuk satu hari ke depan adalah sebuah mukjizat yang sedikit demi sedikit dia kumpulkan. Ah, kau masih terlalu kecil untuk mengerti.

Tapi suatu saat mengertilah. Tumbuhlah menjadi pribadi yang peka terhadap kesedihan orang lain. Umar, ada sisi-sisi kehidupan yang begitu gelap dan menyedihkan. Ayah sama sekali tidak berharap kau akan mengalami sisi itu, tapi ketahuilah bahwa itu ada. Ayah harap kau akan menjadi orang yang mampu berbuat banyak untuk mereka yang tidak dinaungi keberuntungan sepertimu. Ayah telah melihat begitu banyak ketidakberuntungan dan kesedihan, seringkali ayah hanya bisa berdoa untuk mereka. Karena terkadang memang tidak banyak yang bisa dilakukan.

Umar, ayah adalah orang yang sangat beruntung. Mungkin terlalu beruntung. Terkadang ayah lupa, bahwa dalam setiap hal positif yang kita miliki terdapat kewajiban yang harus kita laksanakan. Ayah bukan sosok yang terlalu baik untuk kau jadikan panutan. Tapi setidaknya ayah akan berusaha untuk menjadi contoh yang baik untukmu.

Umar, beranjak besar nanti, yakinilah ada sebuah harga yang harus kita tebus untuk setiap kesalahan dalam hidup. Kau pun tidak akan lepas dari hukum alam itu, oleh karena itu berusahalah untuk tidak membuat masalah terlalu banyak. Ayah tidak tahu harus memintamu menjadi apa, tapi yang terpenting jadilah Umar yang baik.

Ayah akan pulang larut malam, semoga besok kita sempat untuk bermain bola. Lain kali kita akan bercerita tentang kehidupan lagi. Selamat bertambah besar Umar.

Peluk erat,

Ayah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menulis salah satu cara bagi saya untuk lebih mengerti tentang hidup dan merasakan dengan baik dan mendalam atas apa yang diberikan oleh kehidupan. Semoga tulisan-tulisan yang saya persembahkan di sini bisa mendatangkan inspirasi dan bisa dinikmati. Wassalam... :)